Violetta's pov
"Ta, lo ngapain disini??"tegur suamiku dengan suara dingin dan membuatku tergagap.
"A-aku nyari kamar kita.."balasku tak berani menatap matanya yang memancarkan cahaya dingin dan menusuk tubuhku..
"Ikut aku!"balasnya dan menarik tanganku dengan kuat.
"Sakit Vin..."balasku dengan suara kecil dan meringis.
Aku melihat reaksinya yang menghela nafas dengan keras dan melepaskan pergelangan tanganku yang telah memerah karena ditarik kuat olehnya.
Dengan cepat aku menyembunyikan tanganku agar tak ditariknya kembali.
"Ikut aku.."balasnya lalu meninggalkanku sendirian.
Aku pun berusaha tak menintikkan air mata kembali.hari ini aku cukup mudah menangis, padahal biasanya aku tidak apa apa walau terjebak dalam masalah yang cukup rumit.
Aku mulai mengikutinya dan memandang punggungnya yang tegak dan lurus, suamiku memang cukup dingin padaku..
'Entah karma apa yang kuperbuat di masa lalu..'batinku sembari mengikutinya karena takut ketinggalan dan tersesat.
Ketika kami melewati sebuah kamar, ia berhenti lalu menatapku kembali dengan rasa sebal.dapat dilihat dari pancaran matanya yang malas melihatku.
"Ini kamar kamu,"ujarnya lalu berusaha membuka pintu.
Ceklek!
Krit....
Aku pun memasuki kamar yang bernuansa warna biru itu.aku menjadi teringat pada kamar Rio ketika melihat semua tata letak dan warnanya, terutama tempat kerja Davin yang di ujung kamar menghadap luar..
Lamunanku buyar ketika sebuah suara menyelip masuk ke indra pendengaranku...
"Ini kunci kamarmu,"ujar Divan, suamiku dan memberikannya ke tanganku.
"Baik,"balasku sembari menatapnya dan menerima kunci itu.
"Kau tidur di sini.aku akan tidur di tempat lain.masing masing tidak boleh mencampuri urusan orang lain,"ujarnya lalu pergi membelakangiku.
"Makasih.."ucap ku
Bang..
Suara itu terpotong oleh tertutupnya pintu kamar.
Aku pun dengan segera memindahkan bajuku ke dalam almari di sisi kiri.setelah beres, aku melihat lihat kamar ini dan menemukan sebuah gambar potret sebuah keluarga serta Davin ketika remaja bersama seorang perempuan.
Kurasa ini adalah kamarnya sebelum menikah denganku.dapat dilihat dari warna kamar dan tata letak benda yang biasanya terdapat di kamar laki laki.
'Apakah aku merusak kehidupan orang lain pula??'
Dengan cepat aku menggelengkan kepalaku berusaha mengusir pikiran buruk itu.aku harus tetap optimis menjalani pernikahan ini.
Mungkin ini salah satu jalan yang Tuhan berikan padaku..
Setelah selesai melihat tata letak kamar,aku meletakkan beberapa potret diriku dan sebuah note book milikku di meja kerja Divan dulunya.
Setelah itu, aku menemukan sebuah foto pria yang tertawa dari koperku dan membuatku memandangnya dengan lekat lekat dan merasa bersalah padanya.
"Maafin aku Rio..janji kita berdua menjadi hancur.."gumamku sembari membayangkan saat saat kami masih bersama.
'Mungkin...kau tak akan memaafkan aku karena yang meninggalkan duluan dan menghancurkan hubungan kita itu aku..'
Trak...
Aku menaruh foto itu ke dalam laci dan menutupnya.aku tak ingin melihatnya lagi agar tidak mengingat luka yang kutorehkan padanya hari itu
Aku mulai menyadari bahwa aku telah memiliki hidup baru dan harus mencoba beradaptasi dengan kehidupan baru ini.dengan segera aku menandai pintu kamarku dari depan dengan sebuah kertas yang diselotip dan berisi namaku.
Setelah itu aku menuruni tangga dan melihat lihat bagian bawah untuk mengingat letak letak dari bagian rumah ini.setidaknya dapat memudahkanku dalam menjalankan aktivitas.
Dapat dibilang rumah ini sangat besar, aku yang telah berkeliling selama 45 menit pun masih menemui setengah bagian rumah.
Aku pun pergi ke tempat dapur yang masih gelap dan menuangkan air putih
Ceklek!
Seketika lampu menjadi terang dan aku menjadi shock.gelas itu hampir jatuh karena kehadiran suamiku yang tiba tiba..
"Apa yang kau lakukan disini?sekarang sudah larut.."tanya suamiku dengan heran.
"Aku tadi liat liat isi rumah ini,"balasku sembari menjaga tanganku agar gelas tadi tak jatuh ke lantai.
"Oh.."
Ia pun melewatiku dan menaruh sebuah gelas kosong ke wastafel.dengan cepat aku pergi darinya jauh jauh agar tak dikontani oleh mulutnya yang tajam dan dingin itu...
Aku memasuki kamarku dan berusaha memejamkan mataku.tetapi tidak bisa entah kenapa..mungkin karena perasaan bersalah atau rumah yang asing.
Aku pun membuka handphoneku dan berusaha mencari sebuah akun...
Violetta's povAku pun mulai membuka handphone milikku dan berusaha mencari sebuah akun.Ketika aku selesai mencari, aku menemukan berbagai akun dengan nama yang sama dan membuatku merasa bingung sekali.aku pun mulai memilih salah satunya yang menurut ku, profilnya seperti suamiku.Setelah selesai memilih, aku mendapati bahwa akunnya di private.seketika, aku pun membatalkan niatku untuk mencari informasi pribadinya.Lagipula, ia telah menyebutkan bahwa kami tidak boleh saling mencampuri urusan masing masing.Aku pun mulai mengeluarkan situs pencarianku dari akun sendiri dan tiba tiba terdapat sebuah notifikasi dari handphoneku.Tring!!..."Dari perempuan?"ucapku sembari melihat isi pesan itu.Ketika aku melihat isinya, aku mengerutkan keningku karena aku tidak mengenalnya sama sekali. Aku pun hanya membiarkannya dan melihat sekilas saja.Dengan cepat, aku pu
Violetta's povNamun, ketika jendela mobil itu diturunkan, aku dapat melihat dengan jelas siapa pengemudi mobil hitam itu..."Naik mobil denganku.""Maaf, aku gak bisa,"balasku pada pengendara mobil itu dengan tersenyum maaf."Gak apa apa, sekalian jalan kita kan searah,"balas pria itu sembari keluar dan mendorongku untuk masuk."Baiklah,"balasku sembari menghindarinya dan mulai memasuki mobilnya.Seketika, suasana mobil hening dan hanya terdapat alunan lagu dari radio.Aku berusaha untuk melihat ke arah jendela mobil dan tak menatap sedikit pun pada pria di sampingku."Jadi, suamimu dimana?"tanya pria itu padaku dan membuatku teringat dengan kejadian tadi pagi."Em..dia lagi sibuk buat ngatur perusahaannya Han.."balasku dengan senormal mungkin."Yang bener? Masa iya dia sampai biarin kamu
Davin's povKetika aku sedang melajukan mobilku, aku sempat menelpon asisten pribadiku untuk mulai menyewa asisten rumah tangga untuk rumah ini.Lagipula asisten lama telah pensiun dan harus digantikan dengan yang baru.Tut!..Ketika aku selesai menelpon, aku melihat istriku sendiri menaiki mobil orang lain dan bahkan hampir disentuh oleh pria lain.Sontak aku pun mulai mengemudikan mobilku untuk mengikuti mereka berdua dengan diam diam.hatiku serasa mendingin dan agak kesal melihat Violetta bersama pria lain.'Apakah ia telah memiliki kekasih sebelum menikah?'pernyataan itu terus melayang di benakku dan membuatku semakin geram.Aku pun terus mengikuti mereka dan mendapati bahwa mereka berhenti di depan perusahaan aku. Aku lalu segera memanggil dan memerintahkan orangku untuk memarkirkan mobil sedangkan aku pergi mengejar Violetta.Ketika ia akan memasuki kantornya, aku denga
Violetta's pov"Cowok tadi pagi yang nganterin kamu itu siapa?"tanya Davin dengan suara yang agak berat dan menatapku dengan dalam.Aku pun menatapnya dengan ragu ragu.ia sepertinya tidak sadar bahwa pertanyaan yang ia ajukan ini merupakan salah satu pertanyaan sensitif bagiku dan sulit dijawab karena akan membuat aku merasa merinding memikirkan perbuatan yang kuperbuat saat itu..Setelah berpikir agak lama, aku pun mulai mendesah dan bersiap untuk menjawabnya.kupandang wajahnya yang menatapku dan menunggu jawaban dariku."Janji dulu,"ucapku membuka keadaan yang awalnya cukup hening."Aku harus menjanjikan apa??"tanyanya dengan wajah yang telah berubah menjadi semrawutan."Jangan marah pada aku setelah aku menjawab pertanyaanmu.sekalian boleh jelasin gadis yang ada di potret kamar aku itu,"balasku padanya sembari melipatkan kedua lenganku.
Violetta's povTak terasa, beberapa minggu telah berlalu.Aku tidak jadi berhenti bekerja karena manajerku yang tidak rela melepas diriku pergi. Akhirnya, aku kembali bekerja di perusahaan suamiku sendiri..Suamiku, Davin telah berubah menjadi lebih hangat padaku. Entah mengapa sekarang aku mulai merasa bahwa ketika sedang bersamanya, aku merasakan perasaan nyaman dan hangat.Perasaan ini membuat jantungku berdetak lebih cepat dan dapat mengosongkan pikiranku sewaktu waktu ketika memikirkannya.Seolah olah aku sedang dibutakan oleh suatu hal yang tak kumengerti sama sekali. Bahkan terkadang, ketika ia sedang tiada aku dapat memikirkannya terus menerus.Perasaan apakah ini??Tiba tiba, lamunanku dibiaskan oleh suara dari teman kerja yang menghampiriku."Vio, lo tau gak? Perusahaan kita akan melakukan perjanjian kerja sama dengan seorang wanita dari luar negeri !!!"
Davin's pov"Syarat dariku adalah menikahlah denganku." Ujarnya dengan tersenyum licik."Tidak mungkin!! Aku telah menikah!" bantahku dengan cepat dan tegas."Baiklah, kalau begitu aku akan memutuskan kontrak ini." Ancam Natasha, mantan pacarku ini."Jika syarat itu tidak berkaitan dengan rumah tanggaku.. aku akan menerima kontrak ini." Ujarku sembari berdiri dan mulai melangkahkan kakiku meninggalkan Natasha.'Aku akan mendapatkanmu. percayalah' batin Natasha dalam hatinya dan mulai beranjak . Setelah beberapa menit, ia keluar pula dari restoran tersebut.Aku tetap teguh dalam menolak syarat ini. Jika aku menerimanya, tentu saja hal ini dapat melukai istriku sendiri!Aku segera pergi meninggalkannya dan keluar dari restoran ini dengan wajah buruk. Dengan segera, aku mengemudikan mobilku kembali ke perusahaan untuk mengabarkan mereka bahwa kontrak ini dibatalkan..
Violetta's povBruk!!Aku hampir terpelanting dan tiba tiba ditahan oleh seorang perempuan yang menggenakan dress berwarna biru laut."Terima kasih kak," ucapku sembari tersenyum dan senyumku mengeras ketika melihat wajah gadis itu.."Sama sama juga kak," balasnya lalu mulai berjalan melewatiku menuju ke dalam bar.'Apakah itu gadis yang bersama Davin di potret itu?'Pikiranku mulai melayang ke kejadian sebelumnya ketika aku melihat sebuah potret gadis di kamar ku.Lalu aku membandingkan wajah gadis itu dengan perempuan tadi dan dapat kusimpulkan bahwa wajah mereka cukup mirip.Hanya saja wajah perempuan tadi lebih menawan dibandingkan saat di potret dan membuktikan bahwa ia adalah salah satu perempuan tercantik yang pernah kulihat.Aku pun mulai merasakan perasaan yang tidak berdaya dan kurang percaya diri.Jik
Violetta's pov"Cowok lo ngomong sama cewek asing itu selama beberapa jam.""Benarkah?" Tanyaku padanya kembali."Iya, dari awal masuk kerja mereka lagi ngebahas sesuatu.."Aku pun mulai berbalik dan meninggalkan mereka semua. Kepalaku sangatlah terasa pusing. rasanya aku ingin pergi dan keluar dari semua pusaran masalah ini.'Sepertinya..aku terlalu melibatkan perasaan dalam rumah tangga ini'Aku pun mulai pergi ke sebuah taman tempatku sering bernaung bersama Rio dan Feysya saat itu. Aku pun duduk di tempat yang dikelilingi oleh pohon dan mulai menangis..Tidak tahu kenapa, kali ini tangis ini bukan hanya kesedihan belaka. Melainkan disertai oleh hati yang terasa sakit dan sesak..Aku memukul dadaku yang terasa sesak sekali dan berusaha menenangkan diri dahulu.Tiba tiba, terdapat sebuah tangan yang menyodork
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k
Davin's pov"Ta, apa kau tahu? Aku bermimpi aneh tadi sore ketika keluar dari ruangan dan memejamkan mataku sejenak.""Seorang gadis terlihat mirip sekali sepertimu dan tampak bahwa ia sedang mengalami suatu masalah dari raut wajahnya. .. sebuah cermin juga terlihat di sana dan menarik perhatian diriku.""Ketika aku mengesernya, cermin itu dapat memperlihatkan berbagai hal hal yang sedang terjadi dan sebelumnya telah terjadi. Namun, aku tak dapat menggesernya ke masa depan.." ucapku panjang lebar pada wanita di sampingku yang tak merespon ataupun menggerakkan secuil pun anggota tubuhnya.Walaupun aku mungkin tahu mungkin saja ia tak akan mendengarkanku karena kondisi dirinya yang dapat terbilang lebih dari sekadar sekarat dan bahkan nyawanya bisa saja kapanpun terangkat secara tiba tiba... Aku mulai bangkit dan membaringkan tubuhku di sebuah sofa keras. Aku mulai memejamkan mataku yang
Hai semuanya... ini chapter selanjutnya ya.. makasih udah mau menunggu cerita saya selama ini dan selamat membaca...Davin's pov"Kami telah berusaha semampu mungkin, namun karena keadaannya terlampau parah... ia akan mengalami koma dan bahkan bila ia terbangun dari kondisi ini. Kami menduga bahwa akan terjadi kerusakan pada salah satu bagian tubuhnya baik permanen maupun sementara," ungkap dokter itu dengan raut wajah lelah."Baik, apakah sekarang ia dapat dikunjungi?" Tanyaku balik."Boleh, namun hanya boleh 2 orang dan bergantian bila lebih dari 2 orang.""Makasih dok," jawabku sembari diikuti oleh langkahnya yang menjauh dari sini.Dengan cepat, aku memasuki ruangan itu dan berganti baju sebelum mendekati istriku. Ketika telah selesai, aku mulai mendekati Violetta dan melihat bahwa berbagai alat terpasang pada tubuhnya. Hanya deru nafas dan suara mesin medis yang menggema ke seluruh ruangan dan menghiasi pendengaranku
Malam semuanya.... maaf ya lama update ceritanya. Semoga kalian bisa menikmati karya ini. Salam sehat dan tetap di rumah....Davin's povAku dengan cekatan melepaskan tangannya dengan pelan dan mulai memencet bel di belakang ranjangnya. "Bertahanlah...." harapku pada wanita di sebelahku ini..Dalam beberapa menit, mulai masuk seorang berpakaian putih yang didampingi seorang suster dan berlalu lalang mengecek keadaan istriku. Setelah itu, dengan segera ia memerintahkan suster di sampingnya agar pergi dan memanggil beberapa orang. Aku pun langsung bertanya padanya."Apa yang terjadi dengannya?" Ucapku dengan cemas."Sepertinya ia mengalami pendarahan subdural," balasnya dan mulai terdengar langkah beberapa orang yang masuk ke dalam. "apakah telah dilakukan CT Scan sebelumnya?" Tanyanya pada dokter yang sebelumnya melakukan operasi pada istriku."I