"Kamu kenapa, Ma? Kok kelihatan bingung seperti itu." Arif baru saja pulang entah dari mana pria tersebut pamit dari pagi hingga hampir sore ia baru ingat untuk pulang ke rumahnya. Arif yang dibuat penasaran karena melihat kegelisahan yang diperlihatkan oleh Nurmala.Nurmala yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri pun merasa terkejut karena suara dari suaminya itu. Nurmala ternyata belum menyadari kehadiran suaminya tersebut otomatis segera menoleh ke arah sumber suara."Kamu baru pulang, Pa?" ucap Nurmala sambil mematikan layar ponsel karena dia baru saja mencoba untuk menghubungi nomer Farhan untuk kesekian kalinya."Kamu dari tadi aku lihat seperti orang bingung saja, Ma, sampai-sampai kamu juga gak sadar kalau aku sudah pulang dari beberapa menit lalu. Ada masalah apa?" Arif mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang dipikirkan sang istri."Aku itu lagi memikirkan Kiran, Pa.""Memangnya ada apa dengan Kiran?""Kiran baru saja telepon mama dan diminta agar kita segera kiri
"Kamu gak usah basa-basi. Aku tahu kalau kamu sebenarnya gak suka kan dengan kedatanganku." Nurmala menampakkan raut tidak sukanya pada sang tuan yang tidak lain adalah istri dari adik kandungnya sendiri."Sebenarnya apa sih masalah kamu itu sama aku, Wah. Sampai-sampai kamu melarang adikku untuk berbuat baik sama keluarganya sendiri. Aku sudah tahu kalau kamu itu sudah melarang Farhan untuk mengirim uang bulanan pada Kiran, keponakannya sendiri. Apa kamu juga punya niatan untuk melarang adikku mengeluarkan uangnya sendiri demi pendidikan keponakannya." Marwah menatap iparnya itu dengan penuh keterkejutan karena tanpa berbasa-basi Nurmala berbicara panjang lebar dan tanpa ia sangka-sangka jika dirinya sendiri yang sudah membuka kenyataan yang selama ini terjadi di belakang adik iparnya tersebut."Maksud mbak Nur, ini apa? Uang bulanan? Biaya pendidikan?Oh ... bagus, karena mbak Nur sudah bicara tanpa aku bertanya. Jadi, selama ini mbak Nur sudah mempengaruhi lebih tepatnya memanfaatk
"Kiran, aku ada kerjaan nih, dari pada kamu bingung mikirin uang yang gak sampai-sampai." Clara salah satu teman kuliah Kiran. Gadis dengan gaya ala-ala Korean style nya itu sering membuat Karin merasa iri karenanya. Karin iri dengan teman dekatnya tersebut yang ia kira memiliki kehidupan yang lebih beruntung dari pada dia terutama dalam soal keuangan yang seperti tidak pernah habis orang tua Clara memberikan uang untuk anak mereka yang sungguh berbeda dengan dirinya.Kiran baru saja membukakan pintu kamarnya itu untuk tamunya yang tidak lain adalah Clara teman satu angkatan yang usianya hampir sama dengan Kiran dengan hobi yang sama yakni suka nongkrong di kafe dan dunia malam yang akhirnya menyatukan keduanya.Kiran yang ketika itu sedang berdiam diri di kamar kosannya selama beberapa hari ini dibuat tidak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh temannya tersebut. Kiran sangat antusias dengan kabar yang dibawa oleh teman perempuannya itu.Clara tahu permasalahan yang seda
"Ma, aku sudah ditagih lagi sama pemilik tempat kos. Kalau sampai Minggu ini tidak dibayar dengan bulan yang kemarin. Aku bakal diusir dari sini sama pemilik kos ini, Ma." Kiran menelepon orang tuanya guna menanyakan uang kiriman untuk biaya hidup dan biaya sewa kamar kos pasalnya dia sudah tidak bisa lagi mengharapkan dan mengandalkan uang dari kiriman Om Farhan nya karena memang Om nya itu sudah tidak lagi mengirimkan uang ke rekening miliknya. Farhan sendiri yang memergoki isi chat yabg dikirimkan oleh Kiran pada Alina putrinya. Isi chat yang berupa ancaman agar Alina menyediakan sejumlah uang yang ia minta padahal sebelumnya Farhan sendiri sudah mengirimkan uang yang jumlahnya sama besar dengan yang Farhan kirimkan untuk putrinya. Terlebih lagi ada asuhan lebih tepatnya cerita yang keluar dari penuturan putrinya tentang bagaimana perangai buruk Kiran selama mereka berada di tempat yang sama. Cerita dari Alina tentu saja membuat murka Marwah sebagai seorang ibu terlebih sedari kec
"Mi, ini teman aku yang aku ceritakan sama Mami." Clara membawa masuk temannya itu ke dalam rumah besar yang ternyata di dalamnya ada semacam kafe yang lebih tepatnya mirip dengan sebuah tempat hiburan malam. Bangunan lantai dua tersebut di bagian lantai bawahnya di fungsikan sebagai kafe dan lantai duanya nampak pintu-pintu kamar yang berjejer rapi. Clara membawa Karin ke lantai bawah tekatnya di ruangan yang letaknya berada di sudut dan di bawah tangga untuk menuju lantai dua."Kiran." Kiran memperkenalkan diri pada wanita yang usianya nampak berbeda dengan riasan wajahnya. Mami adalah sapaan yang kerap dilontarkan oleh orang-orang di sekelilingnya sekaligus para pegawai dan pelanggan yang sering datang ke tempatnya."Kamu bisa panggil saya Mami sama seperti Clara panggil Mami." Wanita dengan panggilan Mami tersebut mempersiapkan kedua wanita muda yang baru saja sampai di tempatnya itu untuk duduk di atas sofa yang telah disediakan."Iya, Mi.""Kamu sudah punya pengalaman?" Perempu
"Ra, gak salah ini?" Kiran berbisik pada telinga sahabatnya itu. Keempat orang dewasa itu kini telah berada di dalam sebuah mobil sport berwarna hitam yang dikendarai oleh pasangan Clara. Sementara pria yang akan menjadi pasangan Kiran berada di sisi kiri jok kemudi. Alunan musik member samai perjalanan mereka kali ini. "Salah apanya maksud kamu, Ran?" Clara menautkan alisnya karena pertanyaan yang diajukan oleh Kiran kepadanya."Masa iya lagi-lagi pria tua yang harus aku temani," protes Kiran karena apa yang dibawa oleh Clara tidak sesuai dengan yang ada di pikirannya juga dengan keinginannya.Keduanya masih pada posisi sama-sama saling berbisik namun tetap menjaga perasaan dua pria dewasa yang ada di depan mereka."Kamu itu, ya," celetuk Clara sedikit gemas dengan tingkah lawannya itu."Kerjaan seperti kita ini gak bisa seenaknya pilih-pilih sesuai keinginan kita. Kamu harus bisa menerima apa yang ada di depan kamu itu kalau kamu dapat job yang pastinya menghasilkan cuan. Justru me
"Kiran, ada yang nungguin kamu. Segera kamu berangkat ke tempat Mami." Sebuah nomer baru masuk pada aplikasi perpesanan pada layar ponsel milik Kiran. Ya, sudah satu hari gadis itu izin pada Mami Mawar melalui temannya dengan alasan istirahat.Kiran yang baru saja keluar dari kamar mandi kosnya. Sudah seharian kemarin ia beristirahat dan memanjakan diri di tempat spa membuat badannya kini kembali menjadi lebih bugar dan kulitnya pun nampak kembali bersinar.Benar memang, jika ada uang di tangan apapun bisa ia dapatkan, apa yang ia kehendaki bisa diwujudkan. Tidak sia-sia dirinya mengorbankan kuliahnya demi bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah dengan mudahnya.Dengan rambut yang terlilit handuk berwarna putih yang bertengger di atas kepalanya. Kiran segera mendekati arah meja rias yang berada di sudut ruangan kamarnya.Kursi kecil yang berada di bawah meja ia tarik keluar dan kemudian ia menjatuhkan bokongnya di atas sana. Tangan kanannya meraih benda pipih itu dan kemudian ia mengecek
"Halo, Iya ... Ma ada apa?" Arif yang ketika itu sedang ada di luar rumah, lebih tepatnya, ia sedang berkumpul dengan kawan-kawannya di warung kopi kampung tetangga mendapatkan panggilan telepon dari Nurmala." ... " Suara Nurmala yang ada di seberang terdengar tidak jelas akibat tempat keberadaannya itu ramai orang-orang sedang bercanda gurau."Apa?" Suara Arif mendadak naik beberapa oktaf yang menyebabkan dirinya mendadak menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di warung tersebut. Melihat ekspresi dari orang-orang disekitarnya membuat uat Arif kemudian berpindah tempat. Ia mencari tempat yang agak jauh tentunya yang tidak ada suara bising sehingga ia bisa mendengar suara istrinya lebih jelas."Kamu tadi ngomong apa, Ma? Gak jelas soalnya di sini rame tempatnya." Arif meminta pada istrinya untuk mengulang kembali perkataannya yang belum jelas ia dengar.Dari ujung telepon Nurmala menghela napasnya. Rasa campur aduk sendang menguasai hati dan pikirannya antara rasa khawatir dtju