Pertemuan tak disangka antara Alexa dengan Karel, membuat Alexa menjadi lebih pendiam. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Zasky, yang tidak biasa melihat atasannya ini menjadi begitu pendiam.
"Bu, ada apa? Eh kenapa?" tanya Zasky dari balik kemudi.
"Nggak ada apa-apa dan nggak kenapa-kenapa," jawab Alexa sambil memandang jauh ke jendela mobilnya.
"Tapi tadi ibu sudah tanda tangan kontrak kerjanya kan?" tanya Zasky untuk memastikan.
"Sudah, makanya sekarang kita pulang, karena urusannya sudah selesai," jawab Alexa sambil memejamkan matanya dan menurunkan sandaran kursinya.
Melihat Alexa yang sepertinya ingin beristirahat, membuat Zasky mengurungkan pertanyaannya. Tetapi, rasa penasaran itu sungguh mengganggu, membuat Zasky menanyakan hubungan pribadi Alexa dengan Karel, "Bu, maaf mau nanya, boleh nggak?""Biasanya kalau mau nanya, juga tinggal nanya aja, kok sekarang pakai minta izin?" jawab Alexa dengan mata terpejam.
"Karena aku mau nanya tentang bapak bule ganteng tadi, yang ngeliat ibu dengan pandangan mesra yang bikin orang baper," tutur Zasky kemudian.
Alexa telah menduga akan pertanyaan yang diajukan oleh Zasky, walaupun ia sangat tidak ingin menjawabnya, tetapi pada akhirnya ia memilih untuk menjawabnya, "Oh dia teman SMP aku dulu. Dia memang paling jago bikin orang baper, tapi ya just bikin baper aja."
"Woaa, temen SMP? Ibu dulu sekolah dimana, sampai bisa punya temen ganteng kek gitu?!" seru Zasky penuh semangat.
"Zas, kamu fokus nyetir aja, saya mau merem sebentar," ucap Alexa tanpa memperdulikan pertanyaan Zasky.
Alexa melepaskan pandangannya ke jendela, dilihatnya kendaraan yang memenuhi lalu lintas ibukota yang membuat perjalanannya tersendat.
Ia pun mulai mengingat masa-masa sekolahnya bersama Karel, dimana mereka berdua kerap dijodohkan oleh teman satu sekolah mereka. Karel yang memiliki postur badan tinggi dan tegap serta wajah khas ras kaukasia, memang tampak menonjol diantara siswa yang lain. Kepiawaiannya dalam berorganisasi dan berbicara di muka umum, membuat Karel menjadi langganan untuk mempromosikan sekolah.Sedangkan Alexa lebih dikenal sebagai hijaber yang aktif mewakili sekolah dalam lomba yang berhubungan dengan seni rupa. Piagam dan piala kemenangan sebagai juara lomba menggambar, membuat Mading dan menulis cerpen telah ia koleksi semenjak di bangku SMP yang membuatnya dikenal oleh para guru dan siswa sekolahnya hingga sekolah lain yang lokasinya berdekatan.Tetapi meskipun begitu, Alexa lebih memilih bersembunyi dan tidak mau menonjolkan kemampuannya. Bahkan hingga saat ini, Alexa masih tetap memilih untuk bersembunyi dari radar Karel.Tiba-tiba suara notifikasi WA-nya berbunyi dari nomor yang belum tersimpan di HP-nya.Siapa? gumam Alexa sambil membuka pesannya, yang tertulis, assalamu'alaikum, Al. It's me Karel. Please, save my number. Al, may I have a time with you, tomorrow at lunch time ? I'll be waiting at Secret Garden Cafe and Grill.Alexa hanya memandangi pesan di handphone-nya tanpa membalasnya. Lalu ia kembali melepaskan pandangannya ke jendela.
What do you up to, Karl? gumam Alexa.Walaupun terbersit di hati Alexa, keinginan untuk kembali dekat dengan Karel karena perhatian Karel yang tak pernah pudar dan selalu membuatnya merasa sebagai seorang yang sangat penting bagi Karel, tetapi tetap saja Alexa tidak memiliki keyakinan akan hubungan romantisme antara dirinya dan Karel.Semuanya berawal dua tahun setelah ia lulus SMA, ketika ia bertemu dengan Dyah, teman SMA-nya yang juga masih memiliki hubungan darah dengan Karel."Al, kamu kenal Karel?" tanya Dyah di suatu ketika."Kok kamu tahu Karel?" tanya balik Alexa, sambil mengernyitkan dahinya."Aku masih sepupunya Karel, ibuku kakak dari ibunya," jawab Dyah."Al, kamu tahu nggak kehidupan Karel sebenarnya?" tanya Dyah yang membuat Alexa kebingungan."Maksudnya?" tanya Alexa tidak mengerti.
"Iya kehidupan asli seorang Karel Hardys, yang dari memiliki semuanya menjadi tidak memiliki apapun, bahkan hutang keluarganya membengkak," tutur Dyah yang mengejutkan Alexa.
"Karel? Kok bisa? Kamu serius, Dy?" tanya Alexa tak percaya.
"Iya, aku serius. Aku mau cerita ke kamu, karena aku merasa kamu harus tahu agar kamu siap dengan apa yang terjadi kedepannya," jawab Dyah yang kembali membuat Alexa bertanya-tanya akan maksudnya.
"Maksudnya apa? aku kan cuma berteman aja?"
"Iya, kalian berteman tetapi berbeda. Kamu telah dikenal oleh ibunya dan adiknya. Sementara Karel pun telah dikenal baik oleh ibu dan kakak perempuanmu, iya kan?"
Alexa pun semakin tidak mengerti akan arah pembicaraan ini, "Kok kamu tahu? Trus maksudnya berbeda itu apa?"
"He told me," jawab Dyah.
"Berbeda karena ada sesuatu hal yang membuat Karel menyimpan semuanya dari kamu, aku juga nggak tahu apa alasannya. Intinya aku mau cerita tentang kehidupan seorang Karel Hardys."
Alexa pun mulai mendengarkan dengan seksama apa yang akan Dyah ceritakan.
"Om Hardys itu asli Belanda yang sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta, bahkan jauh sebelum menikah dengan tante Nur, ibunya Karel. Dia bukanlah ekspatriat yang tajir melintir, tetapi ya serba cukuplah, ya mungkin sedikit berlebih."
"Hingga beberapa tahun yang lalu, tak lama setelah Karel lulus SMA, om Hardys sakit dan akhirnya meninggal."
"But he's not a muslim," lanjut Dyah yang membuat Alexa tercengang.
"Iya, jadi tante Nurul sama om Hardys itu nikah beda agama. Bahkan sampai akhir hayatnya, om Hardys enggan mengucapkan dua kalimat syahadat dan disitulah awal masalah yang dihadapi Karel."
"Maksudnya ?" tanya Alexa.
"Om Hardys dimakamkan secara katolik sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga Belandanya. Karel sangat terpukul dengan itu, akhirnya entah bagaimana ia terjerumus dengan obat-obatan terlarang."
"Karel kena narkoba?!" tanya Alexa yang tidak percaya dengan apa yang barusan Dyah ucapkan."Iya, bahkan dia sempat sakau. Tante Nurul sampai nangis-nangis ngeliat Karel kesakitan karena sakau, tapi alhamdulilah Karel berhasil melewati masa kritisnya dan setelah itu dia bersih, sampai sekarang.""Nah, sewaktu om Hardys meninggal, keluarga Belandanya datang dan mengatakan akan membantu Karel dan dua adiknya hingga lulus kuliah, asal keluar dari Islam," lanjut Dyah."Karel disuruh murtad?!" tanya Alexa tidak percaya."Iya, dengan iming-iming harta. Alhamdulillah mereka tolak mentah-mentah. Jadi sebenarnya, pernikahan om Hardys sama tante Nurul itu nggak direstui sama keluarga Belandanya, selain perbedaan keyakinan tapi yang lebih utama adalah tante Nurul bukanlah orang terpelajar, ia hanya lulusan SMP. Bahasa Inggris aja sama sekali nggak bisa. Ya kamu tahukan gimana rata-rata orang Betawi asli?"Alexa pun menjawab dengan menganggukkan kepalanya."Lalu, selama om Hardys masih ada, semua kebutuhan keluarganya tidak ada yang tak tercukupi, semuanya ada, tetapi setelah om Hardys meninggal, tagihan dari rumah sakit yang jumlahnya puluhan juta itupun membuat tante Nurul kebingungan, karena selama ini yang ia ketahui adalah semua dibayar oleh kantor.""Belum selesai sama tagihan rumah sakit, tiba-tiba di bulan berikutnya muncul tagihan kartu kredit, yang biasanya dikirim ke kantor, tetapi karena om Hardys sudah meninggal, jadi dikirim ke rumah. Tante Nurul ya kebingungan untuk bayar tagihannya, karena total sama tagihan kartu kredit itu diatas seratus juta."
"Kok bisa?" tanya Alexa.
"Alasan yang konyol dan sangat bodoh sih sebenarnya. Jadi, mereka mengira kartu kredit itu adalah fasilitas dari kantor yang tagihannya akan dibayarkan oleh kantor, jadi mereka santai aja makenya tanpa mikir itu sebenarnya adalah uang yang harus mereka bayarkan nantinya."
"Jadilah tagihan membengkak dan berbunga. Rumah akhirnya dijual dan mereka pindah ke perkampungan di Bekasi. Tante Nurul mulai jualan kecil-kecilan, tapi hasilnya buntung semua. Hutang pun bertambah. Nisa nggak kuliah tapi setelah lulus SMK ia langsung kerja di hotel, lumayanlah pendapatannya, sedikit-sedikit bisa untuk bayar hutang. Alhamdulillah barusan ini, Nisa nikah."
"Nisa sudah nikah ?"
"Iya, baru beberapa bulan. Trus Nura sekarang kerja di PT apalah, dibagian adminnya," jawab Dyah.
"Oh pantesan, waktu itu Karel sempat pinjam uang untuk bayar SPP kuliahnya," sahut Alexa.
"Jadi Karel pernah pinjam uang ke kamu?" tanya Dyah.
"Iya, beberapa ratus ribu untuk bayar kuliah, tapi aku nggak mau dia ngutang, jadi aku kasih aja," jelas Alexa.
"Semoga Allah akan menggantinya berkali-kali lipat," ucap Dyah untuk mendo'akan kebaikan Alexa.
"Aamiin."
"Tapi sekarang dia benar-benar sudah bersih, kan?" tanya Alexa untuk memastikan.
"In syaaAllah sudah bersih."
Sepotong ingatan akan masa lalu Karel sangat memberikan pengaruh akan perubahan sikap Alexa, yang menjadi sangat berhati-hati terhadap Karel. Berhati-hati agar ia tidak menambah kesedihan dan kesulitan yang dihadapi Karel.
Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di sebuah rumah mewah milik orang tua Alexa di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Ky, aku pergi dulu," ucap Alexa sambil meminta kunci mobilnya dari Zasky.
"Mau kemana, Bu?" tanya Zasky sambil memberikan kunci mobilnya kepada Alexa.
"Saya ada urusan sebentar, kamu lanjutin pengecekan bahan-bahan untuk keseluruhan menu pesanan besok. Sudah ya, assalamu'alaikum," ucap Alexa yang bergegas melajukan kendaraannya.
Sembari menyetir, Alexa pun mencoba menghubungi seseorang untuk bertemu.
"Ta, can we meet?"Setelah menerima peta lokasi yang dikirimkan oleh Meita, Alexa pun menambah kecepatannya dan setelah beberapa menit kemudian, tibalah ia di sebuah perumahan mewah di pinggiran Timur ibukota.Alexa menghentikan kendaraannya di sebuah cafe sekaligus tempat tinggal Meita dan ketiga buah hatinya."Assalamu'alaikum," salam Alexa sambil berjalan menuju teras rumah Meita."Wa'alaikumsalam," jawab Meita yang menyambutnya di teras rumahnya."Apakabar, Al?" tanya Meita sambil memberikan pelukan hangat."Alhamdulillah, baik. Ih, berapa lama kita nggak ketemu, ya?" tanya Alexa."Ratusan purnama, pokoknya. Udah lama banget, Al. Eh, kita masuk dulu atau mau ngobrol di cafe taman?" tanya Meita sambil menunjukkan cafe yang terletak di samping rumahnya."Kayaknya lebih seru di luar aja, kali ya," jawab Alexa.Meita pun mengarahkan ke samping rumahnya yang merupakan area cafe tamannya, yang di desain lesehan dan sebagian lagi dengan meja dan kursi, serta dihiasi dengan lampion berwarna-warni yang berga
"Assalamu'alaikum," salam seorang pemuda yang mirip dengan Karel, memasuki ruang tamu dengan membawa sekotak pizza dan satu ember gelato, seperti permintaan Alexa. "Wa'alaikumsalam. Al kenalin, ini putra pertamaku. Rangga," ucap Karel, sambil menerima kotak pizza dari putranya. "Ngga, ini teman sekolah Abi sewaktu masih SMP, namanya tante Alexa," ucap Karel memperkenalkan. "Panggil aja tante Al," sahut Alexa sambil tersenyum. Rangga pun melirik ke arah Karel dan Alexa bergantian, lalu ia mulai menunjuk ke arah Karel dan Alexa, tetapi sebelum ia bertanya, sepertinya Karel dapat membaca apa yang ada di dalam benak sang putra. "Nggak usah main tunjuk-tunjuk. She's my friend, selanjutnya do'akan saja," bisik Karel di telinga Rangga, yang membuat ia tertawa. "Got it, Dad!" Melihat kedua pria di depannya tertawa, Alexa pun mencium sesuatu yang mencurigakan. "What are you guys talking about?" selidik Alexa sambil memicingkan dua matanya. Karel dan Rangga pun menjawabnya dengan kompa
Keesokan paginya, dengan menggunakan kemeja berwarna biru laut dan dasi berwarna dongker, Karel tengah bersiap untuk berangkat ke kantor. Tetapi ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Karel, yaitu wajah kakunya mulai tampak mengendor yang ditandai dengan bibirnya yang melengkung ke atas, serta nada bicaranya yang lebih halus dan terdengar senandung indah dari bibirnya. Hal ini tentu saja membuat Narsih bertanya dalam hati, apa gerangan yang membuat majikannya tampak bahagia di pagi ini. Tumben, bapak senyam-senyum sendiri, gumam Narsih. Setelah Karel menyelesaikan sarapannya, ia bersiap menuju ke kantornya, tetapi sebelum itu, ia berpesan kepada Narsih, "Narsih, saya titip kunci mobilnya Alexa, nanti supir kantor akan ambil mobilnya. Tolong ya?" "Baik, Pak." Sementara itu, setelah mengantar ketiga putrinya ke sekolah, Alexa kembali berjibaku dengan perlengkapan dapurnya. "Hari ini ada pesanan apa?" tanya ibu Alexa ketika melihat kesibukan putrinya. "Hari ini nggak ada pesanan
"Kamu sekarang berusaha untuk mendapatkan Karel, setelah Karel kaya, setelah ia berkedudukan dengan gaji milyaran rupiah pertahunnya?! Kamu ternyata sama saja seperti perempuan matre lainnya!" pekik Meita yang terbakar api emosi dan segera meninggalkan rumah Karel dengan membanting pintu depan rumahnya. Narsih pun mengerut dadanya, sambil menyusun kembali kotak-kotak makanan ke dalam kulkas."Alhamdulillah, kotaknya nggak ada yang pecah," lirihnya.Tak lama kemudian, Saiful, suami Narsih lari tergopoh-gopoh menuju dapur."Ada apa? Bunyi apa tadi?" tanya Saiful kepada istrinya."Ya bunyi ini, Pak'e," jawab Narsih memperlihatkan wadah-wadah kedap udara yang berserakan di lantai.Saiful pun segera membantu sang istri menyusun wadah-wadah tersebut kembali di dalam kulkas, sambil kembali bertanya, "Bu Meita tadi ya?""Iyo Pak'e, seperti biasa kalau kesini pasti ngamuk. Aku nggak ngerti sama Bu Meita, Pak Karel iku salahe opo? La wong Pak Karel uwonge kalem ngono, kok nduwe mantan istri sin
Foto-foto yang memperlihatkan kedekatan antara Karel dan Alexa pun dengan cepat tersebar di dunia maya, termasuk oleh Meita dan Arga, mantan suami Alexa yang bersyukur mantan istrinya telah mendapatkan calon pasangan. "Wah, pinter juga Al, nyari laki tajir kek gini," ucapnya pada sang istri, Dila. "Kenapa Al, Kang?" tanya Dila. "Lihat nih, Alexa lagi pacaran sama bule, kalau nggak salah direktur perusahaan apa lah," jawab Arga. "Wah, cakep tuh. Kalau Al nikah sama itu bule, lumayan Kang. Akang nggak perlu ngirim duit lagi, kan sudah ada yang nanggung biaya anak-anak," ucap Dila. "Nah, itu yang kita mau kan? Biar uangnya bisa kita pakai jalan-jalan. Sudah lama nih, kita nggak ke Singapura!""Iya, sudah tiga bulan kita nggak shopping ke Singapura, aku kan pingin belanja sepatu, tas, jam tangan baru, yang jelas bukan yang pasaran, yang banyak di mal-mal disini," ucap Dila sambil bergelayut manja pada lengan Arga. Arga pun tersenyum mesra dan mengecup kening Dila, sambil berucap sini
Matahari mulai meredupkan sinarnya dengan bergeser ke arah barat, menunjukkan senja segera tiba. Stand-stand pameran telah sepi dari pengunjung, bahkan sebagian dari mereka telah mengemas dagangan mereka dan bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan stand katering milik Alexa, yang telah rapi dan menyisakan kantong-kantong berwarna hitam berisi sampah. "Bu, saya langsung pulang, ya," ucap salah satu pegawai Alexa."Iya, kalian duluan aja. Saya masih ada perlu sebentar," sahut Alexa. Beberapa saat kemudian, Alexa terlihat berjalan menemui Sekar yang tengah menunggunya. "Yuk, kita jalan," ajak Alexa. "Eh, jalan? Mau jalan ke mana? ""Ke hatimu," canda Alexa sambil mengedipkan satu matanya. "Ish gelai! Kambuh?""Iya, belum dapat asupan es krim," jawab Alexa sambil tersenyum. "Wah bahaya. Eh tapi!""Tapi apa?!""Gimana tadi sama Pak Karel?" tanya Sekar. "Gimana apanya?" tanya Alexa balik. "Jadian nggak?"Alexa pun melayangkan pukulan ke lengan adik sepupunya itu. "Jadian dari Hon
"Apakah kamu kembali menyukai Alexa?"Mendengar pertanyaan sang bunda, Karel memejamkan matanya lalu merubah posisinya, dari bersandar menjadi sebaliknya. Ia mencondongkan badannya ke depan dengan kedua tangan menyangga kepalanya, menandakan beban pikirannya yang rumit. "Entahlah, Ma. Mungkin aku menyukainya, mungkin rasa itu masih ada sampai saat ini, tapi entahlah, Alexa tetap seperti yang dulu, yang tidak memperdulikan rasa cintaku padanya," lanjut Karel. Sang bunda pun berpindah duduk ke samping putra pertamanya itu, lalu mengelus-elus kepala putra yang sekaligus telah menjadi kepala keluarga sejak usia belasan tahun. Karel pun meletakkan kepalanya di atas pangkuan sang bunda. "Karl, sekarang adalah masa dimana seharusnya kamu menikmati hidupmu, jangan kamu bebani dengan pikiran yang tidak perlu. Usiamu bukanlah remaja lagi, dimana trial and error sudah tidak berlaku di usiamu yang nyaris setengah abad. Do what you think is right, nggak usah overthinking, just relax. Kamu dapat
"Alexa! Al! Answer me, Al!" teriak Karel setengah panik. Setelah itu, terdengar suara telepon dimatikan, Karel pun memejamkan matanya dan menengadahkan kepalanya. "Why, Al? Why?" lirih Karel kemudian. Perlahan rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi, kemacetan pun semakin menjadi. Akhirnya Karel membatalkan rencananya untuk menemui Alexa dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Dalam rintik hujan yang semakin lama semakin deras, membuat suasana hati Karel semakin kelabu. Di kegalauan hatinya, ia hanya dapat berharap agar Alexa melunakkan hati untuknya. Sementara itu, Alexa tengah memandang hujan yang membasahi jendela kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk. "Karl, why? Why now? Bukan dua puluh tahun yang lalu!""Aku bukan Al yang dulu lagi, Karl. Aku bukan Al yang selalu menjadi telingamu. Aku lelah, aku capek akan romantisme yang tidak jelas! Lalu sekarang kamu ingin menjelaskannya? Kamu ingin mengakhir pertemanan kita menjadi hubungan percintaan?""Aku nggak sanggup, Karl. A
Kedatangan Donny di ruang perawatan tempat Alexa dirawat, mengejutkan sang bunda dan Nisa, yang juga masih berada di ruangan dan Nisa yang sama sekali tidak pernah mendengar nama Donny sebelumnya pun merasa perlu untuk tetap berada di ruangan."Maaf Bu, beberapa hari yang lalu saya ke butiknya Al, dari sanalah saya tahu kalau Al mengalami kecelakaan dan dirawat disini," tutur Donny."Maaf Pak, tapi Anda siapa, ya?" tanya Nisa yang tidak mendapatkan informasi apapun akan Donny.Kalau aku jujur, aku akan mengundang masalah baru, tapi aku juga lelah menjadi pria bayangannya Al, tapi aku belum gila, batin Donny.Tetapi, demi menjaga perasaan semua pihak, akhirnya Donny hanya dapat menjawab dengan jawaban teraman."Saya cuma teman lamanya Al. Saya juga datang ke resepsi pernikahan Al dan Karel," jawab Donny sambil memperlihatkan foto-foto kebersamaannya bersama Karel dan Alexa saat berada di resortnya."Maaf, saya baru tahu kalau Al terkena musibah. Makanya begitu saya tahu, saya langsung
Sepekan telah berlalu dan tanda-tanda akan kesadaran Alexa belum juga terlihat. Semuanya masih terlihat sama seperti pada hari pertama, hal ini pada akhirnya membuat Karel gelisah. Ia pun berulang kali menanyakannya kepada dokter yang bertanggung jawab menangani Alexa, walaupun ia hanya mendapatkan jawaban yang sama setiap kali ia menanyakannya."Semua ikhtiar telah kami coba, Pak. Untuk saat ini, kita hanya dapat menunggu kapan ibu Alexa akan sadar. Maaf, hanya itu yang kami dapat lakukan. Mungkin dengan memperbanyak istighfar dan do'a, semuanya akan dimudahkan oleh Allah. Kita tunggu saja, apa rencana Allah dibalik ini semua."Rekaman murottal tiga puluh juz pun bergantian diputar dengan tilawah Al-Qur'an yang dilantunkan Karel atau anggota keluarga lainnya, dengan harapan kesadaran Alexa akan segera terjadi. Bayangan akan kehilangan Alexa untuk selamanya, mulai menghantui Karel dan membuatnya terlihat sangat kusut dan menjadi perhatian dari ibu dan kedua adiknya."Bang, istirahat l
Adzan Isya berkumandang, kondisi Alexa masih belum menampakkan perubahan. Dirinya masih dalam status penurunan kesadaran dan masih dalam perawatan intensif. Keenam putra dan putrinya telah berkumpul untuk melihat kondisi sang bunda, dengan ditemani oleh orang tua Alexa. "Boleh masuk, tapi nggak boleh langsung semuanya. Dua-dua dulu, ya," ucap Mario yang masih berjaga. Putra dan putrinya pun bergantian memasuki ruang perawatan ICU, dimulai dari Rangga dan Kimi. Keduanya melangkah perlahan mendekati Alexa yang tergeletak tak sadarkan diri. Karel yang duduk di samping Alexa, memaksakan dirinya untuk tersenyum ketika Rangga dan Kimi memasuki ruang. Ia pun melambaikan tangannya, meminta keduanya untuk mendekat. "Bi, gimana keadaan ibu?" tanya Rangga, sementara Kimi hanya terdiam memandang sang bunda. "Ya seperti yang kamu lihat, ibu belum sadar. Ibu masih di dunia mimpinya," jawab Karel sambil memandangi Alexa dengan penuh cinta dan sesekali mengelus pipinya. Tetapi, pandangannya bera
"Karl, sepertinya Alexa harus kita MRI, karena...""Do what you have to do, as long as she survive," potong Karel. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Mario segera melaksanakan MRI otak pada Alexa dan hasilnya sesuai dengan dugaannya. Terdapat trauma pada kepala bagian belakang akibat benturan keras, tetapi ada satu hal yang diluar dugaan Mario, yaitu trauma tersebut melukai dinding otak. "Dok, ada luka di dinding otaknya," ucap dokter radiologi kepada Mario yang berada di ruang operator. "Iya, I can see that. Hmm selain itu ada luka atau perdarahan yang lain, nggak?" tanya Mario. Setelah mencari dengan memutar-mutar imagenya, operator MRI pun menjawab, "Sepertinya tidak ada lagi, Dok. Hanya dinding otaknya saja yang luka.""Dok, kalau dinding otaknya luka berarti ada kemungkinan amnesia, kan?" tanya Mario untuk memastikan diagnosanya. "Iya, Dok. Tapi kalau dilihat dari tingkat traumanya, ini masih gegar otak ringan. Jadi kesempatan sembuhnya jauh lebih cepat. Biasanya sih, nggak lam
Dua pekan berlalu, butik yang akhirnya disepakati dengan nama Relax, yang merupakan penggabungan nama Karel dan Alexa, akhirnya resmi dibuka pada Ahad, pukul sembilan pagi. Mengambil tempat di sebuah ruko berlantai tiga, di kawasan eksklusif timur Jakarta, butik Relax berdiri dengan anggun, menggunakan konsep perpaduan antara simply dan shabby chic. Warna putih yang mendominasi dengan dipadukan warna-warna pastel yang lembut, menghadirkan suasana yang menenangkan dan menyejukkan mata. Semua bagian ditata dengan menggunakan elemen-elemen interior yang memiliki kesan ringan dan lapang pada ruangan yang memiliki ukuran delapan kali dua belas meter persegi ini. Busana-busana muslimah telah tergantung rapi di sekeliling ruangan dan dilengkapi dengan sofa serta coffee table yang diletakkan di tengah ruangan. Alexa dan dua asistennya, serta dibantu oleh tiga orang pramuniaga tengah sibuk mempersiapkan pembukaan butik dalam beberapa menit kedepan. "Kasir ready, ya?" tanya Alexa kepada salah
Sebulan sudah Karel dan Alexa hidup berumah tangga, tidak banyak yang berubah dari keseharian mereka berdua. Karel tetap sibuk dengan pengelolaan sirkuit yang juga memiliki area outbound dan lapangan tembak, sedangkan Alexa tetap dengan bisnis kulinernya dan kini merambah pada fashion. Dengan ide-ide segar yang ia miliki, Alexa menghabiskan waktu berjam-jam dengan membuat sketsa dan dilanjutkan dengan pemilihan bahan. Tumpukan sampel aneka jenis kain dan warna, tersusun rapi di salah satu sudut ruang kerjanya. Alexa dan dua asistennya, Karina dan Sabrina, bekerja bersama untuk menghasilkan busana-busana muslimah kekinian tetapi tetap syar'isyar'i, dibantu juga dengan dua penjahit"Rin, tolong kamu bikin polanya, terus kasih ke mang Aksan," ucap Alexa sambil memberikan gambar desainnya. "Baik, Bu."Tetapi, ada sesuatu yang diluar prediksi Alexa, yaitu selama ia bekerja, ia tidak pernah memiliki seorang atasan, karena dia adalah atasan, karena dia pemiliknya. Tetapi, kini ada Karel y
"Hon, Honey?" panggil Karel sambil menggoyangkan lengan Alexa, yang membuatnya tersadar dari lamunan. "Eh iya, kenapa?" tanya Alexa dengan polos. "Kok ngelamun?" tanya balik Karel. "Wah, ternyata aku ngelamun! Padahal seru banget kalau itu beneran!""Hmm emangnya ngelamunin apa? lagian kok bisanya ngelamun lagi ramai kayak gini?" tanya Karel heran."Wah Mas, tahu nggak, aku tuh kok tiba-tiba ngebayangin Arga datang. Trus, Mas samperin eh langsung Mas tonjok itu si Arga, trus Mas ancam juga. Nah, lepas tu, aku pulak pakai jurus kamehameha, ke Arga! Waah seru banget!""Yang, how can you mimpi di tengah-tengah acara begini?!""Don't you know, itu adalah kemampuan tersembunyi yang kumiliki," jawab Alexa santai. "That's why I love you," sahut Karel gemas sambil mencubit pipi Alexa dengan lembut. "Love you too," jawab Alexa penuh senyuman. Tak lama, para pelayan datang membawa piring-piring yang telah berisikan hidangan makan malam mereka. "Come on, let's have dinner!" ajak Karel kare
Sesudah sesi tanya jawab usai, acara pun dilanjutkan dengan makan malam dan ramah tamah. Berbeda dengan acara resepsi pernikahan yang pada umumnya diselenggarakan di Indonesia, kali ini Karel dan Alexa tidak berada di atas panggung pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu, melainkan merekalah yang mendatangi satu-perasatu tamunya untuk mengucapkan terimakasih. Bagaikan selebriti, kilatan cahaya kamera menyertai kemanapun Karel dan Alexa melangkah. Ucapan selamat pun tak kunjung usai dari mereka yang turut berbahagia menyaksikan momen indah pasangan pengantin baru ini. Di tengah ucapan selamat, langkah Alexa pun terhenti ketika ia melihat pria yang telah membuatnya sakit hati berkepanjangan. "Hon, what's wrong?" tanya Karel yang menyadari perubahan ekspresi istrinya. "Ternyata dia datang," lirih Alexa dengan matanya memandang ke arah pria terakhir yang ingin ia jumpai. Dengan mengerutkan keningnya dan menegapkan posisinya, Karel segera memahami siapa orang yang dima
Beberapa pekan kemudian, perhelatan resepsi pernikahan Karel dan Alexa pun diselenggarakan di cafe Chequered Flag dengan mengusung tema rustic. Tenda putih berukuran besar yang dapat menampung hingga lima ratus tamu undangan telah berdiri tegak.Meja panjang dan kursi yang berhiaskan pita dan bunga berwarna ungu dan putih, telah berjajar rapi bagaikan perhelatan gala dinner kaum jet set.Dekorasi untaian manik-manik bagaikan berlian menjuntai dari atap tenda. Pohon-pohon artifisial dengan daun berwarna putih berhiaskan lampu dekorasi berwarna kuning bagaikan kunang-kunang beterbangan, menghadirkan suasana yang penuh kehangatan. Suatu yang berbeda dihadirkan untuk mendukung suasana alam, yaitu dengan memperdengarkan audio suara burung berkicau dan suara gemericik air dari air terjun buatan yang diletakkan sebagai dekorasi pelaminan. Ditambah dengan angin malam yang berhembus sepoi-sepoi menambah keromantisan suasana. Tamu undangan dan kerabat dari kedua belah pihak telah hadir memenuh