Matahari mulai meredupkan sinarnya dengan bergeser ke arah barat, menunjukkan senja segera tiba. Stand-stand pameran telah sepi dari pengunjung, bahkan sebagian dari mereka telah mengemas dagangan mereka dan bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan stand katering milik Alexa, yang telah rapi dan menyisakan kantong-kantong berwarna hitam berisi sampah. "Bu, saya langsung pulang, ya," ucap salah satu pegawai Alexa."Iya, kalian duluan aja. Saya masih ada perlu sebentar," sahut Alexa. Beberapa saat kemudian, Alexa terlihat berjalan menemui Sekar yang tengah menunggunya. "Yuk, kita jalan," ajak Alexa. "Eh, jalan? Mau jalan ke mana? ""Ke hatimu," canda Alexa sambil mengedipkan satu matanya. "Ish gelai! Kambuh?""Iya, belum dapat asupan es krim," jawab Alexa sambil tersenyum. "Wah bahaya. Eh tapi!""Tapi apa?!""Gimana tadi sama Pak Karel?" tanya Sekar. "Gimana apanya?" tanya Alexa balik. "Jadian nggak?"Alexa pun melayangkan pukulan ke lengan adik sepupunya itu. "Jadian dari Hon
"Apakah kamu kembali menyukai Alexa?"Mendengar pertanyaan sang bunda, Karel memejamkan matanya lalu merubah posisinya, dari bersandar menjadi sebaliknya. Ia mencondongkan badannya ke depan dengan kedua tangan menyangga kepalanya, menandakan beban pikirannya yang rumit. "Entahlah, Ma. Mungkin aku menyukainya, mungkin rasa itu masih ada sampai saat ini, tapi entahlah, Alexa tetap seperti yang dulu, yang tidak memperdulikan rasa cintaku padanya," lanjut Karel. Sang bunda pun berpindah duduk ke samping putra pertamanya itu, lalu mengelus-elus kepala putra yang sekaligus telah menjadi kepala keluarga sejak usia belasan tahun. Karel pun meletakkan kepalanya di atas pangkuan sang bunda. "Karl, sekarang adalah masa dimana seharusnya kamu menikmati hidupmu, jangan kamu bebani dengan pikiran yang tidak perlu. Usiamu bukanlah remaja lagi, dimana trial and error sudah tidak berlaku di usiamu yang nyaris setengah abad. Do what you think is right, nggak usah overthinking, just relax. Kamu dapat
"Alexa! Al! Answer me, Al!" teriak Karel setengah panik. Setelah itu, terdengar suara telepon dimatikan, Karel pun memejamkan matanya dan menengadahkan kepalanya. "Why, Al? Why?" lirih Karel kemudian. Perlahan rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi, kemacetan pun semakin menjadi. Akhirnya Karel membatalkan rencananya untuk menemui Alexa dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dalam rintik hujan yang semakin lama semakin deras, membuat suasana hati Karel semakin kelabu. Di kegalauan hatinya, ia hanya dapat berharap agar Alexa melunakkan hati untuknya. Sementara itu, Alexa tengah memandang hujan yang membasahi jendela kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk. "Karl, why? Why now? Bukan dua puluh tahun yang lalu!""Aku bukan Al yang dulu lagi, Karl. Aku bukan Al yang selalu menjadi telingamu. Aku lelah, aku capek akan romantisme yang tidak jelas! Lalu sekarang kamu ingin menjelaskannya? Kamu ingin mengakhir pertemanan kita menjadi hubungan percintaan?""Aku nggak sanggup, Karl. A
Alexa kembali ke rumahnya dengan hati yang dipenuhi dengan tanda tanya akan masa lalu Karel yang tidak diketahuinya. "Aku nggak mungkin nanyain langsung ke Karel, bisa bahaya kalau salah-salah. But, apa sih? Wait, jangan-jangan masalah narkoba itu yang Meita maksud? Ah itu aku sudah tahu, but he's totally sober now. Trus masalahnya apa? Penggelapan dana? Mafia? Haish ini sudah seperti sinetron atau drama Korea!""Sudah ah, aku nggak mau ambil pusing tentang Karel. Sepanjang nggak ada efeknya di aku, ngapain ribet! Toh, kayak aku punya hubungan spesial sama dia, kan nggak? Dari dulu juga nggak. Karel tetap Karel yang nggak pernah memandang aku lebih dari temen curcolnya, titik nggak pake koma!""Jadi kamu jangan GR, kalau Karel baik sama kamu, Al. Karel memang baik, itu aja. Dia memang baik ke semua orang, jadi kamu sebenarnya nggak mendapatkan perlakuan lebih dari Karel," ucap Alexa kepada dirinya sendiri untuk menetralkan hatinya. Kali ini Alexa kembali menipu dirinya sendiri dengan
Sepekan pun berlalu, baik Alexa ataupun Karel masih tetap dalam keheningan dengan harapan semua rumor yang beredar akan menguap tanpa menyisakan sedikitpun berita tentang kedekatan mereka. Tetapi, keheningan itu harus terusik dengan munculnya foto-foto lama Alexa dan Karel, saat masih berseragam putih biru. Foto-foto dimana mereka berdua tergabung dalam kegiatan-kegiatan OSIS. Walaupun dalam foto-foto tersebut tidak memperlihatkan hubungan khusus diantara mereka berdua, tetapi sudah cukup untuk membuat sebuah opini publik akan kisah cinta keduanya. Di saat akhir pekan pun dinikmati Karel untuk bertemu dengan Mario di sebuah coffeeshop, setelah menghabiskan waktu bermain golf bersama. "Wah Karl, kamu benar-benar menjadi selebriti dadakan!" seru Mario penuh semangat, setelah melihat sahabatnya muncul di berbagai berita media online. "Karl, kenalin gue ke Alexa, dong! Gue mau tahu, secantik apa orangnya sampai-sampai seorang Karel bisa tiba-tiba bergerak!""Maksud Lo? Gue selama ini
Hari berlalu, pekan pun dilalui dan bulan pun dilewati tanpa adanya perkembangan hubungan antara Karel dan Alexa. Keduanya sama-sama dalam posisi diam, tanpa berharap suatu apapun. Aktivitas Karel dan Alexa pun berjalan seperti biasa dan rumor kedekatan mereka berdua pun menguap begitu saja dengan seiring berjalannya waktu. Meita pun merasa lega dengan tidak terjadinya kedekatan lebih lanjut antara mantan suaminya dengan Alexa. Tetapi efek dari hubungan menggantung antara Karel dan Alexa, dirasakan benar oleh Sekar yang kembali mendapatkan mode kulkas dari atasannya itu. Wajah kaku tanpa senyum, berjalan cepat tanpa melihat sekelilingnya, serta jam makan siang yang kembali dilewatkan oleh Karel. Maka dari itu, Sekar pun memberanikan diri untuk bertanya akan masalah yang dialami oleh atasannya itu. "Pak permisi, boleh saya masuk?" tanya Sekar dengan membuka sedikit pintu ruangan kerja Karel. "Masuk," jawab Karel. Sekar pun memasuki ruangan Karel lalu duduk di depan meja kerjanya.
Mendengar namanya dipanggil, Alexa segera mencari arah suara tersebut, yang ternyata berasal dari seorang wanita paruh baya, sekitar lima-enam tahun lebih muda dari sang bunda. Mata Alexa pun terbelalak setelah menyadari siapa wanita yang menyapanya. "Ibu, Mamanya Karel kan?" tanya Alexa. "Iya, saya mamanya Karel, ternyata ingatan kamu cukup baik, padahal terakhir Mama ketemu kamu di acara resepsi Karel, dua puluh tahun yang lalu," jawab mama Karel. "Ibu juga ingatannya kuat, masih ingat saya, padahal saya kan teman ada, tetapi tiadanya Karel," canda Alexa. "Ada dan tiada, bagaimana? Kamu itu adalah teman yang Karel butuhkan, selalu ada untuk telinganya dan selalu ada untuk memarahinya," balas ibu Karel, juga dengan bercanda. "Kalau untuk marahin Karel, sepertinya kebalik tuh, Bu. Soalnya, selama saya berteman sama Karel, lebih banyak dia yang ngomelin saya, tuan bawel pokoknya," seloroh Alexa yang membuat ibunda Karel tertawa. "Eh, kebetulan kita ketemu disini. Selesai belanja,
"Eh Ta, kamu juga lagi disini?" tanya Alexa yang cukup terkejut dengan kemunculan Meita yang tiba-tiba. "Meita, apa kabar? Ayo, duduk sekalian, kita ngobrol bareng," sahut mama Karel. "Alhamdulillah baik, Ma. Terima kasih, tapi aku nggak mau duduk bareng perempuan munafik seperti ini!""Ta, munafik seperti apa yang kamu maksud? Al disini karena mama yang mengajaknya, tadi kami bertemu ketika berbelanja. Ayo, duduk sini," ucap mama Karel dengan tenang dan senyuman. "Iya Ta, yuk duduk di sini," ucap Alexa sambil menarik kursi di sampingnya. "Nggak, aku masih ada keperluan. Maaf Ma, aku harus pulang karena nanti sore, cafeku dibooking untuk acara bedah buku, jadi aku nggak bisa lama-lama," jawab Meita sambil membungkukkan badannya untuk memberikan ciuman di tangan dan pipi mantan ibu mertuanya. "Alhamdulillah, bisnis cafemu lancar, semoga semakin barokah ya, Ta," ucap mama Karel sambil mengelus punggung Meita. "Barakallah, ya Ta," ucap Alexa menambahkan. "Makasih. Al, sebaiknya kam
Kedatangan Donny di ruang perawatan tempat Alexa dirawat, mengejutkan sang bunda dan Nisa, yang juga masih berada di ruangan dan Nisa yang sama sekali tidak pernah mendengar nama Donny sebelumnya pun merasa perlu untuk tetap berada di ruangan."Maaf Bu, beberapa hari yang lalu saya ke butiknya Al, dari sanalah saya tahu kalau Al mengalami kecelakaan dan dirawat disini," tutur Donny."Maaf Pak, tapi Anda siapa, ya?" tanya Nisa yang tidak mendapatkan informasi apapun akan Donny.Kalau aku jujur, aku akan mengundang masalah baru, tapi aku juga lelah menjadi pria bayangannya Al, tapi aku belum gila, batin Donny.Tetapi, demi menjaga perasaan semua pihak, akhirnya Donny hanya dapat menjawab dengan jawaban teraman."Saya cuma teman lamanya Al. Saya juga datang ke resepsi pernikahan Al dan Karel," jawab Donny sambil memperlihatkan foto-foto kebersamaannya bersama Karel dan Alexa saat berada di resortnya."Maaf, saya baru tahu kalau Al terkena musibah. Makanya begitu saya tahu, saya langsung
Sepekan telah berlalu dan tanda-tanda akan kesadaran Alexa belum juga terlihat. Semuanya masih terlihat sama seperti pada hari pertama, hal ini pada akhirnya membuat Karel gelisah. Ia pun berulang kali menanyakannya kepada dokter yang bertanggung jawab menangani Alexa, walaupun ia hanya mendapatkan jawaban yang sama setiap kali ia menanyakannya."Semua ikhtiar telah kami coba, Pak. Untuk saat ini, kita hanya dapat menunggu kapan ibu Alexa akan sadar. Maaf, hanya itu yang kami dapat lakukan. Mungkin dengan memperbanyak istighfar dan do'a, semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Kita tunggu saja, apa rencana Allah dibalik ini semua."Rekaman murottal tiga puluh juz pun bergantian diputar dengan tilawah Al-Qur'an yang dilantunkan Karel atau anggota keluarga lainnya, dengan harapan kesadaran Alexa akan segera terjadi. Bayangan akan kehilangan Alexa untuk selamanya, mulai menghantui Karel dan membuatnya terlihat sangat kusut dan menjadi perhatian dari ibu dan kedua adiknya."Bang, istirahat l
Adzan Isya berkumandang, kondisi Alexa masih belum menampakkan perubahan. Dirinya masih dalam status penurunan kesadaran dan masih dalam perawatan intensif. Keenam putra dan putrinya telah berkumpul untuk melihat kondisi sang bunda, dengan ditemani oleh orang tua Alexa. "Boleh masuk, tapi nggak boleh langsung semuanya. Dua-dua dulu, ya," ucap Mario yang masih berjaga. Putra dan putrinya pun bergantian memasuki ruang perawatan ICU, dimulai dari Rangga dan Kimi. Keduanya melangkah perlahan mendekati Alexa yang tergeletak tak sadarkan diri. Karel yang duduk di samping Alexa, memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika Rangga dan Kimi memasuki ruang. Ia pun melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. "Bi, gimana keadaan ibu?" tanya Rangga, sementara Kimi hanya terdiam memandang sang bunda. "Ya seperti yang kamu lihat, ibu belum sadar. Ibu masih di dunia mimpinya," jawab Karel sambil memandangi Alexa dengan penuh cinta dan sesekali mengelus pipinya. Tetapi, pandangannya bera
"Karl, sepertinya Alexa harus kita MRI, karena...""Do what you have to do, as long as she survive," potong Karel. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mario segera melaksanakan MRI otak pada Alexa dan hasilnya sesuai dengan dugaannya. Terdapat trauma pada kepala bagian belakang akibat benturan keras, tetapi ada satu hal yang diluar dugaan Mario, yaitu trauma tersebut melukai dinding otak. "Dok, ada luka di dinding otaknya," ucap dokter radiologi kepada Mario yang berada di ruang operator. "Iya, I can see that. Hmm selain itu ada luka atau perdarahan yang lain, nggak?" tanya Mario. Setelah mencari dengan memutar-mutar imagenya, operator MRI pun menjawab, "Sepertinya tidak ada lagi, Dok. Hanya dinding otaknya saja yang luka.""Dok, kalau dinding otaknya luka berarti ada kemungkinan amnesia, kan?" tanya Mario untuk memastikan diagnosanya. "Iya, Dok. Tapi kalau dilihat dari tingkat traumanya, ini masih gegar otak ringan. Jadi kesempatan sembuhnya jauh lebih cepat. Biasanya sih, nggak lam
Dua pekan berlalu, butik yang akhirnya disepakati dengan nama Relax, yang merupakan penggabungan nama Karel dan Alexa, akhirnya resmi dibuka pada Ahad, pukul sembilan pagi. Mengambil tempat di sebuah ruko berlantai tiga, di kawasan eksklusif timur Jakarta, butik Relax berdiri dengan anggun, menggunakan konsep perpaduan antara simply dan shabby chic. Warna putih yang mendominasi dengan dipadukan warna-warna pastel yang lembut, menghadirkan suasana yang menenangkan dan menyejukkan mata. Semua bagian ditata dengan menggunakan elemen-elemen interior yang memiliki kesan ringan dan lapang pada ruangan yang memiliki ukuran delapan kali dua belas meter persegi ini. Busana-busana muslimah telah tergantung rapi di sekeliling ruangan dan dilengkapi dengan sofa serta coffee table yang diletakkan di tengah ruangan. Alexa dan dua asistennya, serta dibantu oleh tiga orang pramuniaga tengah sibuk mempersiapkan pembukaan butik dalam beberapa menit kedepan. "Kasir ready, ya?" tanya Alexa kepada salah
Sebulan sudah Karel dan Alexa hidup berumah tangga, tidak banyak yang berubah dari keseharian mereka berdua. Karel tetap sibuk dengan pengelolaan sirkuit yang juga memiliki area outbound dan lapangan tembak, sedangkan Alexa tetap dengan bisnis kulinernya dan kini merambah pada fashion. Dengan ide-ide segar yang ia miliki, Alexa menghabiskan waktu berjam-jam dengan membuat sketsa dan dilanjutkan dengan pemilihan bahan. Tumpukan sampel aneka jenis kain dan warna, tersusun rapi di salah satu sudut ruang kerjanya. Alexa dan dua asistennya, Karina dan Sabrina, bekerja bersama untuk menghasilkan busana-busana muslimah kekinian tetapi tetap syar'isyar'i, dibantu juga dengan dua penjahit"Rin, tolong kamu bikin polanya, terus kasih ke mang Aksan," ucap Alexa sambil memberikan gambar desainnya. "Baik, Bu."Tetapi, ada sesuatu yang diluar prediksi Alexa, yaitu selama ia bekerja, ia tidak pernah memiliki seorang atasan, karena dia adalah atasan, karena dia pemiliknya. Tetapi, kini ada Karel y
"Hon, Honey?" panggil Karel sambil menggoyangkan lengan Alexa, yang membuatnya tersadar dari lamunan. "Eh iya, kenapa?" tanya Alexa dengan polos. "Kok ngelamun?" tanya balik Karel. "Wah, ternyata aku ngelamun! Padahal seru banget kalau itu beneran!""Hmm emangnya ngelamunin apa? lagian kok bisanya ngelamun lagi ramai kayak gini?" tanya Karel heran."Wah Mas, tahu nggak, aku tuh kok tiba-tiba ngebayangin Arga datang. Trus, Mas samperin eh langsung Mas tonjok itu si Arga, trus Mas ancam juga. Nah, lepas tu, aku pulak pakai jurus kamehameha, ke Arga! Waah seru banget!""Yang, how can you mimpi di tengah-tengah acara begini?!""Don't you know, itu adalah kemampuan tersembunyi yang kumiliki," jawab Alexa santai. "That's why I love you," sahut Karel gemas sambil mencubit pipi Alexa dengan lembut. "Love you too," jawab Alexa penuh senyuman. Tak lama, para pelayan datang membawa piring-piring yang telah berisikan hidangan makan malam mereka. "Come on, let's have dinner!" ajak Karel kare
Sesudah sesi tanya jawab usai, acara pun dilanjutkan dengan makan malam dan ramah tamah. Berbeda dengan acara resepsi pernikahan yang pada umumnya diselenggarakan di Indonesia, kali ini Karel dan Alexa tidak berada di atas panggung pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu, melainkan merekalah yang mendatangi satu-perasatu tamunya untuk mengucapkan terimakasih. Bagaikan selebriti, kilatan cahaya kamera menyertai kemanapun Karel dan Alexa melangkah. Ucapan selamat pun tak kunjung usai dari mereka yang turut berbahagia menyaksikan momen indah pasangan pengantin baru ini. Di tengah ucapan selamat, langkah Alexa pun terhenti ketika ia melihat pria yang telah membuatnya sakit hati berkepanjangan. "Hon, what's wrong?" tanya Karel yang menyadari perubahan ekspresi istrinya. "Ternyata dia datang," lirih Alexa dengan matanya memandang ke arah pria terakhir yang ingin ia jumpai. Dengan mengerutkan keningnya dan menegapkan posisinya, Karel segera memahami siapa orang yang dima
Beberapa pekan kemudian, perhelatan resepsi pernikahan Karel dan Alexa pun diselenggarakan di cafe Chequered Flag dengan mengusung tema rustic. Tenda putih berukuran besar yang dapat menampung hingga lima ratus tamu undangan telah berdiri tegak.Meja panjang dan kursi yang berhiaskan pita dan bunga berwarna ungu dan putih, telah berjajar rapi bagaikan perhelatan gala dinner kaum jet set.Dekorasi untaian manik-manik bagaikan berlian menjuntai dari atap tenda. Pohon-pohon artifisial dengan daun berwarna putih berhiaskan lampu dekorasi berwarna kuning bagaikan kunang-kunang beterbangan, menghadirkan suasana yang penuh kehangatan. Suatu yang berbeda dihadirkan untuk mendukung suasana alam, yaitu dengan memperdengarkan audio suara burung berkicau dan suara gemericik air dari air terjun buatan yang diletakkan sebagai dekorasi pelaminan. Ditambah dengan angin malam yang berhembus sepoi-sepoi menambah keromantisan suasana. Tamu undangan dan kerabat dari kedua belah pihak telah hadir memenuh