"Shi Fu, kamu akhirnya bangun."Zhuge Yue terperanjat. Ia segera berdiri, meregangkan otot lengan dan menggelengkan kepalanya beberapa kali."Shi Fu, bagaimana bisa kamu tahu aku ada disini?" Ming Yuan bertanya sambil senyum-senyum mengedipkan sebelah mata.Benar-benar terlihat menyebalkan di mata Zhuge Yue, sehingga Zhuge Yue menyentil keningnya seperti kebiasaan pria itu."Awh." Ming Yuan mengerutkan wajah tak terima. "Sakit!" Protesnya seperti biasa pula.Zhuge Yue teringat kejadian semalam. Saking khawatirnya pada Ming Yuan, ia sampai rela melakukan perjalanan malam yang dingin juga jauh. Jika saja tekadnya tak kuat, jika saja Ming Yuan tidak terlalu penting, mungkin Zhuge Yue lebih memilih duduk di bawah pohon pir kesukaannya sambil menikmati arak. Itu jauh lebih bagus daripada menyamar sebagai pesuruh Pangeran lalu menembus dinginnya udara meninggalkan Ibu kota. Dan karena teringat apa yang ia lakukan semalam, Zhuge Yue tambah gatal ingin menyentil kening Ming Yuan lagi, atau mu
Diakhir waktu Chen, Zhuge Yue dan Ming Yuan tiba di perbatasan Ibu Kota. Pacuan kuda mereka dipelankan sebelum akhirnya berhenti sejauh 100 chi dari gerbang Ibu kota sendiri.Zhuge Yue tidak mengatakan apapun. Pria itu mendadak melompat ke salah satu dahan pohon. Di sana ia berdiri dengan begitu tenangnya. Angin bergulung-gulung tak sama sekali membuatnya goyah, kecuali membuat mantel tebalnya berkibar-kibar tak menentu.Zhuge Yue memandang lurus ke depan. Gerbang Ibu Kota terlihat kecil dari tempatnya berdiri saat ini. Pria itu menyipitkan mata guna memperjelas penglihatannya. Tak kurang dari lima menit, pria itu melompat kembali duduk pada punggung kudanya.Ming Yuan turut memperhatikan ke depan. Penglihatan gadis kecil itu tak jauh berbeda dari Zhuge Yue. "Shi Fu, kalau tidak salah, Jenderal Song ada di sana."Zhuge Yue bergumam."Lantas, bagaimana kita bisa memasuki Ibu Kota?" Zhuge Yue menghela nafas dalam hati. Sepertinya kali ini ia sedikit kebingungan."Bagaimana kalau melewa
Waktu bergulir. Jenderal Song duduk tenang di depan meja bacanya. Buku kisah Kasim yang Memberontak dibacanya secara seksama padahal buku itu sudah dibaca setidaknya sebanyak tiga kali dalam minggu ini, dan entah sudah keberapa kali dalam satu tahun ini.Buku itu dibeli satu tahun lalu dari seorang penulis terkenal ibu kota. Itu bukan buku baru. Kata si penulis, buku itu ada sejak dia masih kecil. Dan kemungkinan besar buku itu dibuat oleh keluarganya yang berbakat.Jenderal Song tidak tahu kisah dalam buku itu asli atau tidak, tetapi ia pernah mendengar kisah pada zaman dulu kalau seorang Kasim bisa saja memberontak mana kalau Raja atau Kaisar mereka tidak kompeten.Selesai membaca buku, biasanya Jenderal Song akan merasa lebih baik, tetapi tidak sekarang. Pria itu menutup buku, serta meletakkannya tanpa minat. Pengikut setia yang mendampinginya sepanjang waktu; terkecuali saat tidur, pun merasakan kekhawatiran Jenderal Song. Pengikutnya mendekat lantas bertanya. "Jenderal, apa yan
Fajar menyingsing.Shang Que baru saja keluar dari kamar pribadi Zhuge Yue. Ia terlihat segar, pakaiannya juga pakaian kemarin. Itu jelas menandakan, ia tidak tidur di sana.Di dalam kamar sendiri, Zhuge Yue membolak-balikan buku bacaannya secara santai. Setelah beberapa lembar halaman dibabat habis. Ia beranjak mengambil sebilah pedang yang bertahta pada tempatnya.Pedang itu ada bersama Zhuge Yue sejak usia muda. Kalau dihitung, mungkin sekitar 15 atau 16 tahunan. Pedang itu bukan hadiah dari siapapun. Zhuge Yue mendapatkannya dari pengrajin pedang Kekaisaran yang telah meninggal satu tahun setelah membuat pedang tersebut. Yah, bisa dibilang pedang itu pedang terakhir yang mendiang buat.Zhuge Yue lantas melihat ke luar. Meski udara dingin. Namun, matahari terang benderang. Zhuge Yue tidak ingin hanya duduk membaca buku di kamar saja. Ia ingin sesekali melatih sejauh mana keahlian pedangnya. Jadi pria itu meninggalkan kamar, lalu sampailah ia di halaman paviliun yang lebih luas dari
Ruang pengadilan istana dipenuhi keributan. Di atas singgasananya, Kaisar memijat pelipis. Suara-suara mereka seperti gemerisik angin. Pendengaran Kaisar tidak bisa menangkap suara mereka secara jelas, tetapi Kaisar yakin yang mereka bahas hanya dua hal, yakni rumor bandit yang semakin menyebar luas, serta pembantaian keluarga Da Tong yang terjadi dalam waktu semalam, pun tanpa diketahui siapapun.Kasim Li menunggu Kaisar bicara dengan wajah gusar. Jenderal Song menatap tegas ke hadapan semua orang. Zhuge Yue terlihat tenang, tak terusik sedikit pun, Pangeran keenam diajak bicara pendukung dari keluarga Ibunya, Pangeran kesembilan menatap semua orang dengan malas; tidak tertarik."Berhenti!"Setelah kegaduhan semakin tidak terkendali, Kaisar bersuara menggelegar. Maka seluruh mulut terkunci rapat, serta seluruh pandangan tertunduk dalam-dalam. Barulah pusing di kepala Kaisar perlahan tapi pasti meredam, seiring dengan senyapnya ruangan. Dan setelah ia merasa sedikit lebih tenang, ia
Sekarang hari ketiga setelah pembantaian keluarga Da Tong. Kediaman pria itu tidak lagi berpenghuni, tetapi beberapa Prajurit bawahan Jenderal Song beserta dirinya masih sering bolak-balik masuk untuk penyelidikan.Pada hari ketiga itu, Jenderal Song diminta menghadap Kaisar. Dan di siang yang dingin, ia dan pria yang sudah beberapa tahun duduk di singgasananya itu saling berhadapan sambil menikmati arak putih."Tubuh mereka mungkin telah digerogoti cacing, atau mungkin beberapa di antara mereka sudah bertemu Dewa penentu takdir, mungkin juga beberapa di antara mereka telah memiliki jalan reinkarnasi. Mereka yang sudah mati pun memiliki perkembangan. Lantas, bagaimana dengan kasus yang ditangani yang masih bernyawa?"Jenderal Song tahu arah pembicaraan Kaisar. Ia akan bisa dengan mudahnya menjawab pertanyaan itu, tetapi ia merasa malu karena hingga detik ini ia belum menemukan petunjuk apapun.Jenderal Song tidak bersuara. Kaisar yang sudah lama mengenal pria itu memahami jawaban apa
Zhuge Yue telah menjelaskan semuanya. Kini giliran pria itu yang mengajukan keinginannya, sesuai persyaratan sebelumnya. "Lakukan sesuatu untukku. Tidak banyak, hanya satu hal tapi sesuatu ini harus dibereskan tidak boleh kurang dari dua bulan."Ming Yuan telah sepakat sebelumnya. Tentu ia akan mengikuti. Sekarang ia mendengarkan seluruh instruksi Zhuge Yue. Kemudian ia mengangguk penuh keyakinan.Di sisi lain. Shang Que menyapukan pandangannya pada kamar pribadi Zhuge Yue. Begitu ia melihat Ming Yuan keluar dari kamar itu lalu belok kanan, berjalan lurus, belok kiri dan menghilang menuju halaman samping atau menuju kamarnya, Shang Que bergegas melompat turun dari dahan tempat ia bertengger sebelumnya. Sekarang Shang Que berjalan menuju kamar Zhuge Yue. Setibanya di sana, ia berbisik selama beberapa saat.Zhuge Yue tersenyum lantas mengibaskan tangan. Setelah itu Shang Que keluar mengejar Ming Yuan yang sedang tidak baik-baik saja."Ming Yuan!" panggil Shang Que.Ming Yuan tak meng
Sekarang ketiga pejabat penting itu berada di kamar penginapan yang sama. Mereka duduk melingkari meja bulat, yang di atasnya tidak ada apapun selain tumpuan satu tangan mereka. Kemudian Jenderal Song dan Kepala bagian penyidik saling tukar pandang. Mereka saling mengisyaratkan sesuatu. Setelah itu, mereka sama-sama mengeluarkan lembaran lukisan dari balik pakaian masing-masing. Dan yang membuat mereka heran, lukisan itu tidak sama persis. Ada sedikit perbedaan, yang bisa saja dianggap benar-benar beda orang. "Apa ini yang kamu maksud sebagai Kusir keluarga Ming?" Tanya Jenderal Song setengah tak yakin.Kepala bagian penyidik dan Komandan pasukan sayap kiri menatap dua lukisan di hadapannya secara bergantian lantas mereka sama-sama tersenyum samar."Harusnya seperti itu, tetapi kenapa lukisan ini sedikit berbeda?""Pantas kita tidak bisa menemukannya, ternyata lukisan ini tidak detail.""Aku meminta pelukis terbaik di Ibu Kota untuk menggambar wajahnya, dan semua atas instruksi Kepal