Violetta's pov
Aku pun mulai membuka handphone milikku dan berusaha mencari sebuah akun.
Ketika aku selesai mencari, aku menemukan berbagai akun dengan nama yang sama dan membuatku merasa bingung sekali.
aku pun mulai memilih salah satunya yang menurut ku, profilnya seperti suamiku.
Setelah selesai memilih, aku mendapati bahwa akunnya di private.seketika, aku pun membatalkan niatku untuk mencari informasi pribadinya.
Lagipula, ia telah menyebutkan bahwa kami tidak boleh saling mencampuri urusan masing masing.
Aku pun mulai mengeluarkan situs pencarianku dari akun sendiri dan tiba tiba terdapat sebuah notifikasi dari handphoneku.
Tring!!...
"Dari perempuan?"ucapku sembari melihat isi pesan itu.
Ketika aku melihat isinya, aku mengerutkan keningku karena aku tidak mengenalnya sama sekali. Aku pun hanya membiarkannya dan melihat sekilas saja.
Dengan cepat, aku pun menaruh handphone ku kembali ke meja di samping kasur dan mulai memejamkan mata.
Perlahan, aku pun mulai tertidur lelap....
Jam 04.45
Aku terbangun pada pagi hari dan mulai membersihkan diriku.
Setelah itu, aku segera keluar dari kamarku dan mulai menuruni tangga menuju dapur untuk menyiapkan sarapan..
Ketika sampai di dapur, aku pun mulai memikirkan sesuatu.
"Apakah aku harus menyiapkan sarapan buat dia juga ya??"gumamku tanpa sadar.
"Yaudahlah, coba masak aja buat dia.."balasku kembali sembari membuka kulkas yang hanya berisi nasi dingin, telur, daun bawang, bawang putih, cabai,dan air dingin..
Aku pun mulai menyiapkan wajan yang tergantung di dinding dapur dan mencari minyak di dapur.
Setelah menemukannya, aku segera menuangkan minyak agak banyak ke wajan dan membuka api kecil.
Dengan segera, aku memecahkan cangkang telur dan mengocok telur itu dengan daun bawang dan perasa makanan.
Setelah itu, aku menaruh nasi dingin ke dalam mangkuk untuk dimasukkan ke dalam penanak nasi .sembari menunggu nasi menjadi hangat aku mulai menuangkan telur yang telah dicampur ke dalam wajan dan membuka apinya besar .
Setelah itu, telur hanya perlu diputar balik beberapa kali dan telah jadi dalam beberapa menit.
Aku segera menaruh telur itu ke piring dari wastafel dan aku mulai mengambil minyak ke sebuah gelas besi hingga tersisa sedikit di wajan. lalu mulai menaruh bawang putih ke dalamnya.
Setelah selesai, aku menaruh telur tadi dan kupotong potong menjadi banyak bagian.
Seketika, aroma masakan telah terpencar ke seluruh penjuru ruangan sebagai tanda masakan telah siap.
Aku pun mengeluarkan telur yang telah di orak arik itu dan menaruh potongan cabai di atasnya
Saat aku membawa hasil masakan itu beserta nasi ke meja, sudah pukul 5.00
Aku segera menuangkan air dingin ke gelas masing masing dan ke atas.setelah aku sampai ke sebuah kamar, aku mulai mengetuk pintunya.
Tok, tok, tok...
"Bangun..aku dah masak.kalau dak mau tinggalin saja, "balasku sembari akan pergi dari pintu tersebut.
Klik!
"Ya, aku turun nanti,"balas Davin sembari membuka pintunya dan menutupnya kembali.
Bang!
Aku pun segera turun ke bawah dan mulai pergi ke meja makan.setelah itu aku memakan hasil masakanku sendiri hingga habis.
Aku segera membereskan piring kotorku dan tanpa menunggunya, aku segera keluar ke pintu rumah untuk mulai bekerja..
Tap, tap, tap..
"Kamu mau kemana?"tanya Davin dari belakang .
"Mau kerja.."balasku sembari melangkahkan kakiku kembali tak peduli dengannya.
"Aku ceo dari perusahaan tempat kamu bekerja, tidak usah pergi bekerja kembali,"balasnya dan membuatku berhenti menapakkan kaki dan mulai menatapnya dengan kesal..
"Jadi aku ngapain di rumah??"
"Bukan urusanku, pergi saja dengan sahabatmu itu.."balasnya sembari duduk di meja makan dan memakan hasil makanan yang kubuat.
"Tapi..-"
"Tidak ada pembantahan."
Huf...
Tap! Tap! Tap!
Brak!!
Aku segera meninggalkannya keluar dan berjalan kaki menuju tempat perhentian angkutan umum.
"Dasar suami gila.."ujarku kecil sembari berjalan kaki .
Aku harus menaiki angkutan ini agar dapat pergi ke perusahaan tempat aku bekerja.ketika aku menunggu angkutan umum, sebuah mobil hitam menghampiriku dan membuatku menjauh karena nanti malah menghalangi jalannya.
Namun, ketika jendela mobil itu diturunkan, aku dapat melihat dengan jelas siapa pengemudi mobil hitam itu...
Violetta's povNamun, ketika jendela mobil itu diturunkan, aku dapat melihat dengan jelas siapa pengemudi mobil hitam itu..."Naik mobil denganku.""Maaf, aku gak bisa,"balasku pada pengendara mobil itu dengan tersenyum maaf."Gak apa apa, sekalian jalan kita kan searah,"balas pria itu sembari keluar dan mendorongku untuk masuk."Baiklah,"balasku sembari menghindarinya dan mulai memasuki mobilnya.Seketika, suasana mobil hening dan hanya terdapat alunan lagu dari radio.Aku berusaha untuk melihat ke arah jendela mobil dan tak menatap sedikit pun pada pria di sampingku."Jadi, suamimu dimana?"tanya pria itu padaku dan membuatku teringat dengan kejadian tadi pagi."Em..dia lagi sibuk buat ngatur perusahaannya Han.."balasku dengan senormal mungkin."Yang bener? Masa iya dia sampai biarin kamu
Davin's povKetika aku sedang melajukan mobilku, aku sempat menelpon asisten pribadiku untuk mulai menyewa asisten rumah tangga untuk rumah ini.Lagipula asisten lama telah pensiun dan harus digantikan dengan yang baru.Tut!..Ketika aku selesai menelpon, aku melihat istriku sendiri menaiki mobil orang lain dan bahkan hampir disentuh oleh pria lain.Sontak aku pun mulai mengemudikan mobilku untuk mengikuti mereka berdua dengan diam diam.hatiku serasa mendingin dan agak kesal melihat Violetta bersama pria lain.'Apakah ia telah memiliki kekasih sebelum menikah?'pernyataan itu terus melayang di benakku dan membuatku semakin geram.Aku pun terus mengikuti mereka dan mendapati bahwa mereka berhenti di depan perusahaan aku. Aku lalu segera memanggil dan memerintahkan orangku untuk memarkirkan mobil sedangkan aku pergi mengejar Violetta.Ketika ia akan memasuki kantornya, aku denga
Violetta's pov"Cowok tadi pagi yang nganterin kamu itu siapa?"tanya Davin dengan suara yang agak berat dan menatapku dengan dalam.Aku pun menatapnya dengan ragu ragu.ia sepertinya tidak sadar bahwa pertanyaan yang ia ajukan ini merupakan salah satu pertanyaan sensitif bagiku dan sulit dijawab karena akan membuat aku merasa merinding memikirkan perbuatan yang kuperbuat saat itu..Setelah berpikir agak lama, aku pun mulai mendesah dan bersiap untuk menjawabnya.kupandang wajahnya yang menatapku dan menunggu jawaban dariku."Janji dulu,"ucapku membuka keadaan yang awalnya cukup hening."Aku harus menjanjikan apa??"tanyanya dengan wajah yang telah berubah menjadi semrawutan."Jangan marah pada aku setelah aku menjawab pertanyaanmu.sekalian boleh jelasin gadis yang ada di potret kamar aku itu,"balasku padanya sembari melipatkan kedua lenganku.
Violetta's povTak terasa, beberapa minggu telah berlalu.Aku tidak jadi berhenti bekerja karena manajerku yang tidak rela melepas diriku pergi. Akhirnya, aku kembali bekerja di perusahaan suamiku sendiri..Suamiku, Davin telah berubah menjadi lebih hangat padaku. Entah mengapa sekarang aku mulai merasa bahwa ketika sedang bersamanya, aku merasakan perasaan nyaman dan hangat.Perasaan ini membuat jantungku berdetak lebih cepat dan dapat mengosongkan pikiranku sewaktu waktu ketika memikirkannya.Seolah olah aku sedang dibutakan oleh suatu hal yang tak kumengerti sama sekali. Bahkan terkadang, ketika ia sedang tiada aku dapat memikirkannya terus menerus.Perasaan apakah ini??Tiba tiba, lamunanku dibiaskan oleh suara dari teman kerja yang menghampiriku."Vio, lo tau gak? Perusahaan kita akan melakukan perjanjian kerja sama dengan seorang wanita dari luar negeri !!!"
Davin's pov"Syarat dariku adalah menikahlah denganku." Ujarnya dengan tersenyum licik."Tidak mungkin!! Aku telah menikah!" bantahku dengan cepat dan tegas."Baiklah, kalau begitu aku akan memutuskan kontrak ini." Ancam Natasha, mantan pacarku ini."Jika syarat itu tidak berkaitan dengan rumah tanggaku.. aku akan menerima kontrak ini." Ujarku sembari berdiri dan mulai melangkahkan kakiku meninggalkan Natasha.'Aku akan mendapatkanmu. percayalah' batin Natasha dalam hatinya dan mulai beranjak . Setelah beberapa menit, ia keluar pula dari restoran tersebut.Aku tetap teguh dalam menolak syarat ini. Jika aku menerimanya, tentu saja hal ini dapat melukai istriku sendiri!Aku segera pergi meninggalkannya dan keluar dari restoran ini dengan wajah buruk. Dengan segera, aku mengemudikan mobilku kembali ke perusahaan untuk mengabarkan mereka bahwa kontrak ini dibatalkan..
Violetta's povBruk!!Aku hampir terpelanting dan tiba tiba ditahan oleh seorang perempuan yang menggenakan dress berwarna biru laut."Terima kasih kak," ucapku sembari tersenyum dan senyumku mengeras ketika melihat wajah gadis itu.."Sama sama juga kak," balasnya lalu mulai berjalan melewatiku menuju ke dalam bar.'Apakah itu gadis yang bersama Davin di potret itu?'Pikiranku mulai melayang ke kejadian sebelumnya ketika aku melihat sebuah potret gadis di kamar ku.Lalu aku membandingkan wajah gadis itu dengan perempuan tadi dan dapat kusimpulkan bahwa wajah mereka cukup mirip.Hanya saja wajah perempuan tadi lebih menawan dibandingkan saat di potret dan membuktikan bahwa ia adalah salah satu perempuan tercantik yang pernah kulihat.Aku pun mulai merasakan perasaan yang tidak berdaya dan kurang percaya diri.Jik
Violetta's pov"Cowok lo ngomong sama cewek asing itu selama beberapa jam.""Benarkah?" Tanyaku padanya kembali."Iya, dari awal masuk kerja mereka lagi ngebahas sesuatu.."Aku pun mulai berbalik dan meninggalkan mereka semua. Kepalaku sangatlah terasa pusing. rasanya aku ingin pergi dan keluar dari semua pusaran masalah ini.'Sepertinya..aku terlalu melibatkan perasaan dalam rumah tangga ini'Aku pun mulai pergi ke sebuah taman tempatku sering bernaung bersama Rio dan Feysya saat itu. Aku pun duduk di tempat yang dikelilingi oleh pohon dan mulai menangis..Tidak tahu kenapa, kali ini tangis ini bukan hanya kesedihan belaka. Melainkan disertai oleh hati yang terasa sakit dan sesak..Aku memukul dadaku yang terasa sesak sekali dan berusaha menenangkan diri dahulu.Tiba tiba, terdapat sebuah tangan yang menyodork
Davin's pov"Ta!!...." ujarku sembari mengangkat tubuhnya yang lemas dari lantai yang dingin."Astaga... denyutnya lemah," Gumamku dengan panik dan agak bergetar.Dengan cepat, aku mengeluarkannya dari rumah lalu membawanya masuk ke dalam mobil . Aku membaringkannya di jok belakang.Setelah selesai,aku mengemudikan mobil itu menuju rumah sakit.Jantungku berdetak dengan cepat ketika melihatnya dalam kondisi seperti ini. Aku mulai mempercepat laju mobil menuju rumah sakit sembari memperhatikannya dari kaca dalam mobil.Brum!!Setelah sampai, aku memberhentikan mobilku dan kembali menggendongnya yang tergeletak di belakang. Ketika aku melihat wajahnya yang sayu dan pucat, perasaan tidak enak muncul dalam hati..'Aku bodoh sekali'Dengan rasa takut dan gelisah, aku membawanya masuk ke dalam rumah sakit .
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k
Davin's pov"Ta, apa kau tahu? Aku bermimpi aneh tadi sore ketika keluar dari ruangan dan memejamkan mataku sejenak.""Seorang gadis terlihat mirip sekali sepertimu dan tampak bahwa ia sedang mengalami suatu masalah dari raut wajahnya. .. sebuah cermin juga terlihat di sana dan menarik perhatian diriku.""Ketika aku mengesernya, cermin itu dapat memperlihatkan berbagai hal hal yang sedang terjadi dan sebelumnya telah terjadi. Namun, aku tak dapat menggesernya ke masa depan.." ucapku panjang lebar pada wanita di sampingku yang tak merespon ataupun menggerakkan secuil pun anggota tubuhnya.Walaupun aku mungkin tahu mungkin saja ia tak akan mendengarkanku karena kondisi dirinya yang dapat terbilang lebih dari sekadar sekarat dan bahkan nyawanya bisa saja kapanpun terangkat secara tiba tiba... Aku mulai bangkit dan membaringkan tubuhku di sebuah sofa keras. Aku mulai memejamkan mataku yang
Hai semuanya... ini chapter selanjutnya ya.. makasih udah mau menunggu cerita saya selama ini dan selamat membaca...Davin's pov"Kami telah berusaha semampu mungkin, namun karena keadaannya terlampau parah... ia akan mengalami koma dan bahkan bila ia terbangun dari kondisi ini. Kami menduga bahwa akan terjadi kerusakan pada salah satu bagian tubuhnya baik permanen maupun sementara," ungkap dokter itu dengan raut wajah lelah."Baik, apakah sekarang ia dapat dikunjungi?" Tanyaku balik."Boleh, namun hanya boleh 2 orang dan bergantian bila lebih dari 2 orang.""Makasih dok," jawabku sembari diikuti oleh langkahnya yang menjauh dari sini.Dengan cepat, aku memasuki ruangan itu dan berganti baju sebelum mendekati istriku. Ketika telah selesai, aku mulai mendekati Violetta dan melihat bahwa berbagai alat terpasang pada tubuhnya. Hanya deru nafas dan suara mesin medis yang menggema ke seluruh ruangan dan menghiasi pendengaranku
Malam semuanya.... maaf ya lama update ceritanya. Semoga kalian bisa menikmati karya ini. Salam sehat dan tetap di rumah....Davin's povAku dengan cekatan melepaskan tangannya dengan pelan dan mulai memencet bel di belakang ranjangnya. "Bertahanlah...." harapku pada wanita di sebelahku ini..Dalam beberapa menit, mulai masuk seorang berpakaian putih yang didampingi seorang suster dan berlalu lalang mengecek keadaan istriku. Setelah itu, dengan segera ia memerintahkan suster di sampingnya agar pergi dan memanggil beberapa orang. Aku pun langsung bertanya padanya."Apa yang terjadi dengannya?" Ucapku dengan cemas."Sepertinya ia mengalami pendarahan subdural," balasnya dan mulai terdengar langkah beberapa orang yang masuk ke dalam. "apakah telah dilakukan CT Scan sebelumnya?" Tanyanya pada dokter yang sebelumnya melakukan operasi pada istriku."I