Tanpa terasa, hari berganti menjadi pekan dan pekan menjadi bulan. Modal yang Karel berikan untuk Alexa telah menghasilkan beberapa pakaian dari yang sederhana hingga yang mewah. Kesibukan barunya dalam bidang fashion, tidak melupakan bisnis kulinernya yang telah ia serah tugaskan kepada Zasky. Zasky secara pekanan melaporkan hasil penjualan warung-warung tenda yang kini telah tersebar menjadi empat cabang dalam kurun waktu hampir setahun dan dalam kurun waktu yang hampir sama, Karel dan Alexa sudah tidak berhubungan sama sekali. Alexa yang mengganti nomor telepon dan merahasiakan nomor barunya dari orang-orang yang berhubungan dengan Karel, telah merasakan efeknya, yaitu ketenangan dalam kesehariannya. Hingga tanpa ia sadari, ia telah sedikit banyak melupakan keberadaan Karel. Kesibukan baru yang menyita waktunya, juga turut andil dalam rasa yang perlahan-lahan menguap. Tetapi, beda Alexa, beda pula Karel. "Pak, sekarang Anda sudah ditunggu untuk rapat direksi," ucap Sekar perlahan
Dalam sebuah ruangan tanpa jendela, cahaya matahari hanya mengintip dari lubang-lubang ventilasi yang terletak di bagian atas dinding. Beberapa pria berbadan tegap dan besar tengah berbincang dengan serius. Tak seberapa lama, pintu diketuk. Salah satu dari mereka pun berdiri dan segera membukakan pintunya. "Hii, finally you're here. Welcome!" ucap pria itu sembari menjabat tangan Karel dan diikuti dengan lainnya. "Thanks, Bro!" "Akhirnya aku bisa keluar dari jas dan dasi," seloroh Karel yang membuat seisi ruangan tertawa. "Ayo, kita semua duduk dulu," ajak Alan. "Alhamdulillah, akhirnya sirkuit ini jadi juga, thank's to Karel sebagai investor terbesar kita," ucap Juna, yang ditunjuk sebagai direktur sirkuit, yang diberi nama sirkuit Remala atau penggabungan atas tiga nama penggagas dan pendana utama, yaitu Karel, Mario dan Alan. "Bulan depan, bertepatan dengan awal liburan kenaikan kelas, sirkuit ini akan dibuka dengan diadakan lomba balap motor bebek
Resto and coffeeshop yang diberi nama Chequered Flag by Ganbatte itu telah berdiri dengan elegan di salah satu sisi sirkuit. Sesuai dengan namanya, nuansa hitam putih menjadi warna utama restoran dan coffeeshop tersebut. Bahkan para waiter turut menggunakan seragam yang senada, yaitu t-shirt kotak-kotak hitam dan putih, yang dipadankan dengan bawahan berwarna hitam dan topi merah sebagai aksesoris.Di akhir pekan seperti yang sudah dijadwalkan, Alexa bersama ketiga putrinya akan menikmati sejuknya udara di bawah kaki gunung Salak, di perkebunan dan penginapan milik Donny. "Bu, mobilnya sudah datang!" seru Kaiya yang sudah tidak sabar untuk segera menghirup udara segar di pegunungan.Sebuah kendaraan mini bus berwarna hitam dan silver yang dihiasi dengan stiker bergambar sebuah gunung dengan tulisan di bawahnya, The Pelican Hills terparkir di depan rumah orang tua Alexa. Kemudian, pengemudi minibus tersebut menemui Alexa di teras. "Assalamu'alaikum. Bu, saya Danang supir resortnya P
Karel mengendarai SUV asal Eropa miliknya dengan kecepatan penuh, menuju lokasi dimana Alexa dan ketiga putrinya berlibur selama akhir pekan ini. Rasa penasaran akan pria yang telah membuat Alexa mengeluarkan kilauan di matanya, telah menyingkirkan semua urusannya, bahkan sebuah rencana yang telah matang ia persiapkan bersama rekan-rekannya untuk ajang balapan perdana di sirkuit Remala, ia tinggalkan begitu saja. Setelah setengah perjalanan, terdengar nada dering dari gawainya dan tercantum nama Sekar di layarnya, dengan cepat ia menekan tombol hijau."Laporan!" pinta Karel dengan ketus. Balik mode kulkas beneran nih, Pak Karel! gumam Sekar dan dengan lugas ia segera membacakan informasi mengenai mantan kekasih Alexa. "Siap! Donny Martin, duda dua anak, usia empat puluh delapan tahun. Mantan marketing manajer PT. Agro Persada, Tbk. Mengambil pensiun dini, empat tahun yang lalu dan membuka lahan agrowisata dan outbound, di Bogor bersama dengan lima investor. Lahan yang dikelolanya se
"Assalamu'alaikum, saya Donny," sebuah suara yang berhasil menyadarkan Karel dari lamunannya. Dengan senyum kecut, Karel membalas uluran tangan Donny dan menjabatnya erat, sambil berucap, "Wa'alaikumsalam, saya Karel.""Om, ayo kita ke ibu dulu, sekalian makan siang, yuk!" ajak Kimi setengah memaksa. "Iya, kita makan siang bareng dulu, jangan langsung pulang. Sayang tuh, makanannya sudah siap," sahut Donny yang hanya sekedar basa-basi, sedangkan di dalam hatinya, ia berkata sebaliknya. Tolak, tolak! Jangan bilang iya! gumam Donny tetapi wajahnya tetap penuh senyuman ke arah Karel. Basa-basi banget, Lu! Gue tahu mau Lu, apa! jawab Karel di dalam hatinya. Kedua pria yang sama-sama berbadan tinggi dan tegap ini, duduk berhadapan saling menatap penuh kebencian bagaikan rival yang akan bertanding. Sementara Alexa, duduk di sampingnya dan berulang kali melirik bergantian ke arah Karel dan Donny sambil tersenyum geli. "Kalian berdua mau suap-suapan? Kok dari tadi saling memandang, uhuk
Pertanyaan yang bukan sekali atau dua kali dilontarkan orang-orang yang mengenal dengan baik, Karel dan Alexa, tetapi keduanya tidak pernah memiliki jawaban yang pasti. Entah mengapa, keduanya tidak pernah dapat mengungkapkan isi hati masing-masing. "Kenapa Al?" tanya Karel sambil memandang lurus ke Alexa yang membuang wajahnya ke samping. "Kamu nggak pernah nembak aku dan aku juga nggak pernah mau memulainya. Jujurly, aku merasakan ada penghalang antara kita, Karl. Tapi jangan tanya apa, aku sendiri nggak tahu dan nggak yakin, tapi ... entahlah," jawab Alexa yang tidak yakin dengan perasaannya kepada Karel. "Kenapa kalian nggak bicara dari hati ke hati?" "Al selalu menghindari pembicaraan itu," sahut Karl dengan cepat. "Kamu yang selalu mundur sebelum maju. Udahlah, aku capek kalau ngebahas ini.""Permisi, aku sudah selesai," ucap Alexa yang beranjak dari kursinya, lalu berjalan menjauh menuju cottage-nya. Melihat hal tersebut, Karel mengendur duduknya dan membuang nafasnya deng
Di dalam perjalanan menuju kediamannya, Karel menghubungi Mario untuk membantunya dalam persiapan pernikahannya. "Yo, I need your help!" "Ada apa, Bro? Lo kena masalah apa, kok nadanya kayak ada yang gawat?""Ini emang statusnya emergency. Gue tunggu Lu di rumah, ba'da Isya.""Wait, ada kedaruratan apaan?!""Gue mau nikah, ahad besok sama Al, jadi ___""OTW!" sahut Mario dengan cepat dan bergegas menuju mobil yang terparkir di depan rumahnya. Di malam yang cerah, begitu juga dengan hati Karel yang sudah lama tidak merasakan perasaan yang ia rasakan saat ini. Sensasi jatuh cinta memang berefek luar biasa. Tuan Belanda yang terkenal garang, lebih garang dari Kak Ros ini, tiba-tiba saja wajahnya melunak dan dipenuhi dengan senyuman. Garis-garis halus di sekitar mata dan bibirnya menjadi terlihat karena senyuman yang tak jua lepas dari wajahnya. Pemandangan yang berbeda ini, tentu saja membuat Mario tidak percaya. "Terakhir gue lihat Lo kayak gini, hmmm mungkin waktu anak ke-tiga Lo l
"Kak Donny, aku pamit ya. Makasih untuk semuanya, ya Kak.""My pleasure, selalu senang dapat membuatmu bahagia, walaupun bahagia bukan bersamaku," ucap Donny dengan mata sayu seolah ini adalah sebuah kalimat perpisahan untuk yang kedua kalinya. "Kak, jangan bikin aku jadi sedih, aku jadi nggak enak __"Donny segera memotong ucapan Alexa, karena ia tidak ingin membuat mantan terindahnya ini merasa terbebani, "Al, selamat ya. I'm happy for you. Aku tunggu undangannya."Dengan berat, Alexa menjawab, "Makasih, Kak. Aku pamit, ya.""Eh tunggu dulu, ini buat kamu," ucap Donny sambil mendorong dua kardus besar ke arah Alexa. "Apa ini, Kak?""Hasil kebun, buat nambahin isi kulkas kamu," jawab Donny sambil tertawa. "Banyak amat? Ini semuanya?" tanya Alexa keheranan. "Iya, ini hadiah awal, nantikan hadiah selanjutnya di pernikahan kamu," ucap Donny sambil tetap tersenyum dan menatap wanita yang masih ia cintai. "Kak Do __""Don't be sad, you must be happy," ucap Donny dengan lembut. Keingin
Kedatangan Donny di ruang perawatan tempat Alexa dirawat, mengejutkan sang bunda dan Nisa, yang juga masih berada di ruangan dan Nisa yang sama sekali tidak pernah mendengar nama Donny sebelumnya pun merasa perlu untuk tetap berada di ruangan."Maaf Bu, beberapa hari yang lalu saya ke butiknya Al, dari sanalah saya tahu kalau Al mengalami kecelakaan dan dirawat disini," tutur Donny."Maaf Pak, tapi Anda siapa, ya?" tanya Nisa yang tidak mendapatkan informasi apapun akan Donny.Kalau aku jujur, aku akan mengundang masalah baru, tapi aku juga lelah menjadi pria bayangannya Al, tapi aku belum gila, batin Donny.Tetapi, demi menjaga perasaan semua pihak, akhirnya Donny hanya dapat menjawab dengan jawaban teraman."Saya cuma teman lamanya Al. Saya juga datang ke resepsi pernikahan Al dan Karel," jawab Donny sambil memperlihatkan foto-foto kebersamaannya bersama Karel dan Alexa saat berada di resortnya."Maaf, saya baru tahu kalau Al terkena musibah. Makanya begitu saya tahu, saya langsung
Sepekan telah berlalu dan tanda-tanda akan kesadaran Alexa belum juga terlihat. Semuanya masih terlihat sama seperti pada hari pertama, hal ini pada akhirnya membuat Karel gelisah. Ia pun berulang kali menanyakannya kepada dokter yang bertanggung jawab menangani Alexa, walaupun ia hanya mendapatkan jawaban yang sama setiap kali ia menanyakannya."Semua ikhtiar telah kami coba, Pak. Untuk saat ini, kita hanya dapat menunggu kapan ibu Alexa akan sadar. Maaf, hanya itu yang kami dapat lakukan. Mungkin dengan memperbanyak istighfar dan do'a, semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Kita tunggu saja, apa rencana Allah dibalik ini semua."Rekaman murottal tiga puluh juz pun bergantian diputar dengan tilawah Al-Qur'an yang dilantunkan Karel atau anggota keluarga lainnya, dengan harapan kesadaran Alexa akan segera terjadi. Bayangan akan kehilangan Alexa untuk selamanya, mulai menghantui Karel dan membuatnya terlihat sangat kusut dan menjadi perhatian dari ibu dan kedua adiknya."Bang, istirahat l
Adzan Isya berkumandang, kondisi Alexa masih belum menampakkan perubahan. Dirinya masih dalam status penurunan kesadaran dan masih dalam perawatan intensif. Keenam putra dan putrinya telah berkumpul untuk melihat kondisi sang bunda, dengan ditemani oleh orang tua Alexa. "Boleh masuk, tapi nggak boleh langsung semuanya. Dua-dua dulu, ya," ucap Mario yang masih berjaga. Putra dan putrinya pun bergantian memasuki ruang perawatan ICU, dimulai dari Rangga dan Kimi. Keduanya melangkah perlahan mendekati Alexa yang tergeletak tak sadarkan diri. Karel yang duduk di samping Alexa, memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika Rangga dan Kimi memasuki ruang. Ia pun melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. "Bi, gimana keadaan ibu?" tanya Rangga, sementara Kimi hanya terdiam memandang sang bunda. "Ya seperti yang kamu lihat, ibu belum sadar. Ibu masih di dunia mimpinya," jawab Karel sambil memandangi Alexa dengan penuh cinta dan sesekali mengelus pipinya. Tetapi, pandangannya bera
"Karl, sepertinya Alexa harus kita MRI, karena...""Do what you have to do, as long as she survive," potong Karel. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mario segera melaksanakan MRI otak pada Alexa dan hasilnya sesuai dengan dugaannya. Terdapat trauma pada kepala bagian belakang akibat benturan keras, tetapi ada satu hal yang diluar dugaan Mario, yaitu trauma tersebut melukai dinding otak. "Dok, ada luka di dinding otaknya," ucap dokter radiologi kepada Mario yang berada di ruang operator. "Iya, I can see that. Hmm selain itu ada luka atau perdarahan yang lain, nggak?" tanya Mario. Setelah mencari dengan memutar-mutar imagenya, operator MRI pun menjawab, "Sepertinya tidak ada lagi, Dok. Hanya dinding otaknya saja yang luka.""Dok, kalau dinding otaknya luka berarti ada kemungkinan amnesia, kan?" tanya Mario untuk memastikan diagnosanya. "Iya, Dok. Tapi kalau dilihat dari tingkat traumanya, ini masih gegar otak ringan. Jadi kesempatan sembuhnya jauh lebih cepat. Biasanya sih, nggak lam
Dua pekan berlalu, butik yang akhirnya disepakati dengan nama Relax, yang merupakan penggabungan nama Karel dan Alexa, akhirnya resmi dibuka pada Ahad, pukul sembilan pagi. Mengambil tempat di sebuah ruko berlantai tiga, di kawasan eksklusif timur Jakarta, butik Relax berdiri dengan anggun, menggunakan konsep perpaduan antara simply dan shabby chic. Warna putih yang mendominasi dengan dipadukan warna-warna pastel yang lembut, menghadirkan suasana yang menenangkan dan menyejukkan mata. Semua bagian ditata dengan menggunakan elemen-elemen interior yang memiliki kesan ringan dan lapang pada ruangan yang memiliki ukuran delapan kali dua belas meter persegi ini. Busana-busana muslimah telah tergantung rapi di sekeliling ruangan dan dilengkapi dengan sofa serta coffee table yang diletakkan di tengah ruangan. Alexa dan dua asistennya, serta dibantu oleh tiga orang pramuniaga tengah sibuk mempersiapkan pembukaan butik dalam beberapa menit kedepan. "Kasir ready, ya?" tanya Alexa kepada salah
Sebulan sudah Karel dan Alexa hidup berumah tangga, tidak banyak yang berubah dari keseharian mereka berdua. Karel tetap sibuk dengan pengelolaan sirkuit yang juga memiliki area outbound dan lapangan tembak, sedangkan Alexa tetap dengan bisnis kulinernya dan kini merambah pada fashion. Dengan ide-ide segar yang ia miliki, Alexa menghabiskan waktu berjam-jam dengan membuat sketsa dan dilanjutkan dengan pemilihan bahan. Tumpukan sampel aneka jenis kain dan warna, tersusun rapi di salah satu sudut ruang kerjanya. Alexa dan dua asistennya, Karina dan Sabrina, bekerja bersama untuk menghasilkan busana-busana muslimah kekinian tetapi tetap syar'isyar'i, dibantu juga dengan dua penjahit"Rin, tolong kamu bikin polanya, terus kasih ke mang Aksan," ucap Alexa sambil memberikan gambar desainnya. "Baik, Bu."Tetapi, ada sesuatu yang diluar prediksi Alexa, yaitu selama ia bekerja, ia tidak pernah memiliki seorang atasan, karena dia adalah atasan, karena dia pemiliknya. Tetapi, kini ada Karel y
"Hon, Honey?" panggil Karel sambil menggoyangkan lengan Alexa, yang membuatnya tersadar dari lamunan. "Eh iya, kenapa?" tanya Alexa dengan polos. "Kok ngelamun?" tanya balik Karel. "Wah, ternyata aku ngelamun! Padahal seru banget kalau itu beneran!""Hmm emangnya ngelamunin apa? lagian kok bisanya ngelamun lagi ramai kayak gini?" tanya Karel heran."Wah Mas, tahu nggak, aku tuh kok tiba-tiba ngebayangin Arga datang. Trus, Mas samperin eh langsung Mas tonjok itu si Arga, trus Mas ancam juga. Nah, lepas tu, aku pulak pakai jurus kamehameha, ke Arga! Waah seru banget!""Yang, how can you mimpi di tengah-tengah acara begini?!""Don't you know, itu adalah kemampuan tersembunyi yang kumiliki," jawab Alexa santai. "That's why I love you," sahut Karel gemas sambil mencubit pipi Alexa dengan lembut. "Love you too," jawab Alexa penuh senyuman. Tak lama, para pelayan datang membawa piring-piring yang telah berisikan hidangan makan malam mereka. "Come on, let's have dinner!" ajak Karel kare
Sesudah sesi tanya jawab usai, acara pun dilanjutkan dengan makan malam dan ramah tamah. Berbeda dengan acara resepsi pernikahan yang pada umumnya diselenggarakan di Indonesia, kali ini Karel dan Alexa tidak berada di atas panggung pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu, melainkan merekalah yang mendatangi satu-perasatu tamunya untuk mengucapkan terimakasih. Bagaikan selebriti, kilatan cahaya kamera menyertai kemanapun Karel dan Alexa melangkah. Ucapan selamat pun tak kunjung usai dari mereka yang turut berbahagia menyaksikan momen indah pasangan pengantin baru ini. Di tengah ucapan selamat, langkah Alexa pun terhenti ketika ia melihat pria yang telah membuatnya sakit hati berkepanjangan. "Hon, what's wrong?" tanya Karel yang menyadari perubahan ekspresi istrinya. "Ternyata dia datang," lirih Alexa dengan matanya memandang ke arah pria terakhir yang ingin ia jumpai. Dengan mengerutkan keningnya dan menegapkan posisinya, Karel segera memahami siapa orang yang dima
Beberapa pekan kemudian, perhelatan resepsi pernikahan Karel dan Alexa pun diselenggarakan di cafe Chequered Flag dengan mengusung tema rustic. Tenda putih berukuran besar yang dapat menampung hingga lima ratus tamu undangan telah berdiri tegak.Meja panjang dan kursi yang berhiaskan pita dan bunga berwarna ungu dan putih, telah berjajar rapi bagaikan perhelatan gala dinner kaum jet set.Dekorasi untaian manik-manik bagaikan berlian menjuntai dari atap tenda. Pohon-pohon artifisial dengan daun berwarna putih berhiaskan lampu dekorasi berwarna kuning bagaikan kunang-kunang beterbangan, menghadirkan suasana yang penuh kehangatan. Suatu yang berbeda dihadirkan untuk mendukung suasana alam, yaitu dengan memperdengarkan audio suara burung berkicau dan suara gemericik air dari air terjun buatan yang diletakkan sebagai dekorasi pelaminan. Ditambah dengan angin malam yang berhembus sepoi-sepoi menambah keromantisan suasana. Tamu undangan dan kerabat dari kedua belah pihak telah hadir memenuh