Di siang yang cerah di pertengahan pekan, Alexa sedang asyik berjibaku dengan kertas-kertas sketsa desain pakaiannya. Berlembar-lembar sudah sketsa yang ia hasilkan, dari gaun, gamis, blazer, hingga aksesoris pendukungnya. Kesibukannya yang baru ini, tidak membuatnya melupakan bisnis warung tenda yang dijalankan oleh para mantan karyawannya. Walaupun ia tidak turun tangan langsung untuk mengamati perkembangan bisnisnya, ia selalu mendapat laporan penjualan harian dari Zasky. Bantuan modal yang ia berikan kepada mantan karyawannya, membuat dirinya berperan sebagai investor. Di saat Alexa berhenti sejenak untuk beristirahat, ia dikejutkan dengan notifikasi e-mail yang baru saja masuk. "Tumben ada yang ngimel, siapa?" lirihnya sambil membuka e-mail tersebut. Keningnya berkerut, kepalanya dimiringkan ke kanan dan ke kiri, bertanya-tanya siapa gerangan yang mengirim e-mail ini. "Donny Martin? __ Donny Martin? DONNY MARTIN, KAK DONNY?!" teriaknya spontan hingga ia berdiri dari duduknya.
Tanpa terasa, hari berganti menjadi pekan dan pekan menjadi bulan. Modal yang Karel berikan untuk Alexa telah menghasilkan beberapa pakaian dari yang sederhana hingga yang mewah. Kesibukan barunya dalam bidang fashion, tidak melupakan bisnis kulinernya yang telah ia serah tugaskan kepada Zasky. Zasky secara pekanan melaporkan hasil penjualan warung-warung tenda yang kini telah tersebar menjadi empat cabang dalam kurun waktu hampir setahun dan dalam kurun waktu yang hampir sama, Karel dan Alexa sudah tidak berhubungan sama sekali. Alexa yang mengganti nomor telepon dan merahasiakan nomor barunya dari orang-orang yang berhubungan dengan Karel, telah merasakan efeknya, yaitu ketenangan dalam kesehariannya. Hingga tanpa ia sadari, ia telah sedikit banyak melupakan keberadaan Karel. Kesibukan baru yang menyita waktunya, juga turut andil dalam rasa yang perlahan-lahan menguap. Tetapi, beda Alexa, beda pula Karel. "Pak, sekarang Anda sudah ditunggu untuk rapat direksi," ucap Sekar perlahan
Dalam sebuah ruangan tanpa jendela, cahaya matahari hanya mengintip dari lubang-lubang ventilasi yang terletak di bagian atas dinding. Beberapa pria berbadan tegap dan besar tengah berbincang dengan serius. Tak seberapa lama, pintu diketuk. Salah satu dari mereka pun berdiri dan segera membukakan pintunya. "Hii, finally you're here. Welcome!" ucap pria itu sembari menjabat tangan Karel dan diikuti dengan lainnya. "Thanks, Bro!" "Akhirnya aku bisa keluar dari jas dan dasi," seloroh Karel yang membuat seisi ruangan tertawa. "Ayo, kita semua duduk dulu," ajak Alan. "Alhamdulillah, akhirnya sirkuit ini jadi juga, thank's to Karel sebagai investor terbesar kita," ucap Juna, yang ditunjuk sebagai direktur sirkuit, yang diberi nama sirkuit Remala atau penggabungan atas tiga nama penggagas dan pendana utama, yaitu Karel, Mario dan Alan. "Bulan depan, bertepatan dengan awal liburan kenaikan kelas, sirkuit ini akan dibuka dengan diadakan lomba balap motor bebek
Resto and coffeeshop yang diberi nama Chequered Flag by Ganbatte itu telah berdiri dengan elegan di salah satu sisi sirkuit. Sesuai dengan namanya, nuansa hitam putih menjadi warna utama restoran dan coffeeshop tersebut. Bahkan para waiter turut menggunakan seragam yang senada, yaitu t-shirt kotak-kotak hitam dan putih, yang dipadankan dengan bawahan berwarna hitam dan topi merah sebagai aksesoris.Di akhir pekan seperti yang sudah dijadwalkan, Alexa bersama ketiga putrinya akan menikmati sejuknya udara di bawah kaki gunung Salak, di perkebunan dan penginapan milik Donny. "Bu, mobilnya sudah datang!" seru Kaiya yang sudah tidak sabar untuk segera menghirup udara segar di pegunungan.Sebuah kendaraan mini bus berwarna hitam dan silver yang dihiasi dengan stiker bergambar sebuah gunung dengan tulisan di bawahnya, The Pelican Hills terparkir di depan rumah orang tua Alexa. Kemudian, pengemudi minibus tersebut menemui Alexa di teras. "Assalamu'alaikum. Bu, saya Danang supir resortnya P
Karel mengendarai SUV asal Eropa miliknya dengan kecepatan penuh, menuju lokasi dimana Alexa dan ketiga putrinya berlibur selama akhir pekan ini. Rasa penasaran akan pria yang telah membuat Alexa mengeluarkan kilauan di matanya, telah menyingkirkan semua urusannya, bahkan sebuah rencana yang telah matang ia persiapkan bersama rekan-rekannya untuk ajang balapan perdana di sirkuit Remala, ia tinggalkan begitu saja. Setelah setengah perjalanan, terdengar nada dering dari gawainya dan tercantum nama Sekar di layarnya, dengan cepat ia menekan tombol hijau."Laporan!" pinta Karel dengan ketus. Balik mode kulkas beneran nih, Pak Karel! gumam Sekar dan dengan lugas ia segera membacakan informasi mengenai mantan kekasih Alexa. "Siap! Donny Martin, duda dua anak, usia empat puluh delapan tahun. Mantan marketing manajer PT. Agro Persada, Tbk. Mengambil pensiun dini, empat tahun yang lalu dan membuka lahan agrowisata dan outbound, di Bogor bersama dengan lima investor. Lahan yang dikelolanya se
"Assalamu'alaikum, saya Donny," sebuah suara yang berhasil menyadarkan Karel dari lamunannya. Dengan senyum kecut, Karel membalas uluran tangan Donny dan menjabatnya erat, sambil berucap, "Wa'alaikumsalam, saya Karel.""Om, ayo kita ke ibu dulu, sekalian makan siang, yuk!" ajak Kimi setengah memaksa. "Iya, kita makan siang bareng dulu, jangan langsung pulang. Sayang tuh, makanannya sudah siap," sahut Donny yang hanya sekedar basa-basi, sedangkan di dalam hatinya, ia berkata sebaliknya. Tolak, tolak! Jangan bilang iya! gumam Donny tetapi wajahnya tetap penuh senyuman ke arah Karel. Basa-basi banget, Lu! Gue tahu mau Lu, apa! jawab Karel di dalam hatinya. Kedua pria yang sama-sama berbadan tinggi dan tegap ini, duduk berhadapan saling menatap penuh kebencian bagaikan rival yang akan bertanding. Sementara Alexa, duduk di sampingnya dan berulang kali melirik bergantian ke arah Karel dan Donny sambil tersenyum geli. "Kalian berdua mau suap-suapan? Kok dari tadi saling memandang, uhuk
Pertanyaan yang bukan sekali atau dua kali dilontarkan orang-orang yang mengenal dengan baik, Karel dan Alexa, tetapi keduanya tidak pernah memiliki jawaban yang pasti. Entah mengapa, keduanya tidak pernah dapat mengungkapkan isi hati masing-masing. "Kenapa Al?" tanya Karel sambil memandang lurus ke Alexa yang membuang wajahnya ke samping. "Kamu nggak pernah nembak aku dan aku juga nggak pernah mau memulainya. Jujurly, aku merasakan ada penghalang antara kita, Karl. Tapi jangan tanya apa, aku sendiri nggak tahu dan nggak yakin, tapi ... entahlah," jawab Alexa yang tidak yakin dengan perasaannya kepada Karel. "Kenapa kalian nggak bicara dari hati ke hati?" "Al selalu menghindari pembicaraan itu," sahut Karl dengan cepat. "Kamu yang selalu mundur sebelum maju. Udahlah, aku capek kalau ngebahas ini.""Permisi, aku sudah selesai," ucap Alexa yang beranjak dari kursinya, lalu berjalan menjauh menuju cottage-nya. Melihat hal tersebut, Karel mengendur duduknya dan membuang nafasnya deng
Di dalam perjalanan menuju kediamannya, Karel menghubungi Mario untuk membantunya dalam persiapan pernikahannya. "Yo, I need your help!" "Ada apa, Bro? Lo kena masalah apa, kok nadanya kayak ada yang gawat?""Ini emang statusnya emergency. Gue tunggu Lu di rumah, ba'da Isya.""Wait, ada kedaruratan apaan?!""Gue mau nikah, ahad besok sama Al, jadi ___""OTW!" sahut Mario dengan cepat dan bergegas menuju mobil yang terparkir di depan rumahnya. Di malam yang cerah, begitu juga dengan hati Karel yang sudah lama tidak merasakan perasaan yang ia rasakan saat ini. Sensasi jatuh cinta memang berefek luar biasa. Tuan Belanda yang terkenal garang, lebih garang dari Kak Ros ini, tiba-tiba saja wajahnya melunak dan dipenuhi dengan senyuman. Garis-garis halus di sekitar mata dan bibirnya menjadi terlihat karena senyuman yang tak jua lepas dari wajahnya. Pemandangan yang berbeda ini, tentu saja membuat Mario tidak percaya. "Terakhir gue lihat Lo kayak gini, hmmm mungkin waktu anak ke-tiga Lo l