Violetta's pov
Namun, tiba tiba pukulan itu terhenti ketika hampir menyentuh perutku dan membuatku mendesah lega. Namun, kalimat dari bibir pria itu membuatku shock..
"Aku tahu kau hamil anak dari si brengsek itu. Jadi aku akan memberimu siksaan karena telah menjalin hubungan dengannya.."
Ia mengucapkannya sembari memandang ke arah Rio dengan sinis. Hal ini membuatku mulai merasa tidak enak dalam hati. Aku pun dengan segera menghadangnya untuk tidak melukai Rio kembali
"Jangan kau lukai ia!" Sergahku dengan kesal.
"Bodoh, seharusnya kau fokus dengan keadaan dirimu !!" Balasnya sembari datang ke arahku.
Ia mulai mendekatiku dengan langkah pelan dan tiba tiba, aku ditarik olehnya dengan kuat.
"Aku bisa jatuh !" Hardikku namun tetap dihiraukannya.
Aku dibawa keluar dari ruangan tersebut.setelah itu, mataku diikat olehnya dengan selembar kain sehingga
Violetta's pov"Vin! Lari!!!" Teriakku padanya sembari berusaha memberontak untuk melepaskan diri dari dekapan orang di belakangku.Kebetulan, pergelangan tangannya baru saja kulukai sebelumnya dengan cutter sehingga aku menekan kembali luka itu dan membuatnya meringis kembali. Namun, kali ini ia dengan sigap tetap mengeratkan pegangannya sehingga aku tidak bisa keluar dari cekalannya."Aku gak bakal ninggalin kamu, Ta!" Balasnya sembari mulai maju ke tempat diriku dan tak peduli meskipun telah melihat gelengan kepalaku.."Jadi ini? Si brengsek itu!!" Teriaknya sembari mulai menggiringku ke belakangTeriakan itu pun membuatku mulai memutuskan dengan cepat. Aku mulai berusaha mengambil tongkat yang tergeletak di lantai dengan kakiku. Dengan perlahan, kujulurkan kakiku ke depan dan membuat tongkat itu berguling ke arahku..Setelah menuju ke dekatku, aku mulai menggunakan kaki kananku untuk
Violetta's povBam!!"Ah! Sialan!!" Ujarnya sembari berlari menuju arah ledakan..Bang!!Ketika ia keluar, aku mulai menghela nafas lega karena penyiksaan itu tertunda. Awalnya, kukira itu hanya ledakan kecil. Namun, tiba tiba terdengar kembali dentuman besar dari kawasan di dekatku..Dengan segera, tembok pembatas ruangan itu hancur dan runtuh dalam sekejab. Debu beterbangan dimana mana dan membuatku terbatuk kecil. Aku mulai merasa grogi karena bisa saja yang meledak kemudian adalah ruangan ini."Aku harus memanfaatkan kesempatan ini," gumamku sembari melihat sekitar yang tertutupi oleh abu dari runtuhnya tembok tadi..Ketika aku memperhatikan sekitar, aku melihat sebuah sisi dinding di sebelahku dan membuatku mulai memiliki sebuah ide..Tap, tap, tap...Aku mulai berusaha melepaskan tali itu dengan menggesekkannya ke sisi miring tembok namu
Violetta's povTerdengar suara tembakan kembali dan membuatku mengalihkan pandangan ke asal suara..Ketika aku memperhatikannya lebih teliti, suamiku tidak apa dan masih menggiring Rio. Bahkan mereka tak memiliki noda sedikit pun.. Aku pun kembali berlari dan mulai memasuki mobil bersama mereka berdua.Brum!!!Tak!!Lemparan batu mengenai kaca dan membuat kaca itu pecah.. namun mereka tak dapat mengejar kami sama sekali.Ketika mobil sedang berjalan, aku merasakan bahwa baju bagian bawahku basah di dekat pinggang.. aku pun mulai menoleh ke arah itu dan menemukan sebuah fakta..Bukan mereka yang tertembak, namun aku..."Vin...." ucapku dengan serak dan mulai merasakan rasa kesemutan di pinggangku.."Kenapa?" Tanyanya balik sembari melihat ke depan."Aku tertembak."Ucapanku langsung membuatny
Davin's povNamun, pada saat aku akan melangkah keluar.. kakiku seolah olah terhenti dan aku mulai bimbang.Aku seharusnya menghiburnya! Bukannya menyuruh orang lain ketika ia sedang benar benar membutuhkan kehadiranku...Aku pun mulai menelpon kembali Ryan untuk membatalkan rencana tersebut..."Ryan!" Ujarku setelah telpon itu diangkat."Ya, gua lagi otw nih.." balasnya dengan suara santai."Gak jadi. Sorry ngerepotin," balasku kembali dan membuatnya mendesah lega."Untung aja otw ke wc. Haha..."Tawanya keluar dari suara telpon itu dan membuatku mulai terkecoh."Masih jadi sahabat bangke emang..."Aku pun mulai mematikan teleponku dan kembali ke kamar Violetta, istriku.Aku pun mulai menunggu istriku untuk bangun dari tidurnya.. setidaknya ia harus mengetahui ke
Violetta's povAku terbangun kembali dan masih menemukan bahwa diriku tetap seperti saat saat aku sebelum pingsan. Kehilangan janin...Hanya saja, suamiku tiada kali ini dan membuatku mengerutkan kening. Aku mulai bingung entah apa yang terjadi ketika aku pingsan lagi, hingga lamunanku buyar oleh sebuah suara derit pintu..Krit..."Ta? Udah bangun ya??.." tanya pria di depanku dan mulai membuatku memandangnya."Hm.." balasku singkat dan mulai menolehkan kepalaku ke arah jendela yang terbuka lebar dan menampakkan langit yang kelabu. menandakan akan tiba hujan sebentar lagi.."Ta?.. jangan pikirin terus ya? Mungkin anak ini masih belum berjodoh dengan kita.." balasnya dan membuatku menoleh padanya dengan sinis."Apa kamu pikir aku kayak kamu? Bisa tiba tiba melupakannya?! Aku yang merasakannya!" Ujarku dengan mengepalkan telapak tanganku.
Davin's povAku mulai mendampinginya dan berusaha menyuapinya serta merawatnya, untung saja ia menurut dan menerimanya sehingga ia dapat mendapat gizi dan energi... namun, aku masih merasa kuatir karena sewaktu waktu ia bisa saja menjadi diam kembali dan tak bergeming. Sekarang, perusahaan telah kuserahkan kendali pada adikku. Lagipula, ia terlihat ahli dalam menangani perusahaan dan membuatnya semakin maju..."Makan ya Ta?" Ujarku padanya dan mulai menyedokkan sebuah alat makan yang telah terisi oleh nasi menuju mulutnya.Ia membuka mulutnya dan langsung menelannya, hal itu terus terjadi hingga semangkuk nasi habis dan tak bersisa lagi. Namun, setelah selesai ia kembali diam dan menatap kosong ke depan. Ketika melihat keadaannya yang seperti ini, aku kembali meringis dan tiba tiba..Krit...Tap, tap, tap..."Nak..."Suara familiar itu memasuki telingaku dan membuat
Davin's pov"Siapa kamu?"Pertanyaan itu membuatku tertegun, tak kusangka bahwa ia telah melupakan diriku, suaminya sendiri.. aku mulai mendekat padanya dan menatapnya."Apa saja yang kamu ingat?" Tanyaku sembari berhati hati agar tak menimbulkan masalah."Kamu siapa dulu?"Aku pun mulai menghela nafas dengan lesu dan menatap dalam matanya yang memancarkan kebingungan. Sepertinya ia telah lupa akan semuanya karena pengakuan yang terlalu menyakitkan. Aku harus mulai membawanya pulang dan perlahan memulihkan ingatannya."Aku Davin." Balasku. "Jadi, apa saja yang kau ingat?" Tanyaku balik padanya.."Kamu pikir aku lupa ingatan? Aku saja ingat kalau Rio akan menikahiku saat itu! Dan kayaknya aku dak kenal kamu saja ."Perkataannya menusuk sekali dan mulai menyadarkanku bahwa ia melupakan segalanya tentangku. Dan dari sini, mulai kuketahui bahwa Rio itu
Violetta's povAku merasa sangat senang ketika berbicara dengan Rio, namun rasanya seperti ada yang hilang tapi aku tidak tahu apa itu.. Ketika kupandangi pria asing di depanku, aku merasa perasaan aneh yang menjalar dan terasa familiar.' Tidak mungkin, aku telah memiliki tunangan..' sanggahku dalam hatiAku mulai menoleh kembali ke Rio dan tak memedulikan Davin. Lagipula aku tak mengenalnya sama sekali..Setelah lama berbicara, Davin si pria aneh masih menungguku. Aku pun mulai heran pada pria itu, ia terlihat seperti tidak memiliki pekerjaan sama sekali."Han, lo kenal sama cowok itu gak?" Tanyaku dan kulihat rautnya yang berubah menjadi kusut"Kita pulang."Aku menoleh ke asal suara dan mendapati bahwa si pria asing itu telah di depan pintu keluar.. aku pun mulai mengikutinya dan berniat juga untuk pulang. Aku berencana akan memanggil taxi namun saat