Violetta's pov
"Oklah, jadi kamu mau kami bantu apa?" Tanya Feysya langsung ke intinya.
"Ini soal perusahaan Davin. Aku merasa bahwa masalah di tempat itu tidak hanya meliputi korupsi, namun juga hal lain telah disiapkan di dalamnya untuk berusaha menghancurkan perusahaan itu. Sepertinya semua hal tidak semudah yang terlihat..." ucapku pada mereka berdua.
"Oh... kalau gitu rencanamu apa?" Tanya Rio padaku dan mulai kujawab.
Aku pun mulai menceritakan rencanaku pada mereka untuk mengungkap kebenaran sebenarnya dari permasalahan perusahaan ini..
Setelah itu, kami mulai bersiap untuk pergi ke tempat yang kuduga akan dijadikan sebagai tempat persembunyian.
Tap, tap, tap..
"Apakah kau yakin? Semua orang itu akan datang ke tempat seperti ini??" Tanya Feysya dengan tidak yakin.
"Kurasa, tempat yang paling tidak mungkin justru bisa saja menjadi te
Violetta's povAku mulai memberontak ketika tiba tiba dibekap oleh seorang pria yang ditutupi oleh jaket hitam.Sontak aku mulai berusaha melepaskan diri darinya dan tak sengaja menyingkap penutup jaketnya. Akibat dari tindakan itu membuatku melihat seorang yang kukenal..Ketika aku melihat wajah pria yang kusingkap jaketnya, aku terkejut dan berhenti melawan. Tanpa kusadari, pria tadi berusaha mengeluarkan sebuah kain putih dari saku celananya dan membekapnya ke arah hidungku.Aku pun mulai merasa pusing setelah memberontak melawannya dan merasakan mataku yang memberat. Akhirnya, aku menyerah dan memejamkan mataku..Bruk!!"Maafkan aku.." ujarnya sembari menyeret seorang wanita ke sebuah tempat..Davin's pov"Huf... aku masih sulit mencari buktinya. Ia sangat pandai dalam menyembunyikan semuanya," keluhku sembari mulai melihat jam
Davin's povKetika aku sampai, aku melihat bahwa tidak ada apapun di sana. Seolah olah tadi hanya imajinasi yang timbul di pikiranku.Aku pun kembali ke tempat sebelumnya untuk menemui sahabatnya. Bahkan aku sepertinya tidak tahu apa saja identitas sahabatnya itu. Ketika sampai, aku menemukan raut wajahnya yang pucat pasi dan membuatku mengerutkan kening.."Kenapa?" Tanyaku padanya."Kayaknya, Vio lagi dalam masalah.." ujarnya sembari duduk di kursi tadi dengan lemas."Lo tau dari mana??""Gua liat tadi pas kamu pergi Rio hpnya aktif, setelah itu coba kutelpon barusan dan mendapat jawaban bahwa handphonenya telah dimatikan. Dia biasanya gak gitu..." balas kembali sahabatnya itu dan membuatku mulai merasa geger.Aku pun langsung beranjak kembali dan berusaha mencari mereka berdua di tempat lain. Namun, aku tak menemukan sesosok pun dan mulai menduga sesua
Violetta's povNamun, tiba tiba pukulan itu terhenti ketika hampir menyentuh perutku dan membuatku mendesah lega. Namun, kalimat dari bibir pria itu membuatku shock.."Aku tahu kau hamil anak dari si brengsek itu. Jadi aku akan memberimu siksaan karena telah menjalin hubungan dengannya.."Ia mengucapkannya sembari memandang ke arah Rio dengan sinis. Hal ini membuatku mulai merasa tidak enak dalam hati. Aku pun dengan segera menghadangnya untuk tidak melukai Rio kembali"Jangan kau lukai ia!" Sergahku dengan kesal."Bodoh, seharusnya kau fokus dengan keadaan dirimu !!" Balasnya sembari datang ke arahku.Ia mulai mendekatiku dengan langkah pelan dan tiba tiba, aku ditarik olehnya dengan kuat."Aku bisa jatuh !" Hardikku namun tetap dihiraukannya.Aku dibawa keluar dari ruangan tersebut.setelah itu, mataku diikat olehnya dengan selembar kain sehingga
Violetta's pov"Vin! Lari!!!" Teriakku padanya sembari berusaha memberontak untuk melepaskan diri dari dekapan orang di belakangku.Kebetulan, pergelangan tangannya baru saja kulukai sebelumnya dengan cutter sehingga aku menekan kembali luka itu dan membuatnya meringis kembali. Namun, kali ini ia dengan sigap tetap mengeratkan pegangannya sehingga aku tidak bisa keluar dari cekalannya."Aku gak bakal ninggalin kamu, Ta!" Balasnya sembari mulai maju ke tempat diriku dan tak peduli meskipun telah melihat gelengan kepalaku.."Jadi ini? Si brengsek itu!!" Teriaknya sembari mulai menggiringku ke belakangTeriakan itu pun membuatku mulai memutuskan dengan cepat. Aku mulai berusaha mengambil tongkat yang tergeletak di lantai dengan kakiku. Dengan perlahan, kujulurkan kakiku ke depan dan membuat tongkat itu berguling ke arahku..Setelah menuju ke dekatku, aku mulai menggunakan kaki kananku untuk
Violetta's povBam!!"Ah! Sialan!!" Ujarnya sembari berlari menuju arah ledakan..Bang!!Ketika ia keluar, aku mulai menghela nafas lega karena penyiksaan itu tertunda. Awalnya, kukira itu hanya ledakan kecil. Namun, tiba tiba terdengar kembali dentuman besar dari kawasan di dekatku..Dengan segera, tembok pembatas ruangan itu hancur dan runtuh dalam sekejab. Debu beterbangan dimana mana dan membuatku terbatuk kecil. Aku mulai merasa grogi karena bisa saja yang meledak kemudian adalah ruangan ini."Aku harus memanfaatkan kesempatan ini," gumamku sembari melihat sekitar yang tertutupi oleh abu dari runtuhnya tembok tadi..Ketika aku memperhatikan sekitar, aku melihat sebuah sisi dinding di sebelahku dan membuatku mulai memiliki sebuah ide..Tap, tap, tap...Aku mulai berusaha melepaskan tali itu dengan menggesekkannya ke sisi miring tembok namu
Violetta's povTerdengar suara tembakan kembali dan membuatku mengalihkan pandangan ke asal suara..Ketika aku memperhatikannya lebih teliti, suamiku tidak apa dan masih menggiring Rio. Bahkan mereka tak memiliki noda sedikit pun.. Aku pun kembali berlari dan mulai memasuki mobil bersama mereka berdua.Brum!!!Tak!!Lemparan batu mengenai kaca dan membuat kaca itu pecah.. namun mereka tak dapat mengejar kami sama sekali.Ketika mobil sedang berjalan, aku merasakan bahwa baju bagian bawahku basah di dekat pinggang.. aku pun mulai menoleh ke arah itu dan menemukan sebuah fakta..Bukan mereka yang tertembak, namun aku..."Vin...." ucapku dengan serak dan mulai merasakan rasa kesemutan di pinggangku.."Kenapa?" Tanyanya balik sembari melihat ke depan."Aku tertembak."Ucapanku langsung membuatny
Davin's povNamun, pada saat aku akan melangkah keluar.. kakiku seolah olah terhenti dan aku mulai bimbang.Aku seharusnya menghiburnya! Bukannya menyuruh orang lain ketika ia sedang benar benar membutuhkan kehadiranku...Aku pun mulai menelpon kembali Ryan untuk membatalkan rencana tersebut..."Ryan!" Ujarku setelah telpon itu diangkat."Ya, gua lagi otw nih.." balasnya dengan suara santai."Gak jadi. Sorry ngerepotin," balasku kembali dan membuatnya mendesah lega."Untung aja otw ke wc. Haha..."Tawanya keluar dari suara telpon itu dan membuatku mulai terkecoh."Masih jadi sahabat bangke emang..."Aku pun mulai mematikan teleponku dan kembali ke kamar Violetta, istriku.Aku pun mulai menunggu istriku untuk bangun dari tidurnya.. setidaknya ia harus mengetahui ke
Violetta's povAku terbangun kembali dan masih menemukan bahwa diriku tetap seperti saat saat aku sebelum pingsan. Kehilangan janin...Hanya saja, suamiku tiada kali ini dan membuatku mengerutkan kening. Aku mulai bingung entah apa yang terjadi ketika aku pingsan lagi, hingga lamunanku buyar oleh sebuah suara derit pintu..Krit..."Ta? Udah bangun ya??.." tanya pria di depanku dan mulai membuatku memandangnya."Hm.." balasku singkat dan mulai menolehkan kepalaku ke arah jendela yang terbuka lebar dan menampakkan langit yang kelabu. menandakan akan tiba hujan sebentar lagi.."Ta?.. jangan pikirin terus ya? Mungkin anak ini masih belum berjodoh dengan kita.." balasnya dan membuatku menoleh padanya dengan sinis."Apa kamu pikir aku kayak kamu? Bisa tiba tiba melupakannya?! Aku yang merasakannya!" Ujarku dengan mengepalkan telapak tanganku.
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k
Davin's pov"Ta, apa kau tahu? Aku bermimpi aneh tadi sore ketika keluar dari ruangan dan memejamkan mataku sejenak.""Seorang gadis terlihat mirip sekali sepertimu dan tampak bahwa ia sedang mengalami suatu masalah dari raut wajahnya. .. sebuah cermin juga terlihat di sana dan menarik perhatian diriku.""Ketika aku mengesernya, cermin itu dapat memperlihatkan berbagai hal hal yang sedang terjadi dan sebelumnya telah terjadi. Namun, aku tak dapat menggesernya ke masa depan.." ucapku panjang lebar pada wanita di sampingku yang tak merespon ataupun menggerakkan secuil pun anggota tubuhnya.Walaupun aku mungkin tahu mungkin saja ia tak akan mendengarkanku karena kondisi dirinya yang dapat terbilang lebih dari sekadar sekarat dan bahkan nyawanya bisa saja kapanpun terangkat secara tiba tiba... Aku mulai bangkit dan membaringkan tubuhku di sebuah sofa keras. Aku mulai memejamkan mataku yang
Hai semuanya... ini chapter selanjutnya ya.. makasih udah mau menunggu cerita saya selama ini dan selamat membaca...Davin's pov"Kami telah berusaha semampu mungkin, namun karena keadaannya terlampau parah... ia akan mengalami koma dan bahkan bila ia terbangun dari kondisi ini. Kami menduga bahwa akan terjadi kerusakan pada salah satu bagian tubuhnya baik permanen maupun sementara," ungkap dokter itu dengan raut wajah lelah."Baik, apakah sekarang ia dapat dikunjungi?" Tanyaku balik."Boleh, namun hanya boleh 2 orang dan bergantian bila lebih dari 2 orang.""Makasih dok," jawabku sembari diikuti oleh langkahnya yang menjauh dari sini.Dengan cepat, aku memasuki ruangan itu dan berganti baju sebelum mendekati istriku. Ketika telah selesai, aku mulai mendekati Violetta dan melihat bahwa berbagai alat terpasang pada tubuhnya. Hanya deru nafas dan suara mesin medis yang menggema ke seluruh ruangan dan menghiasi pendengaranku
Malam semuanya.... maaf ya lama update ceritanya. Semoga kalian bisa menikmati karya ini. Salam sehat dan tetap di rumah....Davin's povAku dengan cekatan melepaskan tangannya dengan pelan dan mulai memencet bel di belakang ranjangnya. "Bertahanlah...." harapku pada wanita di sebelahku ini..Dalam beberapa menit, mulai masuk seorang berpakaian putih yang didampingi seorang suster dan berlalu lalang mengecek keadaan istriku. Setelah itu, dengan segera ia memerintahkan suster di sampingnya agar pergi dan memanggil beberapa orang. Aku pun langsung bertanya padanya."Apa yang terjadi dengannya?" Ucapku dengan cemas."Sepertinya ia mengalami pendarahan subdural," balasnya dan mulai terdengar langkah beberapa orang yang masuk ke dalam. "apakah telah dilakukan CT Scan sebelumnya?" Tanyanya pada dokter yang sebelumnya melakukan operasi pada istriku."I