Akhir pekan yang dinantikan pun tiba, sesudah melaksanakan ibadah wajib bagi pria muslim di hari Jum'at, Karel segera menuju resort mewah langganannya di Tanjung Lesung, yang ditempuh sekitar tiga jam dari Jakarta melewati jalan tol yang belum lama ini diresmikan.
Sesampainya di resort Kaleka, ia melepaskan pakaian kerjanya dan berganti dengan t-shirt dan celana bermuda yang lebih santai. Setelah melaksanakan shalat Ashar, Karel berjalan menyusuri pantai yang memiliki pasir putih dengan air laut yang jernih, sehingga dapat terlihat jelas batuan dan karang di dalamnya.Matahari perlahan mulai tenggelam di ujung laut, menampakkan semburat warna lembayung senja, meneduhkan hati yang gundah gulana. Karel berdiri menatap keindahan laut dan langit yang perlahan berganti warna."It's beautiful, just like ..., hmm siapa? Mom?" lirihnya. Sesaat itupun, ia mulai merasakan kerinduan akan dekapan seorang wanita, juga rasa ingin mencintai dan dicintai. Tetapi rasa yang telah lama ia kubur jauh di dalam hatinya, tiba-tiba membuncah dan menyesakkan dadanya.Sambil memegangi dadanya yang terasa sesak, Karel menengadahkan kepalanya menatap langit senja, lalu ia mulai memanjatkan do'a."Ya Allah, pertemukan aku dengan cinta sejatiku, cinta terakhirku, cinta yang tak akan hilang walaupun terpisah oleh jarak dan waktu. Kabulkanlah do'aku, ya Allah."Lalu, sayup-sayup terdengar suara gelak tawa anak-anak yang sedang bermain di pinggir pantai. Ia pun mencari dari mana datangnya suara yang terdengar indah di telinganya dengan berjalan ke arah resort.Sesaat itupun ia melihat sosok wanita yang tak asing baginya. Walaupun ia sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengannya, tetapi ia dapat mengenalinya dengan mudah sosok wanita berhijab syar'i itu."Al? Alexa?" lirihnya sambil berjalan menghampiri wanita yang pernah menjadi cinta pertamanya. Tetapi takdir belum mengizinkannya karena begitu melihat ada seorang pria berjalan ke arahnya dan ketiga putrinya, Alexa segera bergerak menuju cottage."Ayo kita balik sekarang, sudah hampir Maghrib!" seru Alexa kepada ketiga buah hatinya.Ketiga putrinya pun berlarian menuju cottage-nya dan disusul oleh Alexa yang memilih untuk berjalan cepat, hal tersebut membuat Karel mengurungkan niatnya untuk menemui Alexa."Hmm kok kabur, kamu masih sama seperti dulu, selalu menghindar dari pandanganku. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk tidak bertemu kembali," lirih Karel yang menghentikan langkahnya dan memilih kembali berjalan menyusuri pantai hingga waktu Maghrib tiba.Alexa adalah nama yang dapat membuat hati Karel berdesir karena Alexa adalah cinta pertama Karel yang ia kenal semasa SMP. Walaupun penampilan Alexa saat ini sudah jauh berbeda dari yang dulu, tetapi Karel tidak pernah melupakan wajah unik yang dimiliki Alexa.Alexa adalah wanita asli Jawa dengan wajah oriental yang sering disalahartikan sebagai non muslim, terlebih nama yang disandangnya jauh dari kesan islami. Begitu juga dengan Karel, yang memiliki wajah blasteran Eropa dengan nama yang jauh dari kesan Islami. Walaupun begitu, Karel dan Alexa adalah muslim yang taat, sehingga di saat sekolah, mereka berdua sering terlihat bersama menuju musholla untuk mengikuti shalat Dzuhur berjama'ah.Rasa penasaran Karel akan Alexa telah terjadi dari awal perkenalan mereka di awal tahun ajaran baru. Tetapi, Karel baru dapat mengakrabkan dirinya dengan Alexa, setelah satu semester berjalan. Di saat itulah, Karel mulai bertanya tentang asal-usul Alexa."Al, aku kan jelas punya campuran Belanda makanya namaku Karel, tapi kamu? Blasteran mana emangnya?" canda Karel."Blasteran Purwokerto sama Banjarnegara," jawab Alexa tanpa ekspresi.
"Daerah ngapak, puol," lanjutnya lagi.
"Kok kamu nggak ngapak?" goda Karel.
Dengan menarik nafas panjangnya dan menghembuskan perlahan, Alexa pun menjawab pertanyaan Karel, "La kepriben, nyong kok dikon ngapak, ora ngandel apa, ne' nyong kie wong ngapak?"
Mendengar logat ngapak Alexa, Karel pun tertawa terbahak-bahak.
"Wah, aku nggak nyangka punya teman ngapak!" seru Karel.
"Aku memang unik, Karl. Hmm tapi unik dan ajaib itu beda tipis, jadi silahkan pikirkan sendiri, aku itu masuk ke dalam golongan yang mana ?" lanjut Alexa santai yang membuat Karel tertawa semakin kencang.
Itulah sepenggal awal pertemanan antara Karel dan Alexa, dimana perlahan rasa itu berkembang. Karel mulai menyukai Alexa secara diam-diam, karena ia tidak ingin Alexa menjauhinya. Lalu memasuki semester berikutnya, Alexa merubah penampilannya dengan memakai jilbab. Perubahan penampilan Alexa ini cukup membuat Karel terkejut, karena Alexa sama sekali tidak pernah menyinggungnya.
"Al, tumben?" tanya Karel singkat di saat istirahat makan siang.
"Ho oh, lagi insyaf," jawab Alexa tidak kalah singkat.
Semenjak saat itu, Karel sering kali memberikan perhatian lebih kepada Alexa, tetapi semua ia lakukan secara diam-diam. Ada kalanya perhatian Karel membuat Alexa kesal dan ingin menghilang dari pandangannya, seperti ketika Alexa terpaksa memakai sepatu putihnya ke sekolah, karena sepatu hitam yang biasa ia pakai masih basah setelah dicucinya akibat hujan yang tak kunjung reda.
"Ngapain kok pakai sepatu putih?" tanya Karel yang menunjukkan ketidaksukaannya.
"Mau gaya," jawab Alexa sekenanya.
"Jelek Al, besok jangan pakai sepatu itu lagi," ucap Karel yang membuat Alexa mengeryitkan dahinya.
"Kamu sehat, Karl? Sejak kapan kamu jadi konsultan fashionku?" protes Alexa.
"Pokoknya besok-besok jangan pakai sepatu itu lagi!" ucap Karel sambil meninggalkan Alexa yang terheran-heran dengan permintaan Karel.
"Heran, aneh kok dipiara?!" sungut Alexa.
Belum cukup sampai disitu, suatu kali Alexa yang sedang asyik bersenda gurau dengan teman kelasnya yang lain, tiba-tiba ia mendapat tatapan sinis dari Karel yang membuatnya menghampiri Karel.
"Kok sinis gitu, emangnya aku ngapain?" tanya Alexa yang cukup terganggu dengan tatapan sinis Karel.
"Aku nggak suka kamu ngobrol sama mereka. Mereka itu cewek-cewek badung yang kerjanya main muluk! Terus, coba kamu lihat gayanya, petakilan nggak karuan, pokoknya aku nggak suka!" ketus Karel dan kemudian meninggalkan Alexa yang mematung karena jawaban Karel yang tak disangkanya.
"Karel kenapa sih, kok tiba-tiba aneh begitu?" lirih Alexa yang tidak menyadari maksud dibalik perhatian yang diberikan Karel.
Semua perhatian yang Karel berikan hanyalah sebuah gangguan aneh dan lucu bagi Alexa, sementara itu Karel tidak pernah mengatakan maksud akan perhatian yang ia berikan untuk Alexa.
Tetapi, tanpa mereka berdua sadari, perhatian yang Karel berikan kepada Alexa, mengundang rumor akan perasaan Karel untuk Alexa, yang bertepuk sebelah tangan, karena Alexa tidak pernah menunjukkan sikap yang sama kepada Karel.
Kedekatan antara Karel dan Alexa pun mulai mengundang perbincangan bukan hanya di antara teman-teman satu kelasnya, tetapi hingga satu angkatan mereka, karena keduanya cukup populer dengan penampilan fisik keduanya yang cukup unik. Selain itu, juga dikarenakan keaktifan keduanya dalam OSIS, dimana Karel menjabat sebagai ketua OSIS dan Alexa sebagai sekretaris.Tetapi sayangnya kenangan itu, terpendam jauh di dalam hati Karel karena dengan mengingat kebersamaannya bersama Alexa membuat hatinya sakit menahan rasa yang tidak dapat ia jelaskan dan mengerti.
Keesokan harinya, Karel keluar lebih awal di saat mata hari mulai menampakkan wajahnya di laut dengan harapan akan perjumpaannya dengan Alexa. Tetapi sayangnya, hingga cahaya matahari mulai bersinar lembut di pagi hari, Alexa dan ketiga putrinya tidak menampakkan dirinya.
Karel pun memutuskan untuk mendatangi cottage tempat Alexa menginap, tetapi sayangnya ia tidak menemukan siapapun, kecuali petugas cleaning service yang sedang membersihkan cottage.
"Mas, keluarga yang kemarin menginap di sini kemana, ya?" tanya Karel.
"Oh, mereka tidak menginap, Pak. Kemarin setelah Maghrib mereka sudah check-out, Pak," jawab petugas cleaning service.
"Kok aneh, check-outnya malam hari?"
"Setahu saya, ibu itu memang tidak menginap disini, tetapi hanya memakai cottage untuk beristirahat saja," jawab petugas kebersihan.
"Mas, saya bisa minta nomor kontak ibu yang menginap disini ?" tanya Karel penuh rasa penasaran.
"Wah maaf, Pak. Saya tidak tahu dan menurut peraturan yang berlaku, kami tidak diperbolehkan memberikan kontak pelanggan kepada pihak lain tanpa izin atau sepengetahuan yang bersangkutan."
Karel sebenarnya tahu benar akan peraturan yang berlaku di penginapan di seluruh dunia, tetapi ia tetap berusaha mencobanya. Pada akhirnya, Karel harus kembali memendam rindunya untuk Alexa, tetapi sesaat kemudian ia tersadar akan betapa dingin sikap Alexa kepadanya.
"Dari dulu kamu tidak pernah sedikitpun menaruh perhatian padaku, mau sebaik apapun aku. Mungkin rasa ini hanya aku sendiri yang merasakannya, sedangkan kamu tidak. Mungkin seumur hidupku, aku hanya dapat memimpikanmu, Al. Semoga kamu bahagia dengan pria pilihanmu," lirih Karel penuh kekecewaan.
Karel pun menikmati sisa akhir pekan dengan memendam rasa rindu akan Alexa, cinta pertamanya.
Sementara itu, di sebuah hotel di pantai Anyer, Alexa asyik memandang jauh ke lautan lepas dan menikmati angin yang bertiup lembut menerpa kulitnya sambil menikmati sarapan pagi bersama ketiga putrinya.
"Bu, kenapa kita nggak nginap di resort yang kemarin ?" tanya Kimi, putri pertamanya.
"Harga penginapan di sana jauh lebih mahal dari yang ini. Di sana permalamnya bisa sampai satu juta lebih, kalau disini hanya separuhnya. Jadi kemarin ibu cuma pesan dari jam dua siang sampai jam delapan malam, enam jam aja," jawab Alexa sembari menyeruput capuccino panas di depannya.
"Oh gitu. Eh Bu, ibu merhatiin nggak, kemarin ada bapak-bapak ganteng yang jalan-jalan sendirian di pantai?" tanya Kiara, putri kedua Alexa sambil menaik-turunkan alisnya.
"Ih kamu, bapak-bapak yang mana?" tanya balik Alexa, yang berpura-pura tidak mengerti akan pertanyaan putrinya.
"Itu lho, yang sore-sore itu jalan sendirian, yang tinggi brewokan rada-rada bule gitu. Emang ibu nggak lihat?" tanya Kiara penuh rasa penasaran.
Alexa sebenarnya mengerti akan maksud putrinya, tetapi ia memilih untuk tidak membahasnya lebih lanjut dengan berpura-pura tidak tahu."Nggak, ibu nggak lihat. Lagian ngapain ngeliatin bapak-bapak, ntar kalau istrinya tahu bisa rame," kilah Alexa.
"Ish ibu mah, nggak seru! Lagian siapa tahu, si bapak-bapak itu duda yang sedang mencari janda kembang yang memiliki tiga putri yang cantik rupawan seperti diriku ini," canda Kiara sambil meletakkan kedua telapak tangannya di pipinya.
"Kambuhnya sungguh di saat ibu sedang nggak mood. Jadi sekarepmu wae lah," ucap Alexa datar sambil menyantap saladnya.
"Ih ibu, aku pingin ayah baru!" lanjut Kiara dengan menunjukkan wajah kesal.
"Iya Bu, cari duda ganteng trus tajir gitu, Bu. Jadi ibu nggak sibuk ngurusin ini itu, kan nanti punya dayang-dayang yang berbaris rapi menanti perintah," sambung Kimi dengan senyum menggoda.
"Halumu...," sahut Alexa.
"Tuh lihat, Kaiya anteng aja," tunjuk Alexa pada putri bungsunya yang tetap asyik menikmati sarapan paginya tanpa memperdulikan kedua kakaknya.
"Iyalah, Kaiya mah selalu konsentrasi penuh kalau makan," canda Kimi untuk menggoda adiknya.
"Udah, nggak usah gangguin Kaiya. Ayo, segera habiskan sarapannya! Setelah ini, kalian bebas mau ngapain aja, yang jelas ibu mau istirahat," ucap Alexa.
Sesudah sarapan, ketiga putrinya asyik bermain di pantai sementara Alexa memilih bersantai di teras kamarnya yang menghadap langsung ke pantai. Menikmati liburan setelah sepekan penuh menjalankan bisnis kateringnya adalah momen yang selalu Alexa nantikan, semenjak ia bercerai dengan pria yang telah memberinya tiga orang putri.
Pria yang dinilai baik oleh banyak orang, ternyata menyimpan sebuah kebusukan yang membuat Alexa tidak ingin berbagi pengasuhan ketiga putrinya dengan sang mantan.
Liburan singkat di akhir pekan pun berlalu, Karel harus kembali berjibaku dengan rutinitas hariannya di kantor. Tetapi ada yang sedikit berbeda dari dirinya, yang merupakan hasil dari liburan singkat itu, dimana membuat dirinya tampak lebih relaks dan ceria, hal itu terlihat dari raut wajahnya yang tidak sekaku seperti di hari-hari sebelumnya. Di awal pekan ini, seperti biasanya Sekar akan melaporkan jadwal kegiatan yang harus dihadiri Karel. "Pak, barusan saya kirim e-mail jadwal acara peluncuran Instanshopme, Rabu ini di Parkit Hall, Senayan," ucap Sekar yang berdiri di depan meja kerja Karel. Sementara itu, Karel yang sedang menatap layar monitor komputernya pun menjawab, "Iya, ini lagi saya baca." "Oiya Pak, Pak Gunawan berhalangan hadir, jadi beliau meminta Bapak yang mewakili perusahaan," lanjut Sekar dengan berhati-hati, karena ia tahu hubungan antara Pak Gunawan sang direktur utama dengan Karel, terdapat perseteruan yang aneh, dimana Pak Gunawan selalu melimpahkan urusannya
Pertemuan tak disangka antara Alexa dengan Karel, membuat Alexa menjadi lebih pendiam. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Zasky, yang tidak biasa melihat atasannya ini menjadi begitu pendiam. "Bu, ada apa? Eh kenapa?" tanya Zasky dari balik kemudi. "Nggak ada apa-apa dan nggak kenapa-kenapa," jawab Alexa sambil memandang jauh ke jendela mobilnya. "Tapi tadi ibu sudah tanda tangan kontrak kerjanya kan?" tanya Zasky untuk memastikan. "Sudah, makanya sekarang kita pulang, karena urusannya sudah selesai," jawab Alexa sambil memejamkan matanya dan menurunkan sandaran kursinya. Melihat Alexa yang sepertinya ingin beristirahat, membuat Zasky mengurungkan pertanyaannya. Tetapi, rasa penasaran itu sungguh mengganggu, membuat Zasky menanyakan hubungan pribadi Alexa dengan Karel, "Bu, maaf mau nanya, boleh nggak?" "Biasanya kalau mau nanya, juga tinggal nanya aja, kok sekarang pakai minta izin?" jawab Alexa dengan mata terpejam. "Karena aku mau nanya tentang bapak bule ganteng tadi, yang
Setelah menerima peta lokasi yang dikirimkan oleh Meita, Alexa pun menambah kecepatannya dan setelah beberapa menit kemudian, tibalah ia di sebuah perumahan mewah di pinggiran Timur ibukota.Alexa menghentikan kendaraannya di sebuah cafe sekaligus tempat tinggal Meita dan ketiga buah hatinya."Assalamu'alaikum," salam Alexa sambil berjalan menuju teras rumah Meita."Wa'alaikumsalam," jawab Meita yang menyambutnya di teras rumahnya."Apakabar, Al?" tanya Meita sambil memberikan pelukan hangat."Alhamdulillah, baik. Ih, berapa lama kita nggak ketemu, ya?" tanya Alexa."Ratusan purnama, pokoknya. Udah lama banget, Al. Eh, kita masuk dulu atau mau ngobrol di cafe taman?" tanya Meita sambil menunjukkan cafe yang terletak di samping rumahnya."Kayaknya lebih seru di luar aja, kali ya," jawab Alexa.Meita pun mengarahkan ke samping rumahnya yang merupakan area cafe tamannya, yang di desain lesehan dan sebagian lagi dengan meja dan kursi, serta dihiasi dengan lampion berwarna-warni yang berga
"Assalamu'alaikum," salam seorang pemuda yang mirip dengan Karel, memasuki ruang tamu dengan membawa sekotak pizza dan satu ember gelato, seperti permintaan Alexa. "Wa'alaikumsalam. Al kenalin, ini putra pertamaku. Rangga," ucap Karel, sambil menerima kotak pizza dari putranya. "Ngga, ini teman sekolah Abi sewaktu masih SMP, namanya tante Alexa," ucap Karel memperkenalkan. "Panggil aja tante Al," sahut Alexa sambil tersenyum. Rangga pun melirik ke arah Karel dan Alexa bergantian, lalu ia mulai menunjuk ke arah Karel dan Alexa, tetapi sebelum ia bertanya, sepertinya Karel dapat membaca apa yang ada di dalam benak sang putra. "Nggak usah main tunjuk-tunjuk. She's my friend, selanjutnya do'akan saja," bisik Karel di telinga Rangga, yang membuat ia tertawa. "Got it, Dad!" Melihat kedua pria di depannya tertawa, Alexa pun mencium sesuatu yang mencurigakan. "What are you guys talking about?" selidik Alexa sambil memicingkan dua matanya. Karel dan Rangga pun menjawabnya dengan kompa
Keesokan paginya, dengan menggunakan kemeja berwarna biru laut dan dasi berwarna dongker, Karel tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Karel, yaitu wajah kakunya mulai tampak mengendor yang ditandai dengan bibirnya yang melengkung ke atas, serta nada bicaranya yang lebih halus dan terdengar senandung indah dari bibirnya. Hal ini tentu saja membuat Narsih bertanya dalam hati, apa gerangan yang membuat majikannya tampak bahagia di pagi ini. Tumben, bapak senyam-senyum sendiri, gumam Narsih. Setelah Karel menyelesaikan sarapannya, ia bersiap menuju ke kantornya, tetapi sebelum itu, ia berpesan kepada Narsih, "Narsih, saya titip kunci mobilnya Alexa, nanti supir kantor akan ambil mobilnya. Tolong ya?" "Baik, Pak." Sementara itu, setelah mengantar ketiga putrinya ke sekolah, Alexa kembali berjibaku dengan perlengkapan dapurnya. "Hari ini ada pesanan apa?" tanya ibu Alexa ketika melihat kesibukan putrinya. "Hari ini nggak ada pesanan
"Kamu sekarang berusaha untuk mendapatkan Karel, setelah Karel kaya, setelah ia berkedudukan dengan gaji milyaran rupiah pertahunnya?! Kamu ternyata sama saja seperti perempuan matre lainnya!" pekik Meita yang terbakar api emosi dan segera meninggalkan rumah Karel dengan membanting pintu depan rumahnya. Narsih pun mengerut dadanya, sambil menyusun kembali kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Alhamdulillah, kotaknya nggak ada yang pecah," lirihnya.Tak lama kemudian, Saiful, suami Narsih lari tergopoh-gopoh menuju dapur."Ada apa? Bunyi apa tadi?" tanya Saiful kepada istrinya."Ya bunyi ini, Pak'e," jawab Narsih memperlihatkan wadah-wadah kedap udara yang berserakan di lantai.Saiful pun segera membantu sang istri menyusun wadah-wadah tersebut kembali di dalam kulkas, sambil kembali bertanya, "Bu Meita tadi ya?""Iyo Pak'e, seperti biasa kalau kesini pasti ngamuk. Aku nggak ngerti sama Bu Meita, Pak Karel iku salahe opo? La wong Pak Karel uwonge kalem ngono, kok nduwe mantan istri sin
Foto-foto yang memperlihatkan kedekatan antara Karel dan Alexa pun dengan cepat tersebar di dunia maya, termasuk oleh Meita dan Arga, mantan suami Alexa yang bersyukur mantan istrinya telah mendapatkan calon pasangan. "Wah, pinter juga Al, nyari laki tajir kek gini," ucapnya pada sang istri, Dila. "Kenapa Al, Kang?" tanya Dila. "Lihat nih, Alexa lagi pacaran sama bule, kalau nggak salah direktur perusahaan apa lah," jawab Arga. "Wah, cakep tuh. Kalau Al nikah sama itu bule, lumayan Kang. Akang nggak perlu ngirim duit lagi, kan sudah ada yang nanggung biaya anak-anak," ucap Dila. "Nah, itu yang kita mau kan? Biar uangnya bisa kita pakai jalan-jalan. Sudah lama nih, kita nggak ke Singapura!""Iya, sudah tiga bulan kita nggak shopping ke Singapura, aku kan pingin belanja sepatu, tas, jam tangan baru, yang jelas bukan yang pasaran, yang banyak di mal-mal disini," ucap Dila sambil bergelayut manja pada lengan Arga. Arga pun tersenyum mesra dan mengecup kening Dila, sambil berucap sini
Matahari mulai meredupkan sinarnya dengan bergeser ke arah barat, menunjukkan senja segera tiba. Stand-stand pameran telah sepi dari pengunjung, bahkan sebagian dari mereka telah mengemas dagangan mereka dan bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan stand katering milik Alexa, yang telah rapi dan menyisakan kantong-kantong berwarna hitam berisi sampah. "Bu, saya langsung pulang, ya," ucap salah satu pegawai Alexa."Iya, kalian duluan aja. Saya masih ada perlu sebentar," sahut Alexa. Beberapa saat kemudian, Alexa terlihat berjalan menemui Sekar yang tengah menunggunya. "Yuk, kita jalan," ajak Alexa. "Eh, jalan? Mau jalan ke mana? ""Ke hatimu," canda Alexa sambil mengedipkan satu matanya. "Ish gelai! Kambuh?""Iya, belum dapat asupan es krim," jawab Alexa sambil tersenyum. "Wah bahaya. Eh tapi!""Tapi apa?!""Gimana tadi sama Pak Karel?" tanya Sekar. "Gimana apanya?" tanya Alexa balik. "Jadian nggak?"Alexa pun melayangkan pukulan ke lengan adik sepupunya itu. "Jadian dari Hon
Kedatangan Donny di ruang perawatan tempat Alexa dirawat, mengejutkan sang bunda dan Nisa, yang juga masih berada di ruangan dan Nisa yang sama sekali tidak pernah mendengar nama Donny sebelumnya pun merasa perlu untuk tetap berada di ruangan."Maaf Bu, beberapa hari yang lalu saya ke butiknya Al, dari sanalah saya tahu kalau Al mengalami kecelakaan dan dirawat disini," tutur Donny."Maaf Pak, tapi Anda siapa, ya?" tanya Nisa yang tidak mendapatkan informasi apapun akan Donny.Kalau aku jujur, aku akan mengundang masalah baru, tapi aku juga lelah menjadi pria bayangannya Al, tapi aku belum gila, batin Donny.Tetapi, demi menjaga perasaan semua pihak, akhirnya Donny hanya dapat menjawab dengan jawaban teraman."Saya cuma teman lamanya Al. Saya juga datang ke resepsi pernikahan Al dan Karel," jawab Donny sambil memperlihatkan foto-foto kebersamaannya bersama Karel dan Alexa saat berada di resortnya."Maaf, saya baru tahu kalau Al terkena musibah. Makanya begitu saya tahu, saya langsung
Sepekan telah berlalu dan tanda-tanda akan kesadaran Alexa belum juga terlihat. Semuanya masih terlihat sama seperti pada hari pertama, hal ini pada akhirnya membuat Karel gelisah. Ia pun berulang kali menanyakannya kepada dokter yang bertanggung jawab menangani Alexa, walaupun ia hanya mendapatkan jawaban yang sama setiap kali ia menanyakannya."Semua ikhtiar telah kami coba, Pak. Untuk saat ini, kita hanya dapat menunggu kapan ibu Alexa akan sadar. Maaf, hanya itu yang kami dapat lakukan. Mungkin dengan memperbanyak istighfar dan do'a, semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Kita tunggu saja, apa rencana Allah dibalik ini semua."Rekaman murottal tiga puluh juz pun bergantian diputar dengan tilawah Al-Qur'an yang dilantunkan Karel atau anggota keluarga lainnya, dengan harapan kesadaran Alexa akan segera terjadi. Bayangan akan kehilangan Alexa untuk selamanya, mulai menghantui Karel dan membuatnya terlihat sangat kusut dan menjadi perhatian dari ibu dan kedua adiknya."Bang, istirahat l
Adzan Isya berkumandang, kondisi Alexa masih belum menampakkan perubahan. Dirinya masih dalam status penurunan kesadaran dan masih dalam perawatan intensif. Keenam putra dan putrinya telah berkumpul untuk melihat kondisi sang bunda, dengan ditemani oleh orang tua Alexa. "Boleh masuk, tapi nggak boleh langsung semuanya. Dua-dua dulu, ya," ucap Mario yang masih berjaga. Putra dan putrinya pun bergantian memasuki ruang perawatan ICU, dimulai dari Rangga dan Kimi. Keduanya melangkah perlahan mendekati Alexa yang tergeletak tak sadarkan diri. Karel yang duduk di samping Alexa, memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika Rangga dan Kimi memasuki ruang. Ia pun melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. "Bi, gimana keadaan ibu?" tanya Rangga, sementara Kimi hanya terdiam memandang sang bunda. "Ya seperti yang kamu lihat, ibu belum sadar. Ibu masih di dunia mimpinya," jawab Karel sambil memandangi Alexa dengan penuh cinta dan sesekali mengelus pipinya. Tetapi, pandangannya bera
"Karl, sepertinya Alexa harus kita MRI, karena...""Do what you have to do, as long as she survive," potong Karel. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mario segera melaksanakan MRI otak pada Alexa dan hasilnya sesuai dengan dugaannya. Terdapat trauma pada kepala bagian belakang akibat benturan keras, tetapi ada satu hal yang diluar dugaan Mario, yaitu trauma tersebut melukai dinding otak. "Dok, ada luka di dinding otaknya," ucap dokter radiologi kepada Mario yang berada di ruang operator. "Iya, I can see that. Hmm selain itu ada luka atau perdarahan yang lain, nggak?" tanya Mario. Setelah mencari dengan memutar-mutar imagenya, operator MRI pun menjawab, "Sepertinya tidak ada lagi, Dok. Hanya dinding otaknya saja yang luka.""Dok, kalau dinding otaknya luka berarti ada kemungkinan amnesia, kan?" tanya Mario untuk memastikan diagnosanya. "Iya, Dok. Tapi kalau dilihat dari tingkat traumanya, ini masih gegar otak ringan. Jadi kesempatan sembuhnya jauh lebih cepat. Biasanya sih, nggak lam
Dua pekan berlalu, butik yang akhirnya disepakati dengan nama Relax, yang merupakan penggabungan nama Karel dan Alexa, akhirnya resmi dibuka pada Ahad, pukul sembilan pagi. Mengambil tempat di sebuah ruko berlantai tiga, di kawasan eksklusif timur Jakarta, butik Relax berdiri dengan anggun, menggunakan konsep perpaduan antara simply dan shabby chic. Warna putih yang mendominasi dengan dipadukan warna-warna pastel yang lembut, menghadirkan suasana yang menenangkan dan menyejukkan mata. Semua bagian ditata dengan menggunakan elemen-elemen interior yang memiliki kesan ringan dan lapang pada ruangan yang memiliki ukuran delapan kali dua belas meter persegi ini. Busana-busana muslimah telah tergantung rapi di sekeliling ruangan dan dilengkapi dengan sofa serta coffee table yang diletakkan di tengah ruangan. Alexa dan dua asistennya, serta dibantu oleh tiga orang pramuniaga tengah sibuk mempersiapkan pembukaan butik dalam beberapa menit kedepan. "Kasir ready, ya?" tanya Alexa kepada salah
Sebulan sudah Karel dan Alexa hidup berumah tangga, tidak banyak yang berubah dari keseharian mereka berdua. Karel tetap sibuk dengan pengelolaan sirkuit yang juga memiliki area outbound dan lapangan tembak, sedangkan Alexa tetap dengan bisnis kulinernya dan kini merambah pada fashion. Dengan ide-ide segar yang ia miliki, Alexa menghabiskan waktu berjam-jam dengan membuat sketsa dan dilanjutkan dengan pemilihan bahan. Tumpukan sampel aneka jenis kain dan warna, tersusun rapi di salah satu sudut ruang kerjanya. Alexa dan dua asistennya, Karina dan Sabrina, bekerja bersama untuk menghasilkan busana-busana muslimah kekinian tetapi tetap syar'isyar'i, dibantu juga dengan dua penjahit"Rin, tolong kamu bikin polanya, terus kasih ke mang Aksan," ucap Alexa sambil memberikan gambar desainnya. "Baik, Bu."Tetapi, ada sesuatu yang diluar prediksi Alexa, yaitu selama ia bekerja, ia tidak pernah memiliki seorang atasan, karena dia adalah atasan, karena dia pemiliknya. Tetapi, kini ada Karel y
"Hon, Honey?" panggil Karel sambil menggoyangkan lengan Alexa, yang membuatnya tersadar dari lamunan. "Eh iya, kenapa?" tanya Alexa dengan polos. "Kok ngelamun?" tanya balik Karel. "Wah, ternyata aku ngelamun! Padahal seru banget kalau itu beneran!""Hmm emangnya ngelamunin apa? lagian kok bisanya ngelamun lagi ramai kayak gini?" tanya Karel heran."Wah Mas, tahu nggak, aku tuh kok tiba-tiba ngebayangin Arga datang. Trus, Mas samperin eh langsung Mas tonjok itu si Arga, trus Mas ancam juga. Nah, lepas tu, aku pulak pakai jurus kamehameha, ke Arga! Waah seru banget!""Yang, how can you mimpi di tengah-tengah acara begini?!""Don't you know, itu adalah kemampuan tersembunyi yang kumiliki," jawab Alexa santai. "That's why I love you," sahut Karel gemas sambil mencubit pipi Alexa dengan lembut. "Love you too," jawab Alexa penuh senyuman. Tak lama, para pelayan datang membawa piring-piring yang telah berisikan hidangan makan malam mereka. "Come on, let's have dinner!" ajak Karel kare
Sesudah sesi tanya jawab usai, acara pun dilanjutkan dengan makan malam dan ramah tamah. Berbeda dengan acara resepsi pernikahan yang pada umumnya diselenggarakan di Indonesia, kali ini Karel dan Alexa tidak berada di atas panggung pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu, melainkan merekalah yang mendatangi satu-perasatu tamunya untuk mengucapkan terimakasih. Bagaikan selebriti, kilatan cahaya kamera menyertai kemanapun Karel dan Alexa melangkah. Ucapan selamat pun tak kunjung usai dari mereka yang turut berbahagia menyaksikan momen indah pasangan pengantin baru ini. Di tengah ucapan selamat, langkah Alexa pun terhenti ketika ia melihat pria yang telah membuatnya sakit hati berkepanjangan. "Hon, what's wrong?" tanya Karel yang menyadari perubahan ekspresi istrinya. "Ternyata dia datang," lirih Alexa dengan matanya memandang ke arah pria terakhir yang ingin ia jumpai. Dengan mengerutkan keningnya dan menegapkan posisinya, Karel segera memahami siapa orang yang dima
Beberapa pekan kemudian, perhelatan resepsi pernikahan Karel dan Alexa pun diselenggarakan di cafe Chequered Flag dengan mengusung tema rustic. Tenda putih berukuran besar yang dapat menampung hingga lima ratus tamu undangan telah berdiri tegak.Meja panjang dan kursi yang berhiaskan pita dan bunga berwarna ungu dan putih, telah berjajar rapi bagaikan perhelatan gala dinner kaum jet set.Dekorasi untaian manik-manik bagaikan berlian menjuntai dari atap tenda. Pohon-pohon artifisial dengan daun berwarna putih berhiaskan lampu dekorasi berwarna kuning bagaikan kunang-kunang beterbangan, menghadirkan suasana yang penuh kehangatan. Suatu yang berbeda dihadirkan untuk mendukung suasana alam, yaitu dengan memperdengarkan audio suara burung berkicau dan suara gemericik air dari air terjun buatan yang diletakkan sebagai dekorasi pelaminan. Ditambah dengan angin malam yang berhembus sepoi-sepoi menambah keromantisan suasana. Tamu undangan dan kerabat dari kedua belah pihak telah hadir memenuh