Violetta's pov
Terdengar suara tembakan kembali dan membuatku mengalihkan pandangan ke asal suara..
Ketika aku memperhatikannya lebih teliti, suamiku tidak apa dan masih menggiring Rio. Bahkan mereka tak memiliki noda sedikit pun.. Aku pun kembali berlari dan mulai memasuki mobil bersama mereka berdua.
Brum!!!
Tak!!
Lemparan batu mengenai kaca dan membuat kaca itu pecah.. namun mereka tak dapat mengejar kami sama sekali.
Ketika mobil sedang berjalan, aku merasakan bahwa baju bagian bawahku basah di dekat pinggang.. aku pun mulai menoleh ke arah itu dan menemukan sebuah fakta..
Bukan mereka yang tertembak, namun aku...
"Vin...." ucapku dengan serak dan mulai merasakan rasa kesemutan di pinggangku..
"Kenapa?" Tanyanya balik sembari melihat ke depan.
"Aku tertembak."
Ucapanku langsung membuatny
Davin's povNamun, pada saat aku akan melangkah keluar.. kakiku seolah olah terhenti dan aku mulai bimbang.Aku seharusnya menghiburnya! Bukannya menyuruh orang lain ketika ia sedang benar benar membutuhkan kehadiranku...Aku pun mulai menelpon kembali Ryan untuk membatalkan rencana tersebut..."Ryan!" Ujarku setelah telpon itu diangkat."Ya, gua lagi otw nih.." balasnya dengan suara santai."Gak jadi. Sorry ngerepotin," balasku kembali dan membuatnya mendesah lega."Untung aja otw ke wc. Haha..."Tawanya keluar dari suara telpon itu dan membuatku mulai terkecoh."Masih jadi sahabat bangke emang..."Aku pun mulai mematikan teleponku dan kembali ke kamar Violetta, istriku.Aku pun mulai menunggu istriku untuk bangun dari tidurnya.. setidaknya ia harus mengetahui ke
Violetta's povAku terbangun kembali dan masih menemukan bahwa diriku tetap seperti saat saat aku sebelum pingsan. Kehilangan janin...Hanya saja, suamiku tiada kali ini dan membuatku mengerutkan kening. Aku mulai bingung entah apa yang terjadi ketika aku pingsan lagi, hingga lamunanku buyar oleh sebuah suara derit pintu..Krit..."Ta? Udah bangun ya??.." tanya pria di depanku dan mulai membuatku memandangnya."Hm.." balasku singkat dan mulai menolehkan kepalaku ke arah jendela yang terbuka lebar dan menampakkan langit yang kelabu. menandakan akan tiba hujan sebentar lagi.."Ta?.. jangan pikirin terus ya? Mungkin anak ini masih belum berjodoh dengan kita.." balasnya dan membuatku menoleh padanya dengan sinis."Apa kamu pikir aku kayak kamu? Bisa tiba tiba melupakannya?! Aku yang merasakannya!" Ujarku dengan mengepalkan telapak tanganku.
Davin's povAku mulai mendampinginya dan berusaha menyuapinya serta merawatnya, untung saja ia menurut dan menerimanya sehingga ia dapat mendapat gizi dan energi... namun, aku masih merasa kuatir karena sewaktu waktu ia bisa saja menjadi diam kembali dan tak bergeming. Sekarang, perusahaan telah kuserahkan kendali pada adikku. Lagipula, ia terlihat ahli dalam menangani perusahaan dan membuatnya semakin maju..."Makan ya Ta?" Ujarku padanya dan mulai menyedokkan sebuah alat makan yang telah terisi oleh nasi menuju mulutnya.Ia membuka mulutnya dan langsung menelannya, hal itu terus terjadi hingga semangkuk nasi habis dan tak bersisa lagi. Namun, setelah selesai ia kembali diam dan menatap kosong ke depan. Ketika melihat keadaannya yang seperti ini, aku kembali meringis dan tiba tiba..Krit...Tap, tap, tap..."Nak..."Suara familiar itu memasuki telingaku dan membuat
Davin's pov"Siapa kamu?"Pertanyaan itu membuatku tertegun, tak kusangka bahwa ia telah melupakan diriku, suaminya sendiri.. aku mulai mendekat padanya dan menatapnya."Apa saja yang kamu ingat?" Tanyaku sembari berhati hati agar tak menimbulkan masalah."Kamu siapa dulu?"Aku pun mulai menghela nafas dengan lesu dan menatap dalam matanya yang memancarkan kebingungan. Sepertinya ia telah lupa akan semuanya karena pengakuan yang terlalu menyakitkan. Aku harus mulai membawanya pulang dan perlahan memulihkan ingatannya."Aku Davin." Balasku. "Jadi, apa saja yang kau ingat?" Tanyaku balik padanya.."Kamu pikir aku lupa ingatan? Aku saja ingat kalau Rio akan menikahiku saat itu! Dan kayaknya aku dak kenal kamu saja ."Perkataannya menusuk sekali dan mulai menyadarkanku bahwa ia melupakan segalanya tentangku. Dan dari sini, mulai kuketahui bahwa Rio itu
Violetta's povAku merasa sangat senang ketika berbicara dengan Rio, namun rasanya seperti ada yang hilang tapi aku tidak tahu apa itu.. Ketika kupandangi pria asing di depanku, aku merasa perasaan aneh yang menjalar dan terasa familiar.' Tidak mungkin, aku telah memiliki tunangan..' sanggahku dalam hatiAku mulai menoleh kembali ke Rio dan tak memedulikan Davin. Lagipula aku tak mengenalnya sama sekali..Setelah lama berbicara, Davin si pria aneh masih menungguku. Aku pun mulai heran pada pria itu, ia terlihat seperti tidak memiliki pekerjaan sama sekali."Han, lo kenal sama cowok itu gak?" Tanyaku dan kulihat rautnya yang berubah menjadi kusut"Kita pulang."Aku menoleh ke asal suara dan mendapati bahwa si pria asing itu telah di depan pintu keluar.. aku pun mulai mengikutinya dan berniat juga untuk pulang. Aku berencana akan memanggil taxi namun saat
Violetta's povKulihat ia yang terjatuh dan menyentuh lantai semen dengan keras. Ia dengan tak tahu malu kembali berdiri dan berusaha memdekatiku. Namun, dengan segera aku menghindar darinya dan menepis pukulannya."Gak kenal aku?!" Ujarnya setengah berteriak dan membuat suaranya yang keras memasuki rumah dan bergema."Gak," balasku sengit dan melipatkan kedua lenganku dengan santai.Entah mengapa, aku memiliki perasaan yang sangat buruk ketika melihatnya. Ditambah akan perlakuannya yang kasar membuatku semakin naik pitam. Lihat saja.. sudah didorong masih saja melawan."Apa kau tahu aku siapa??""Tadi kutanya gak jawab, sekarang malah nanya ke aku. Mana aku tahu!!" Jawabku dengan heran dan menatapnya dengan malas.."Dasar cewek malam," lanjutku dan mulai menutup pintu dengan keras.Bam!!Aku menutup pintu dan mengu
Violetta's povHari ini adalah hari dimana aku akan pergi dari rumah Davin. Entah kenapa, aku merasa terdapat rasa yang mengganjal di hatiku ketika akan melangkah keluar dari rumah ini. Namun, aku menekankan keputusan yang telah kuucapkan dan tak akan kutarik sama sekali.Tap, tap, tap..Ketika menuju keluar, aku melihat seorang pria yang bersender di pintu dengan badan yang tegak dan wajahnya menatap ke bawah lantai. Pada saat aku melihat pria itu, ia menoleh ke arah aku berdiri. Kulihat wajah yang menurutku cukup menawan sekilas lalu mulai melanjutkan langkahku kembali."Ta, mau kuantar?" Tanya Davin yang berdiri di depan pintu keluar.Aku pun berhenti sebentar dan menolehnya kembali. Aku pun tersenyum sopan padanya."Nggak, makasih.""Baiklah... hati hati ya, " balasnya dengan menghela nafas dan tersenyum aneh.
Davin's povAku sedang melihat lihat berkas yang ditangani oleh adikku dalam perusahaan secara diam diam. Ternyata, dari tadi berkas yang kuperiksa tiada kesalahan sedikit pun! Hingga berkas keterakhir, kegiatanku terganggu oleh suara bel dari luar..Aku pun mulai menghentikan kegiatan yang kulakukan sedari tadi dan mulai pergi ke pintu depan.Tap, tap, tap.Ceklek!!"Siapa-"Aku tertegun ketika melihat seorang wanita sedang menatapku dengan tatapan menyelidik. Aku pun tetap memasang tampang datar padanya.."Ada apa kesini?" Tanyaku padanya sembari mengeryitkan dahi."Lo menyembunyikan sesuatu kan??"Ucapan itu membuatku menjadi tersenyum santai dan melihat ke wanita itu. Seolah olah perkataannya tiada artinya juga bagiku."Menurutmu?" Tanyaku balik.Wanita itu menatapk
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k
Davin's pov"Ta, apa kau tahu? Aku bermimpi aneh tadi sore ketika keluar dari ruangan dan memejamkan mataku sejenak.""Seorang gadis terlihat mirip sekali sepertimu dan tampak bahwa ia sedang mengalami suatu masalah dari raut wajahnya. .. sebuah cermin juga terlihat di sana dan menarik perhatian diriku.""Ketika aku mengesernya, cermin itu dapat memperlihatkan berbagai hal hal yang sedang terjadi dan sebelumnya telah terjadi. Namun, aku tak dapat menggesernya ke masa depan.." ucapku panjang lebar pada wanita di sampingku yang tak merespon ataupun menggerakkan secuil pun anggota tubuhnya.Walaupun aku mungkin tahu mungkin saja ia tak akan mendengarkanku karena kondisi dirinya yang dapat terbilang lebih dari sekadar sekarat dan bahkan nyawanya bisa saja kapanpun terangkat secara tiba tiba... Aku mulai bangkit dan membaringkan tubuhku di sebuah sofa keras. Aku mulai memejamkan mataku yang
Hai semuanya... ini chapter selanjutnya ya.. makasih udah mau menunggu cerita saya selama ini dan selamat membaca...Davin's pov"Kami telah berusaha semampu mungkin, namun karena keadaannya terlampau parah... ia akan mengalami koma dan bahkan bila ia terbangun dari kondisi ini. Kami menduga bahwa akan terjadi kerusakan pada salah satu bagian tubuhnya baik permanen maupun sementara," ungkap dokter itu dengan raut wajah lelah."Baik, apakah sekarang ia dapat dikunjungi?" Tanyaku balik."Boleh, namun hanya boleh 2 orang dan bergantian bila lebih dari 2 orang.""Makasih dok," jawabku sembari diikuti oleh langkahnya yang menjauh dari sini.Dengan cepat, aku memasuki ruangan itu dan berganti baju sebelum mendekati istriku. Ketika telah selesai, aku mulai mendekati Violetta dan melihat bahwa berbagai alat terpasang pada tubuhnya. Hanya deru nafas dan suara mesin medis yang menggema ke seluruh ruangan dan menghiasi pendengaranku
Malam semuanya.... maaf ya lama update ceritanya. Semoga kalian bisa menikmati karya ini. Salam sehat dan tetap di rumah....Davin's povAku dengan cekatan melepaskan tangannya dengan pelan dan mulai memencet bel di belakang ranjangnya. "Bertahanlah...." harapku pada wanita di sebelahku ini..Dalam beberapa menit, mulai masuk seorang berpakaian putih yang didampingi seorang suster dan berlalu lalang mengecek keadaan istriku. Setelah itu, dengan segera ia memerintahkan suster di sampingnya agar pergi dan memanggil beberapa orang. Aku pun langsung bertanya padanya."Apa yang terjadi dengannya?" Ucapku dengan cemas."Sepertinya ia mengalami pendarahan subdural," balasnya dan mulai terdengar langkah beberapa orang yang masuk ke dalam. "apakah telah dilakukan CT Scan sebelumnya?" Tanyanya pada dokter yang sebelumnya melakukan operasi pada istriku."I