Resto and coffeeshop yang diberi nama Chequered Flag by Ganbatte itu telah berdiri dengan elegan di salah satu sisi sirkuit. Sesuai dengan namanya, nuansa hitam putih menjadi warna utama restoran dan coffeeshop tersebut. Bahkan para waiter turut menggunakan seragam yang senada, yaitu t-shirt kotak-kotak hitam dan putih, yang dipadankan dengan bawahan berwarna hitam dan topi merah sebagai aksesoris.Di akhir pekan seperti yang sudah dijadwalkan, Alexa bersama ketiga putrinya akan menikmati sejuknya udara di bawah kaki gunung Salak, di perkebunan dan penginapan milik Donny. "Bu, mobilnya sudah datang!" seru Kaiya yang sudah tidak sabar untuk segera menghirup udara segar di pegunungan.Sebuah kendaraan mini bus berwarna hitam dan silver yang dihiasi dengan stiker bergambar sebuah gunung dengan tulisan di bawahnya, The Pelican Hills terparkir di depan rumah orang tua Alexa. Kemudian, pengemudi minibus tersebut menemui Alexa di teras. "Assalamu'alaikum. Bu, saya Danang supir resortnya P
Karel mengendarai SUV asal Eropa miliknya dengan kecepatan penuh, menuju lokasi dimana Alexa dan ketiga putrinya berlibur selama akhir pekan ini. Rasa penasaran akan pria yang telah membuat Alexa mengeluarkan kilauan di matanya, telah menyingkirkan semua urusannya, bahkan sebuah rencana yang telah matang ia persiapkan bersama rekan-rekannya untuk ajang balapan perdana di sirkuit Remala, ia tinggalkan begitu saja. Setelah setengah perjalanan, terdengar nada dering dari gawainya dan tercantum nama Sekar di layarnya, dengan cepat ia menekan tombol hijau."Laporan!" pinta Karel dengan ketus. Balik mode kulkas beneran nih, Pak Karel! gumam Sekar dan dengan lugas ia segera membacakan informasi mengenai mantan kekasih Alexa. "Siap! Donny Martin, duda dua anak, usia empat puluh delapan tahun. Mantan marketing manajer PT. Agro Persada, Tbk. Mengambil pensiun dini, empat tahun yang lalu dan membuka lahan agrowisata dan outbound, di Bogor bersama dengan lima investor. Lahan yang dikelolanya se
"Assalamu'alaikum, saya Donny," sebuah suara yang berhasil menyadarkan Karel dari lamunannya. Dengan senyum kecut, Karel membalas uluran tangan Donny dan menjabatnya erat, sambil berucap, "Wa'alaikumsalam, saya Karel.""Om, ayo kita ke ibu dulu, sekalian makan siang, yuk!" ajak Kimi setengah memaksa. "Iya, kita makan siang bareng dulu, jangan langsung pulang. Sayang tuh, makanannya sudah siap," sahut Donny yang hanya sekedar basa-basi, sedangkan di dalam hatinya, ia berkata sebaliknya. Tolak, tolak! Jangan bilang iya! gumam Donny tetapi wajahnya tetap penuh senyuman ke arah Karel. Basa-basi banget, Lu! Gue tahu mau Lu, apa! jawab Karel di dalam hatinya. Kedua pria yang sama-sama berbadan tinggi dan tegap ini, duduk berhadapan saling menatap penuh kebencian bagaikan rival yang akan bertanding. Sementara Alexa, duduk di sampingnya dan berulang kali melirik bergantian ke arah Karel dan Donny sambil tersenyum geli. "Kalian berdua mau suap-suapan? Kok dari tadi saling memandang, uhuk
Pertanyaan yang bukan sekali atau dua kali dilontarkan orang-orang yang mengenal dengan baik, Karel dan Alexa, tetapi keduanya tidak pernah memiliki jawaban yang pasti. Entah mengapa, keduanya tidak pernah dapat mengungkapkan isi hati masing-masing. "Kenapa Al?" tanya Karel sambil memandang lurus ke Alexa yang membuang wajahnya ke samping. "Kamu nggak pernah nembak aku dan aku juga nggak pernah mau memulainya. Jujurly, aku merasakan ada penghalang antara kita, Karl. Tapi jangan tanya apa, aku sendiri nggak tahu dan nggak yakin, tapi ... entahlah," jawab Alexa yang tidak yakin dengan perasaannya kepada Karel. "Kenapa kalian nggak bicara dari hati ke hati?" "Al selalu menghindari pembicaraan itu," sahut Karl dengan cepat. "Kamu yang selalu mundur sebelum maju. Udahlah, aku capek kalau ngebahas ini.""Permisi, aku sudah selesai," ucap Alexa yang beranjak dari kursinya, lalu berjalan menjauh menuju cottage-nya. Melihat hal tersebut, Karel mengendur duduknya dan membuang nafasnya deng
Di dalam perjalanan menuju kediamannya, Karel menghubungi Mario untuk membantunya dalam persiapan pernikahannya. "Yo, I need your help!" "Ada apa, Bro? Lo kena masalah apa, kok nadanya kayak ada yang gawat?""Ini emang statusnya emergency. Gue tunggu Lu di rumah, ba'da Isya.""Wait, ada kedaruratan apaan?!""Gue mau nikah, ahad besok sama Al, jadi ___""OTW!" sahut Mario dengan cepat dan bergegas menuju mobil yang terparkir di depan rumahnya. Di malam yang cerah, begitu juga dengan hati Karel yang sudah lama tidak merasakan perasaan yang ia rasakan saat ini. Sensasi jatuh cinta memang berefek luar biasa. Tuan Belanda yang terkenal garang, lebih garang dari Kak Ros ini, tiba-tiba saja wajahnya melunak dan dipenuhi dengan senyuman. Garis-garis halus di sekitar mata dan bibirnya menjadi terlihat karena senyuman yang tak jua lepas dari wajahnya. Pemandangan yang berbeda ini, tentu saja membuat Mario tidak percaya. "Terakhir gue lihat Lo kayak gini, hmmm mungkin waktu anak ke-tiga Lo l
"Kak Donny, aku pamit ya. Makasih untuk semuanya, ya Kak.""My pleasure, selalu senang dapat membuatmu bahagia, walaupun bahagia bukan bersamaku," ucap Donny dengan mata sayu seolah ini adalah sebuah kalimat perpisahan untuk yang kedua kalinya. "Kak, jangan bikin aku jadi sedih, aku jadi nggak enak __"Donny segera memotong ucapan Alexa, karena ia tidak ingin membuat mantan terindahnya ini merasa terbebani, "Al, selamat ya. I'm happy for you. Aku tunggu undangannya."Dengan berat, Alexa menjawab, "Makasih, Kak. Aku pamit, ya.""Eh tunggu dulu, ini buat kamu," ucap Donny sambil mendorong dua kardus besar ke arah Alexa. "Apa ini, Kak?""Hasil kebun, buat nambahin isi kulkas kamu," jawab Donny sambil tertawa. "Banyak amat? Ini semuanya?" tanya Alexa keheranan. "Iya, ini hadiah awal, nantikan hadiah selanjutnya di pernikahan kamu," ucap Donny sambil tetap tersenyum dan menatap wanita yang masih ia cintai. "Kak Do __""Don't be sad, you must be happy," ucap Donny dengan lembut. Keingin
Suasana di kediaman orang tua Alexa mulai sibuk dengan persiapan lamaran yang akan dilaksanakan pada ba'da Isya atau pada pukul setengah delapan malam nanti. Aneka panganan kecil dan besar telah rapi tertata di atas meja. Sekar dengan semangat juang kemerdekaan untuk menyambut sebuah peristiwa yang sangat ia nantikan ini, telah mempersiapkan para petugas penyambutan dan tak lupa pasukan khusus dokumentasi karena peristiwa ini tidak boleh disia-siakan tanpa adanya bukti otentik bahwa bapak Karel Hardys, si duda Belanda nan jutek bin galak akhirnya akan menikah. Tetapi, Sekar juga mengetahui benar, bahwa ia tidak boleh menyebarluaskan berita ini, sebelum semua persiapan pernikahan telah rampung. Jadi ia harus bersabar untuk menunggu hingga undangan disebarluaskan. Akhirnya, waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan malam, Karel dan rombongannya telah menyelesaikan shalat Isya berjama'ah dan sedang dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Alexa, yang secara normal dapat ditempu
Ketika cahaya lilin digantikan dengan sinar cahaya lampu yang tiba-tiba kembali menyala, dua keluarga baik Alexa maupun Karel masih belum selesai dengan keterkejutannya akan permintaan dari Karel. "Kamu mau akad malam ini?" tanya ayah Alexa. "Jika Bapak mengijinkan, tapi __ gimana, Al?" Alexa yang tidak siap dengan permintaan Karel ini pun hanya dapat terdiam, jantungnya berdegup dengan kencang, seakan ingin keluar dari rongga dadanya dan mencari siapa biang keladinya. Sedangkan Sekar, yang dengan setia duduk mendampingi Alexa, menyadari apa yang terjadi dengan kakak sepupunya ini. "Pak, otewe Mas atau Bang, kayaknya mbak Al butuh oksigen, deh! Ini statusnya bahaya! Kenceng bener ini!" seru Sekar yang merasakan denyut jantung Alexa yang sangat cepat dan kencang. Ibu Alexa pun menghampiri dan kemudian, membelai lembut punggung Alexa sembari lirih berkata, "Al, sesuatu yang baik, wajib disegerakan. Pernikahan pun hukumnya wajib disegerakan agar tidak menimbulkan fitnah. "Jika mema