"Aduuuh, apalagi?!" lirih Alexa yang mood-nya anjlok seketika. "Apa sih, Ta?" tanya Alexa kepada Meita dengan kesal. "Apa? Cih, ngapain kamu kesini lagi? Belum cukup ngeracunin Karel?""Belum," jawab Alexa seolah menantang balik Meita. "Belum cukup, aku belum lihat dia ngomel-ngomel complain akan jilbabku yang nggak matching sama bajuku, complain akan sepatuku yang terlalu cowok dan nggak ada feminin-femininnya, complain akan aku yang selalu jutek di depannya, complain ___""Kalau kamu mulai terlalu baik seperti sekarang," potong Karel tiba-tiba yang membuat Alexa dan Meita terkejut. "Sekar barusan WA, katanya kamu barusan bayar tagihannya, ngapain?" tanya Karel. "Ooo jadi sok malaikat pakai acara ngebayarin tagihannya?" sindir Meita. "Iya Ta, aku lagi malaikat mode on, yang kayak di cerita-cerita itu, malaikat tanpa sayap. Hmm yaah, sayap memang nggak punya, tapi kartu debit selalu ada di dompet," jawab Alexa dengan santai dan berharap ia bisa dapat melenggang dengan cepat. "
Di suatu sudut kota Jakarta, di sebuah pemukiman padat penduduk, anak-anak seusia TK tengah bermain dan berlarian kesana-kemari. Para penjaja makanan keliling datang silih berganti dengan membunyikan suara khas dagangan mereka untuk menarik pembeli. Di tengah keramaian itu, terlihat wanita memakai slayer sebagai bando di kepalanya dan berjalan anggun ke sebuah rumah petak dengan satu kamar. Dengan mengetuk pintu rumah tersebut, ia memanggil sebuah nama, "Pak Karyo, saya di depan."Tak berapa lama, seorang pria berusia sekitaran akhir tiga puluh tahun, membuka pintunya dan mempersilahkan wanita itu untuk memasuki rumahnya. "Ada apa, Bu Meita? Apa tugas saya kemarin belum selesai?""Pak, Bapak yakin kan nggak ada yang lihat Bapak masukin bubuk itu?" lirih Meita sambil matanya sibuk memperhatikan sekitar, berharap tidak ada orang yang mendengar percakapannya. "Aman, Bu. Saya yakin tidak akan terlihat di CCTV, karena saya selalu membelakangi kameranya," jawab Karyo penuh dengan keyaki
Malam semakin larut, Karel dan Alexa telah berada di kamarnya masing-masing dengan rasa berbunga di dalam hati mereka. Berbeda hal dengan Meita, yang masih menantikan pemberitaan akan kelanjutan kasus yang ia dalangi. Lain halnya dengan Arga, mantan suami Alexa yang ternyata mengambil sikap tidak peduli terhadap masalah yang dihadapi oleh mantan istrinya itu. Ia memilih untuk bersenang-senang dengan menikmati akhir pekan di Kuala Lumpur, Malaysia. Tentu saja, hal itu berakibat jatah nafkah untuk ketiga putrinya dipangkas habis-habisan. "Kim, ayah sudah transfer belum? Kok, di rekening ibu belum masuk," tanya Alexa. "Udah kok, Bu. Ayah transfer ke rekening aku, tapi cuma satu juta," jawab Kimi. "Satu juta lagi? Bulan lalu juga cuma satu juta, sekarang juga satu juta. Apa kamu sudah tanya kok cuma segitu? Kan harusnya minimal tiga juta?""Udah, katanya ayah lagi banyak kebutuhan," jawab Kimi dengan malas. Kimi memang paling malas jika harus membahas uang kiriman dari ayahnya, karena
"Intinya, besok statusnya tersangkanya Triki bakal dicabut," ucap Alan. "Alhamdulillah, jadi Triki sudah bisa kembali beroperasi dengan normal, ya?" tanya Karel. "Aman, Karl. Nah, temen-temen penyidik masih ngembangin kasus ini, masih mencari kemungkinan-kemungkinan pihak yang terlibat. Bakalan ada pemanggilan saksi-saksi lagi," jelas Alan. "Oiya satu hal lagi yang mau gua tanyain, itu masalah Al nyamperin para korban itu gimana?" tanya Karel. "Oh itu, aman. Sudah gua konfirmasi ke para korban, katanya Al itu datang untuk minta maaf, trus yaa biasa lah, namanya njenguk biasanya kan ngasih bingkisan. Nah, untuk tagihan rumah sakitnya, itu juga sudah klir. Al nggak cover semuanya, karena banyak dari korban yang biaya perawatannya ditanggung perusahaan. Jadi mungkin sekitar 25% aja yang Al keluarkan dari seluruh total biayanya," jelas Alan. "Alhamdulillah! Lega gua, malam ini gua bisa tidur nyenyak!" seru Karel bahagia. "Ini bocah emang beneran cinta ke Al, ye!" seru Mario. "Emang!
Di satu sudut kota, di sebuah taman yang sepi, Meita tampak gusar dengan tangan yang terus bergerak untuk mengurangi ketidaktenangan hatinya. Lalu, seorang pria bertopi dan memakai kacamata hitam pun mendekati. Tanpa bicara, Meita menyerahkan sebuah plastik hitam kepada pria tersebut. Si pria pun memeriksa isinya sepintas saja, lalu ia mengembangkan bibirnya membentuk senyuman. "Senang bekerja untuk Anda, Nyonya cantik," lirih pria tersebut di telinga Meita, yang membuatnya risih dan ingin segera menyingkirkan pria tersebut secepatnya. Dengan wajah berseri, pria tersebut meninggalkan Meita yang masih tampak gemetar. Beberapa saat kemudian, Meita sudah dalam perjalanan menuju kediamannya. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara dering gawainya. "Bikin kaget aja, Lo!" hardik Meita. "Wesh, easy Bu!""Dimana, Lo?!" tanya Meita. "Depan rumah Lo. Buruan!" Meita pun menambah kecepatannya agar dapat segera sampai di rumahnya dan beberapa saat kemudian, ia telah berada di dalam rumahnya ber
Di sebuah ruangan putih, dengan tiga buah kursi dan satu meja, Meita menunggu dengan jantung berdebar. Entah sudah berapa lama ia menunggu, tetapi belum ada satupun penyidik yang menemuinya. Hal itu tentu saja membuat kegusarannya semakin menjadi. Ini polisi pada ngapain, sih?! Masa' gue dibawa kesini, terus dicuekin?! Pak Pol, niat Lo apaan?! gumam Meita dalam hati. Sementara itu, para penyidik menyengaja dengan membiarkan Meita duduk sendiri dalam ruangan yang berukuran dua kali dua, dengan kamera monitor yang merekam dari detik ke detik. Sebuah teknik interogasi yang digunakan di seluruh dunia, dengan membuat saksi stres dengan menunggu ketidakpastian statusnya, sehingga di suatu titik kelelahan psikisnya akan membuat saksi mengungkapkan semua yang ia ketahui tanpa terkecuali. "Bagaimana?" tanya kepala penyidik kepada bawahannya yang sedang mengamati Meita melalui cermin satu arah. "Saksi sudah mulai tidak tenang, ia berulang kali bergerak yang menunjukkan kondisi psikisnya
Ditangkapnya Meita, ternyata tidak serta merta membuat kehidupan Alexa kembali damai, ia masih harus disibukkan dengan proses persidangan yang tidak sebentar. Terlebih, Meita menyewa pengacara handal untuk mendampinginya. Bisnisnya pun tidak semenggeliat dari sebelumnya, usaha-usaha untuk kembali meraih konsumen tidak semudah membalikkan telapak tangan. Zasky yang bertanggungjawab atasnya pun dibuat sibuk dan pusing tujuh keliling. "Gimana Ky, ada kemajuan?" tanya Alexa. "Kemajuan dari mikroskop, Bu," jawab Zasky dengan wajah yang kusut karena membaca balasan e-mail dari perusahaan-perusahaan prospeknya. "Masih banyak yang menolak, ya?""Bukan cuma nolak, tapi intinya mereka sudah nggak percaya lagi sama kredibilitas Triki karena sampai bisa kecolongan seperti ini. Mereka meragukan keamanan kita, Bu," jawab Zasky seolah tanpa harapan. "Ya sudah, kita sudah usaha maksimal, sekarang kita coba usaha yang lain. Saya kok tiba-tiba punya ide untuk bikin food truck __""Ibu cerdas!" poto
Sesuai dengan dugaan Karel, Meita menyewa pengacara ternama untuk membebaskannya dari semua tuntutan. Tetapi tak serta merta dirinya menjadi mudah untuk terbebas dari semua tuntutan. "Bu Meita, tuntutan kepada Anda ini cukup berat, untuk kasus pencemaran nama baik, itu masih bisa kita negosiasilah, tetapi untuk percobaan pembunuhan ini sangat serius," ujar sang pengacara. "Berapa tahun?" tanya Meita langsung pada intinya. "Paling lama enam tahun dikurangi masa tahanan, tetapi masih bisa dikurangi lagi dengan jaminan berperilaku baik selama ditahanan," jawab Binsar Manurung. "Hah! Enam tahun?! Aku akan berusia lima puluh tahun saat itu!""Pak, jangan bercanda dong! Pak, saya nggak pernah berusaha untuk membunuh siapapun, apalagi membunuh mantan suami saya!" sanggah Meita. "Maka dari itu, kita harus dapat membuktikan bahwa tidak ada usaha percobaan pembunuhan dalam kasus ibu. Itu yang harus kita selesaikan terlebih dahulu, bahwa tidak ada niatan untuk menghilangkan nyawa manusia, te