Di tempat lain, Alina baru saja menyelesaikan perkuliahannya hari itu. Siang itu juga gadis berusia 18 tahun itu sengaja berjalan kaki menyusuri trotoar jalan menuju tempat tinggal sementaranya. Iya, Alina lebih memilih untuk berjalan kaki dari tempat kosnya menuju kampus. Bukan tanpa alasan karena ia lebih membaur dengan temannya yang lain dan hitung-hitung untuk olahraga. Siang itu tidak hanya Alina tetapi beberapa teman satu kampus yang juga berjalan menuju arah yang sama berjalan bersama-sama dengan dirinya. Hanya dia orang yang satu tempat kos dengan Alina selebihnya mereka tinggal di tempat kos yang berbeda namun masih dalam satu kompleks karena tempat yang ditinggali oleh Alina merupakan kawasan tempat kos untuk para pelajar atau mahasiswa."Sampai jumpa lagi.""Kami duluan, ya," sapa Alina dan dua penghuni kos yang sama dengan dirinya pada teman yang lain yang tadi berjalan bersama-sama dengan mereka.Meski tidak satu jurusan, beberapa mahasiswi itu rupanya merupakan mahasisw
Tok! Tok!Tok!Alina mendengar jika pintu kamarnya ada yang mengetuk dari luar sementara dirinya baru saja menyelesaikan salat magrib. Usai ia berdzikir dan berdoa, baru lah Alina beranjak dari atas sajadah guna mencari tahu siapa gerangan yang ada di luar kamarnya itu.Dengan masih mengenakan mukenah berwarna putih dengan motif bordir di sekeliling tepiannya. Alina berjalan sedikit tergesa menuju pintu kamar yang ia tempati.Setelah Alina memutar anak kuncinya barulah pintu tersebut terbuka."Lama sekali sih, Lin buka pintunya." Kiran muncul dengan raut kesalnya. Dengan pakaian setelan hot pant dan atasan singlet yang begitu pas di badannya. Kiran sedikit melakukan k gaduhan yang menimbulkan tetangga mereka terganggu karena ulahnya itu. "Eh, kak Kiran, maaf Alina baru saja selesai salat. Ngomong-ngomong ada apa ya, kak ... " Belum juga Alina menyelesaikan kata-katanya Kiran dengan tidak tahu malunya menggeser pundak Alina sedikit kasar dan masuk ke dalam kamar adik sepupunya itu t
Di atas kursi yang berada di teras samping rumah miliknya, Marwah duduk termenung. Perempuan tersebut seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih tepatnya setelah mendapatkan cerita yang keluar dari mulut putri semata wayangnya. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak tenang dan dipenuhi rasa was-was."Dek, kamu kenapa? Apa ada yang sedang menunggu pikiran kamu?" Apa yang Marwah lakukan itu tidak luput dari perhatian suaminya."Gak ada, Mas," ucap Marwah mencoba menutupi dari suaminya. Bukan tidak ingin terbuka melainkan dirinya tidak ingin menyinggung perasaan dari sang suami karena masih ada hubungannya dengan keluarga suaminya."Apa kamu yakin gak ada apa-apa? Atau memang ada yang sengaja kamu sembunyikan dari, Mas? Yang mas lihat itu kamu sedang memikirkan sesuatu. Kenapa tidak mau berbagi sama mas kalau ada yang menganggu pikiran kamu, Dek?" Farhan tahu bagaimana istrinya itu jadi meskipun Marwah mencoba untuk menyembunyikan perasaannya, nyatanya Farhan tidak bisa ia kelabui begitu
"Ayah, bunda," teriak girang Alina melihat kedatangan kedua orang tuanya. Baru saja ia membuka pintu kamar yang baru saya ia dengar bunyi ketukan dari luar yang ternyata itu adalah tamu spesial untuknya.Alina memeluk perempuan yang telah melahirkannya itu dengan dekapan yang erat untuk melepaskan rasa rindunya."Ayo, kita masuk dulu," ajak Farhan pada kedua wanita spesial dalam hidupnya."Kok tumben ayah sama bunda datang tidak kasih kabar dulu sama Alina?"Gadis itu mempersilahkan kedua orang tuanya untuk duduk di atas karpet yang tergelar di dekat kasur tempat tidurnya. Karpet berwarna coklat motif panda yang sekarang menjadi tempat mereka duduk dan bercengkrama untuk melepas rindu."Bunda sengaja ingin kasih kejutan sama anak bunda yang cantik ini." Marwah menggenggam tangan putrinya dan satunya mengelus wajah polos putrinya itu. Namun mata perempuan ibu dari dua anak itu tiba-tiba saja tertuju pada bagian lemari putrinya yang mana beberapa baju dan juga buku-buku yang tentu saja
Suasana pagi di suatu desa di mana keluarga Nurmala dan suami serta anak-anaknya tinggal. Karena musim hujan baru saja menghampiri beberapa wilayah di pulau Jawa. Udara yang berhembus terasa sedikit menusuk tulang terlebih tempat tinggal yang tidak jauh dari persawahan di mana ketika angin berhembus tidak ada penghalang yang menghalangi arah hembusan anginnya."Ma, Papa kepingin kita ganti mobil yang lebih bagusan." Arif menghampiri sang istri yang ketika itu sedang sibuk menyiapkan menu sarapan untuk keluarga mereka sementara toko mereka percayakan pada Karin sambil momong anak pertamanya yang tidak lain adalah cucu mereka sendiri. Karin yang ketika itu putus sekolah karena kedapatan hamil oleh teman laki-lakinya mau tidak mau harus rela mengubur cita-citanya. Bukan biaya yang murah yang telah dikeluarkan oleh Farhan dah juga Marwah atas biaya pendidikan dari keponakannya itu yang ditanggung oleh mereka atas permintaan dari Nurmala terlebih Nurmala yang juga menyebutkan nama mendiang
"Wah, Kakak iparmu punya mobil baru." Sebuah pesan masuk yang tidak lain pengirimnya adalah Rina tetangga sekaligus saudaranya dari keluarga ibu mertuanya.Marwah yang kebetulan itu sedang tidak melakukan pekerjaan apapun karena sedari ia pulang dari tempat kos putrinya lebih memilih untuk berdiam diri dan menyerahkan seluruh urusan pekerjaannya itu pada kakak perempuannya yang sudah ia percayai.Selain rumah makan ada juga tempat kos di kota suaminya dulu pernah bekerja bahkan sudah kembali Berhasil menambah beberapa unit kamar serta membangun di tempat yang baru yang juga tidak begitu jauh dari tempat yang sudah ia bangun kamar kos. Dan masing-masing dari usaha tempat kosnya itu, Marwah juga berinisiatif membangun tempat makan dan juga jasa laundry.Total bangunan yang dimiliki oleh Marwah saat ini adalah berjumlah dua bangunan dengan lima belas pintu kamar dengan bangunan penunjang berupa warung makan dan juga bangunan untuk tempat laundry.Mendengar dering ponsel miliknya, tangan
"Kamu kenapa, Ma? Kok kelihatan bingung seperti itu." Arif baru saja pulang entah dari mana pria tersebut pamit dari pagi hingga hampir sore ia baru ingat untuk pulang ke rumahnya. Arif yang dibuat penasaran karena melihat kegelisahan yang diperlihatkan oleh Nurmala.Nurmala yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri pun merasa terkejut karena suara dari suaminya itu. Nurmala ternyata belum menyadari kehadiran suaminya tersebut otomatis segera menoleh ke arah sumber suara."Kamu baru pulang, Pa?" ucap Nurmala sambil mematikan layar ponsel karena dia baru saja mencoba untuk menghubungi nomer Farhan untuk kesekian kalinya."Kamu dari tadi aku lihat seperti orang bingung saja, Ma, sampai-sampai kamu juga gak sadar kalau aku sudah pulang dari beberapa menit lalu. Ada masalah apa?" Arif mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang dipikirkan sang istri."Aku itu lagi memikirkan Kiran, Pa.""Memangnya ada apa dengan Kiran?""Kiran baru saja telepon mama dan diminta agar kita segera kiri
"Kamu gak usah basa-basi. Aku tahu kalau kamu sebenarnya gak suka kan dengan kedatanganku." Nurmala menampakkan raut tidak sukanya pada sang tuan yang tidak lain adalah istri dari adik kandungnya sendiri."Sebenarnya apa sih masalah kamu itu sama aku, Wah. Sampai-sampai kamu melarang adikku untuk berbuat baik sama keluarganya sendiri. Aku sudah tahu kalau kamu itu sudah melarang Farhan untuk mengirim uang bulanan pada Kiran, keponakannya sendiri. Apa kamu juga punya niatan untuk melarang adikku mengeluarkan uangnya sendiri demi pendidikan keponakannya." Marwah menatap iparnya itu dengan penuh keterkejutan karena tanpa berbasa-basi Nurmala berbicara panjang lebar dan tanpa ia sangka-sangka jika dirinya sendiri yang sudah membuka kenyataan yang selama ini terjadi di belakang adik iparnya tersebut."Maksud mbak Nur, ini apa? Uang bulanan? Biaya pendidikan?Oh ... bagus, karena mbak Nur sudah bicara tanpa aku bertanya. Jadi, selama ini mbak Nur sudah mempengaruhi lebih tepatnya memanfaatk