Share

Cerita Masa Lalu

Penulis: Ummatul Khoiroh
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-08 08:43:30

"Aku ingin cerai saja, Buuu ...."

Zulfa terisak dalam pelukan sang Ibu, hatinya yang telah rapuh semakin lapuk saat berhadapan dengan wanita yang telah melahirkannya itu. Ia tak bisa bersikap tegar. Berhadapan dengan sang Ibu, membuatnya kembali seperti anak kecil yang membutuhkan belaian ketenangan dan pelukan kasih sayang.

"Ceritakan semuanya pada Ibu. Berbagilah kesedihanmu dengan Ibu, agar beban di hatimu bisa berkurang dan kamu bisa sedikit lega," tutur Bu Umi dengan tutur katanya yang selalu lemah lembut. Membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasa tenang.

Zulfa menceritakan semuanya, tentang perubahan sikap Rio, lingerie merah, serta wanita bernama Amara. Bu Umi mendengarkannya dengan sesekali menghela napas. Sebagai Ibu, tentu saja Bu Umi merasakan kekecewaan yang amat dalam pada Rio. Putri yang ia percayakan telah disakiti sedemikan dalam oleh pria yang beliau percaya.

"Sabar, Nak. Semua kejad

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bahagia Usai Berpisah   Kehamilan Amara

    Rio memandang setiap sudut rumahnya dengan hati terluka. Sejak kepergian Zulfa semalam, ia merasa rumah ini bagai tak ada kehidupan. Biasanya, ia mendengar suara penggorengan ataupun mendapati Zulfa tengah memasak. Namun, kini semua telah sirna.Pagi ini, Rio berencana akan menemui orang tuanya dan mengatakan semuanya. Entah bagaimana reaksi mereka jika mengetahui rumah tangga anak mereka telah hancur.Tok-tok-tok!!!Suara ketukan pintu menyadarkan Rio dari lamunannya. Ia bergegas membuka pintu dengan senyum terukir jelas. Ia berharap jika itu Zulfa yang kembali lagi.Akan tetapi, senyum di bibir Rio seketika pudar, saat Amara berdiri di depannya dengan wajah ditekuk. Bibirnya manyun, jelas tergambar bahwa ia tengah kesal."Amara?""Aku ingin kita segera menikah!" todongnya dengan menyerahkan sebuah bungkusan kertas berwarna putih biru.Dahi Rio m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Bahagia Usai Berpisah   Talak

    Sudah dua minggu Zulfa tinggal bersama sang Ibu. Dan sejak itu, Fikri sering datang berkunjung dengan membawa berbagai macam cemilan dan buah-buahan."Fik, tolong jangan begini. Meski aku sudah pisah sama Mas Rio, tapi kami belum benar-benar bercerai," ujar Zulfa saat Fikri menemuinya dengan membawa sekotak coklat berbentuk hati siang ini.Bu Umi keluar dengan membawa nampan yang di atasnya sudah ada teko berisi teh dan dua cangkir. Beliau menaruhnya di meja dan mengisi cangkir tersebut lalu memberikannya ke Fikri."Maafkan saya, Bu ... saya selalu merepotkan Ibu setiap kali ke sini," ucap Fikri sambil menunduk."Nggak papa, Le. Diminum dulu tehnya," kata Bu Umi ramah. Fikri mengangguk, lantas menyesap tehnya perlahan-lahan."Kamu nggak kerja hari ini?" tanya Bu Umi."Saya kerja, Bu. Pulang kerja langsung ke sini. Maaf, ya jika kalian bosan karena katemu saya terus-terusan." Fikri terkekeh.Zulfa tersenyum samar. Dalam hatinya, ia sen

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Bahagia Usai Berpisah   Kamu Tetaplah Menantuku!

    Pak Setyo berniat untuk mengunjungi Zulfa untuk meminta maaf. Beliau sudah teramat menyayanginya seperti anak sendiri. Setiap kali beliau sakit, Zulfa lah yang selalu memperhatikan, mulai dari makanan hingga pakaian yang dikenakannya.Sedangkan Bu Salma, beliau lebih senang dengan dunianya sendiri. Sebenarnya, Bu Salma juga menyayangi Zulfa. Namun, kenyataan bahwa Zulfa tak kunjung hamil membuat beliau sedikit malas pada menantunya itu."Mau ke mana, Yah?" tanya Bu Salma. Beliau sedang memasak sop iga untuk Amara.Rio bilang, bahwa ia dan Amara akan datang malam ini."Mau menemui Zulfa. Kamu mau ikut?" tawar Pak Setyo sambil memakai jaket kulitnya."Ngapain, sih, Ayah mau ke sana? Dia kan udah bukan menantu kita lagi," ketus Bu Salma."Itu menurutmu! Tapi, aku tetap menganggapnya anakku," tegas Pak Setyo

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Bahagia Usai Berpisah   Tawaran Fikri

    Zulfa telah resmi menjadi janda sejak masa nifasnya usai. Dan sejak tiga bulan ini, Fikri tidak pernah mengunjunginya. Entah mengapa Zulfa merindukannya. Padahal, ia sendiri yang menginginkan agar Fikri tidak datang ke rumahnya."Melamun lagi?" tegur Bu Umi yang baru saja selesai memetik daun salam untuk bumbu masakannya."Aku mau nyari kerja, Bu. Sudah saatnya aku nyari uang." Zulfa beranjak dari kursinya dan berdiri di ambang pintu. Matanya menerawang jauh ke depan. Ia berniat untuk bisa mencari nafkah."Mau kerja apa? Nyari kerja kalau nggak dibantu susah, Nak," tukas Bu Umi."Ya ... aku akan usaha, Bu. Yang penting Ibu doakan aku terus." Zulfa tersenyum menatap sang Ibu."Iya itu selalu ibu lakukan untukmu. Oh, ya. Lama sekali, ya, Fikri nggak datang," celetuk Bu Umi. Zulfa seketika terdiam."Apa dia marah sama kita, ya. Mungkin, waktu itu dia marah karena kita melarangnya agar nggak ke sini sama sekali," tukas Bu Umi. "Ibu jadi merasa n

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Bahagia Usai Berpisah   Mertua Pembantu Gratis

    HK15. Mertua Pembantu GratisPerut Amara mulai terlihat membuncit, sebab usia kehamilannya telah memasuki lima bulan. Fase-fase yang ia lalui tak serumit wanita hamil pada umumnya. Ia lebih enjoy dan tak pernah merasakan mual dan pening. Orang jawa bilang 'ngebo'.Di saat-saat itu pun Bu Salma memberikan perhatian lebih ekstra untuknya. Amara yang merasa disayang Bu Salma sering memanfaatkan keadaan agar ia bisa berleha-leha tanpa lelah mengurus rumah."Amara, ini ibu belikan kurma muda. Kamu makan ya. Ini bagus banget buat ibu hamil seperti kamu," tukas Bu Salma ketika berkunjung.Amara mengangguk senang. "Iya, Bu. Makasih, ya ... Ibu baik banget," pujinya."Iya ... soalnya ibu pengeeen sekali punya cucu, Ra. Sudah hampir berjalan empat tahun. Dan ini tahun pertama bersamamu. Dan ibu gak nunggu lama-lama lagi," ujar Bu Salma sambil mengelus perut Amara."Bu? Ibu nggak pernah marah gitu sama Zulfa?" Amara sengaja memancing Bu Salma a

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Bahagia Usai Berpisah   Pertemuan Rio dan Fikri

    Rio menyandarkan kepalanya pada kedua tangan yang ia tumpulan di atas meja. Kedua matanya terpejam karena berkas-berkas laporan yang ia kerjakan kembali tertumpuk di hadapannya."Kamu ini gimana?! Bisa kerja apa gak?! Masa buat laporan gini aja salah semua?!" bentak Pak Biran–atasannya di kantor."Apa, Pak? Laporan saya salah semua?" Rio membalas tanya tak percaya."LIHAT SENDIRI!" Pak Biran melempar berkas-berkas ke wajah Rio hingga jatuh berhamburan.Tangan Rio mengepal, kedua matanya terpejam. Ia menahan emosi yang semakin membuat darahnya mendidih. Namun, ia hanya bisa diam. Jika ia membalas, pemecatan akan terjadi padanya."Maafkan, saya, Pak," ujar Rio akhirnya. Ia memunguti kertas-kertas tersebut dan menjadikan satu dalam map."Akan saya teliti lagi. Tolong maafkan saya ...." Rio memohon, mengiba pada Pak Biran.Pak Biran dikenal sebagai orang yang keras dan tegas. Namun, tak jarang beliau juga bisa melunakkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Bahagia Usai Berpisah   Kebenaran Yang Terkuak

    Maksudnya apa?" Zulfa melempar tanya, ia menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi."Satu hari sesudah pernikahanmu dengan Rio di rumah ini, Fikri datang. Dia membawa banyak hantaran untukmu. Dia telah memenuhi janjinya padamu, Nak," ungkap Bu Umi dengan mata yang menerawang jauh. Sorot mata Bu Umi terlihat begitu sedih.Zulfa menggeleng pelan. "Itu tidak mungkin ... lagi pula, Fikri sudah bertunangan, lalu ... untuk apa dia datang?" Zulfa menggeleng lagi. Ia masih sukar menerima."Aku tidak pernah bertunangan dengan siapa pun, Fa! Aku selalu berpegang teguh dengan janji yang kubuat! Lagi pula jika aku sudah bertunangan, untuk apa aku sekarang ada di sini dan membantumu membuka rahasia Rio ?! timpal Fikri dengan tegas dan penuh penekanan. Mata elangnya tidak berbohong bahwa ia tengah bersungguh-sungguh."Lalu kamu kemana? Aku menunggumu waktu itu! Aku menunggumu setiap hari, dengan harapan agar kamu benar-benar datang. Tapi ... malah Rio yang datang padak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Bahagia Usai Berpisah   Mertua Pembantu Gratis (2)

    Semakin hari, sikap Amara semakin tidak bisa ditolerir. Bu Salma mengerjakan semua pekerjaan rumah di rumah anaknya sendiri. Semuanya ... bahkan, mencuci pakaian dalam Amara dan Rio."Hoalah, mimpi apa aku kok bisa jadi babu begini ... untung saja anak itu lagi hamil. Kalau enggak, gak bakalan mau aku," gerutu Bu Salma seraya menjemur pakaian Amara.Sedangkan, Amara dan Rio tengah pergi ke dokter untuk cek kehamilan. Bu Salma berharap, Amara segera melahirkan agar ia bisa bebas. Biarlah prematur, pikirnya. Ia sudah lelah.Beliau datang ke rumah Rio tiga kali setiap minggunya. Dan setiap beliau datang, keadaan rumah tak pernah rapi. Padahal beliau tidak datang sehari saja, penampilan rumah anaknya seperti kapal pecah.Dan, semua yang beliau kerjakan, Amara tak pernah sekali pun membantu. Beliau mulai ragu, apakah Amara memang benar-benar mual atau hanya pura-pura."Assalamu'alaikum ..."Bu Salma segera menyelesaikan acara menjemur pakaiannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15

Bab terbaru

  • Bahagia Usai Berpisah   Ending

    Aku pernah merasakan sakit secara batin. Tertekan karena tak kunjung hamil, hingga akhirnya dikhianati. Namun, aku yakin ... bahwa jika aku sabar, semua akan indah pada waktunya._Zulfa_***Kehamilan Zulfa sudah semakin membesar dan memasuki usia tujuh bulan. Dua bulan lagi, malaikat kecil yang ia nantikan akan lahir ke dunia."Sayang?" Fikri masuk ke dalam kamar. Meraih Zulfa dalam pelukannya."Aku punya kabar," ucap Fikri. Zulfa mengernyit saat melihat ekspresi suaminya."Ada apa, Mas?""Rio dikeluarkan dari kantor karena ia sering marah-marah sendiri. Sepertinya dia depresi." Zulfa membelalak mendengar penuturan suaminya."Kok bisa begitu?" Zulfa merasa iba. Meski bagaimanapun, Rio pernah mengisi hatinya.

  • Bahagia Usai Berpisah   Kenyataan Pahit

    Rio menoleh ke belakang. Sesosok pria dengan rambut gondrong dikuncir itu mencekal tangannya yang berada di udara. Tatapannya tajam menghunjam ke dalam retina Rio.Amara menutup mulutnya saat Haris tiba-tiba datang. Ia tak menyangka sama sekali bahwa Haris akan menolongnya dari amukan Rio.Rahang Haris mengeras. Dalam sekali sentakan, ia mengempaskan tangan Rio dan memukul tepat mengenai pipi Rio hingga ia jatuh tersungkur.Amara menjerit dan segera menggendong Kayla, lalu membawanya keluar bergabung dengan Bu Imas dan Silvi. Ia ketakutan, hingga tangannya bergetar."Sini, biar Kayla ibu yang gendong, Non," tawar Bu Imas yang tak tega melihat Amara yang ketakutan."Ini, bawalah." Amara menyerahkan Kayla dengan wajah pucat."Siapa kau!" Rio bangkit dan mengusap bibirnya.Haris tak m

  • Bahagia Usai Berpisah   Keterpurukan

    "Kayla bukan anak kandungmu. Bagaimana bisa Amara hamil jika kamu mandul?"Ucapan Dokter Diana masih terngiang-ngiang di telinga Rio. Ia masih belum bisa menerima kenyataan pahit itu. Sepanjang perjalanan pulang dari Dokter Diana, ia menangis. Merasa sudah dibodohi."Hahaha ... aku mandul ... aku mandul!! Hahahaa." Rio meracau sambil memukul kemudi di depannya."Kayla ... Siapa ayahmu, Kayla??!!!" teriaknya. Air matanya luruh seketika.Ia kini bagaikan orang yang kehilangan kewarasannya. Gila. Kadang tertawa, kadang juga menangis.Ia membelokkan kemudi mobilnya ke pelantaran rumah. Ia mengatur napas, menarik, dan mengembuskannya. Ia mematut dirinya di cermin. Mengusap seluruh air mata dan segera bergegas turun.Silvi yang berada di halaman rumah tersenyum menyapa Rio. Namun, Rio malah abai, hingga membuatnya m

  • Bahagia Usai Berpisah   Kehamilan Zulfa

    Fikri mengernyit heran saat melihat Zulfa masih terbaring di tempat tidur. Tidak biasanya Zulfa bangun telat, bahkan sampai Fikri selesai sholat. Didekatinya istri tercintanya itu, kemudian menepuk-nepuk kedua pipinya."Egghh ...." Zulfa mengerang. Lalu, mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Kepalanya semakin terasa pening. Entah, mengapa rasanya perutnya mual."Kamu kenapa, Sayang?" tanya Fikri dengan begitu lembut."Jam berapa ini?" Zulfa membalas dengan memberi tanya."Sudah hampir jam enam. Kamu sakit? Tumben sampai siang begini?" Fikri merasa khawatir.Zulfa berusaha bangkit. Ia melihat sekelilingnya seperti berputar. "Kepalaku pusing, Mas," lirinya sambil memegangi kepala.Fikri menempelkan tangannya di kening dan pipi Zulfa. Normal. Tidak ada tanda-tanda demam."Kamu mungkin k

  • Bahagia Usai Berpisah   Hasil Tes Rio

    Sesuai kesepakatan dengan Dokter Diana. Rio kini sudah berada di rumah sakit Melati. Ia sudah mengambil nomor antrian dan mengisi data diri. Sepanjang menunggu namanya dipanggil, tak henti-hentinya ia komat-kamit, merapal doa agar hasilnya sesuai dengan keinginannya.Tak berselang lama, namanya dipanggil. Rio segera bangkit dan menemui Dokter Diana. Wanita berjas putih itu menatap Rio, sesekali, melihat berkas-berkas di mejanya."Cepat sekali kau datang," celetuknya."Sudahlah, jangan basa-basi. Cepat segera periksa aku," sahut Rio.Dokter Diana mengangguk. Ia menjelaskan beberapa tahap pemeriksaan kepada Rio. Rio mendengarkan setiap kalimat Dokter Diana, meski ia tidak mengerti maksudnya."Jadi gini, langkah pertama untuk pemeriksaan adalah analisis sperma, gunanya untuk mengetahui jumlah dan kualitas sperma serta bentuk dan pergerakan s

  • Bahagia Usai Berpisah   Awal Terkuak

    "Mas, aku mau jualan lagi, ya?" Zulfa membuka obrolan pagi saat mereka sedang berdua di meja makan. Menikmati sarapan dengan sayur dan telur dadar, serta ditemani oleh dua cangkir kopi dengan asap yang masih mengepul."Jualan masakan?" sahut Fikri sambil mengernyitkan dahi.Zulfa mengangguk. Ia bosan melakukan aktivitas di rumah yang cuma itu-itu saja. Apalagi ia merasa kesepian, karena di rumah sebesar itu, hanya dia dan Fikri saja yang tinggal. Jika Fikri pergi bekerja, maka Zulfa hanya sendirian."Kenapa?" Fikri menghampiri sang istri. Menyeret kursi dan duduk di sebelahnya. Dibelainya kepala Zulfa dengan penuh kasih."Aku ... bosan," cicit Zulfa. Fikri mengangguk. Ia pun paham bahwa istri tercintanya itu sering kesepian."Jangan jualan. Nanti kita ke rumah Ibu. Ngajak Ibu tinggal di sini biar kamu a

  • Bahagia Usai Berpisah   Amara dan Haris

    Amara kembali diajak ke rumah Haris. Kini, ia hanya berdua dengan pria itu. Selama dalam perjalanan, Haris tak henti-hentinya melirik Amara lewat kaca spion."Kenapa Kayla tadi tidak diajak juga?" tanyanya."Ya biar aku cepet pulang. Kalau ada Kayla, aku pasti akan terlambat pulang gara-gara kamu melarangnya. Katanya masih kangen Kayla-lah, masih pengen gendonglah, ciumlah," cerocos Amara.Haris terkekeh menanggapi ocehan Amara. "Wajar dong. Kan aku ayahnya. Tentu saja aku pengen berlama-lama sama anakku," tukasnya. Amara hanya mencebik."Hem ... aku tahu, aku tahu. Pasti kamu hanya ingin berduaan denganku, kan?" tuduhnya.Amara sontak mendelik. "Jangan ngarang!" ketusnya.Mobil yang ditumpangi Haris berbelok ke pelantaran rumahnya. Ia turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Amara. Amara merasa seperti s

  • Bahagia Usai Berpisah   Rio dan Silvia (21+)

    Minggu ini, Rio mengambil cuti. Ia berencana mengajak Silvi keluar. Hanya saja bingung memikirkan caranya. Bagaimana cara membawa Silvi keluar tanpa membuat Bu Imas dan Amara curiga.Amara tengah menimang-nimang Kayla. Beberapa minggu ini, ia terlihat lebih sering tersenyum. Rio yang melihatnya merasa heran."Kamu kelihatan berbeda," kata Rio.Amara menoleh sekilas, lantas kembali fokus pada Kayla. Bayi itu sudah bisa menyangga leher, berat badannya pun sudah bertambah banyak. Menggendongnya sebentar saja, pundak akan terasa pegal."Kamu mau gendong Kayla gak?" Amara mencoba memancing Rio."Enggak. Badanku pegel-pegel. Mana sekarang Kayla gemuk sekali," tolak RioAmara hanya tersenyum kecut. Apa memang Rio tak ada rasa sayang pada Kayla? Atau apa Rio merasa bahwa Kayla bukan darah dagingnya?

  • Bahagia Usai Berpisah   Kehidupan Baru

    Fikri meminta izin pada Bu Umi untuk membawa Zulfa tinggal di rumahnya. Ia berniat untuk hidup bersama dengan keluarga barunya. Sudah tiga puluh enam hari Fikri dan Zulfa tinggal bersama Bu Umi.Bu Umi pernah berkata bahwa mereka boleh pergi setelah selapan(masa pengantin setelah 36 hari). Dengan begitu, beliau bisa lebih tenang, karena anak dan menantunya sudah diselamati dan didoakan(Kejawen)."Bu, saya izin mau memboyong Zulfa ikut bersama saya," kata Fikri pada Bu Umi di ruang tamu.Fajar baru saja terbit, desiran angin pun masih menjadi pertanda bahwa hari masih terlalu pagi. Bu Umi sebenarnya masih ingin ditemani. Namun, apalah daya, Fikri lebih berhak atas putrinya sekarang."Bu, kalau Ibu tidak ingin kami pergi ... kami bisa tinggal di sini," timpal Zulfa. Sebagai anak, tentunya ia tak tega meninggalkan sang Ibu hidup seorang diri.

DMCA.com Protection Status