"Mah, dimana Fitri apa dia masih di kamarnya?" Arjuna yang baru pulang berteriak memanggil Hana dan menanyakan putrinya.
"Iya kan Kamu sendiri yang mengunci dia di kamarnya gimana bisa dia keluar?" ujar Hana sembari meneruskan aktivitasnya menata menu makan malam.Tanpa menghiraukan jawaban sang istri, Arjuna pergi begitu saja menaiki tangga menuju lantai atas tempat dimana kamar putrinya berada.Cklekk..Arjuna membuka pintu kamar Fitri, ia tersenyum senang mmelihat Fitri yang sedang fokus belajar."Nah begini dong sayang, belajar yang rajin jangan membuat papah marah terus!" Arjuna mengelus rambut panjang putrinya dengan lembut."Iya Pah, apa sekarang aku sudah boleh keluar?" Fitri bertanya penuh kehati-hatian, untung saja setelah bangun dari tidurnya ia menyadari kepulangan sang Papah hingga cepat-cepat beranjak menuju meja belajarnya. "Kamu selesaikan dulu belajarnya tunggu sepuluh menit lagi baru boleh keluar!""Hufhh, iya Pah." Fitri terpaksa memenuruti aturan Papahnya yang menurutnya sangat konyol.Sepuluh menit berlalu sejak papahnya keluar, Fitri selalu melihat menit yang terus berganti pada benda yang melingkar di pergelangan tangannya."Udah sepuluh menit nih berarti aku udah bisa keluar, semoga aja Papah nggak marah lagi." Fitri membereskan buku-bukunya sebelum keluar menemui papah dan mamahnya."Sayang, sini Nak kita makan bareng!" Hana menarik kursi yang ada di sebelahnya."Mamah masak apa Mah?" Fitri menyapa mamahnya."Mamah masak makanan kesukaan kamu sayang," jawabnya sambil menunjuk sambal ijo ayam goreng favorit Fitri.Hana mengambilkan nasi serta lauk untuk putrinya, sedangkan suaminya sudah lebih dulu makan dengan begitu lahap.Setelah makan mereka bertiga berkumpul di ruang tamu, seperti kebiasaan keluarga pada umumnya."Fitri! Ingat, Papah tidak mengizinkan kamu terlalu dekat dengan laki-laki apalagi kalau sampai berpacaran sebelum kamu selesai sekolah. Jangan Sekali-kali kamu melanggar aturan ini!" Arjuna berbicara dengan tegas mmembuat Fitri menunduk takut."Kamu dengar tidak Papah ngomong apa?" Arjuna kembali bersuara membuat Fitri sedikit kaget mendengar suara bariton Arjuna. "I-iya Pah Fitri dengar kok," Fitri tidak berani menatap sang Papah, karena dia sadar sudah terlebih dahulu melanggar sebelum papahnya memberi peringatan."Jangan hanya di dengarkan saja, papah tidak mau kamu sampai membuat papah dan mamah kecewa!" Arjuna menatap tajam putrinya.Topik demi topik mereka bahas, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam itu artinya Fitri harus masuk lagi ke kamarnya untuk belajar."Pah! Mah! Aku ke kamar dulu yah mau belajar." Fitri beranjak dari duduknya sebelum Papahnya memerintah."Kalau sudah belajarnya langsung tidur ya sayang!" ujar Hana sedikit berteriak karena putrinya sudah menjauh.Setelah Fitri berlalu, kedua orang tua itu melanjutkan obrolannya yang sempat tertunda."MMah aku senang kalau Keysa belajar terus. Semoga saja aku tidak gagal mendidik putri kita," Arjuna bergumam pelan namun masih terdengar oleh istrinya."Iya Mas, aku juga senang tapi kalau mamah boleh kasih saran jangan terlalu di kekang kurang baik untuk mentalnya Mas." Hana berbicara lembut agar suaminya tidak marah."Ini memang sudah aturannya Mah, jangan khawatir dia pasti akan sukses seperti kakaknya jika menaati peraturan yang aku buat." Arjuna berkata dengan percaya diri."Tidur yuk Mas aku sudah ngantuk nih!" ajak Hana berniat menyudahi obrolan mereka karna pasti ujung-ujungnya akan berdebat jika diladenin.Arjuna menyetujui ajakan sang istri karena memang dirinya begitu lelah malam ini. Keduanya lalu pergi ke kamar untuk beristirahat.Sementara di kamarnya Fitri sedang melakukan video call dengan sang kekasih."Sayang jangan dimatiin terus! aku masih kangen tau sama kamu," ungkap Fitri bersikap manja."Aku udah ngantuk Fit, udahan dulu yah aku pengen tidur." Revan menunjukkan muka kesal karena Fitri enggan mematikan telponnya."Bentar lagi yah baru juga nelpon udah mau di tinggal lagi gimana sih?" Fitri kembali merajuk, jika sudah seperti ini tentu saja Revan akan menurutinya meskipun dengan hati yang dongkol.Dua jam sudah berlalu namun panggilan video itu masih juga tersambung. Sepertinya Fitri tidak berniat mengakhirinya, sementara Revan yang sudah sangat mengantuk memilih untuk segera tidur tanpa menghiraukan rengekan Fitri."Sayang, kamu jangan tidur dulu dong aku belum selesai ceritanya." rengek Fitri.Suara Fitri yang terus menerus memanggilnya membuat Revan tidak jadi memejamkan mata, terlihat ia mengambil kasar ponselnya yang sejak tadi ia sandarkan di atas meja kecil di samping ranjangnya."Apa lagi sih Fit? Kamu ini ya kayak udah nggak ada waktu lagi aja. Ini tuh udah malam aku mau tidur terserah kamu mau merajuk atau mau apa aku nggak peduli." Revan membentak Fitri sebelum memutus panggilan.Fitri yang melihat wajah kekasihnya menghilang dari layar ponselnya hanya bisa tersenyum miris, air matanya jatuh satu persatu, hatinya sangat sakit saat orang yang di sayangnya tiba-tiba berkata kasar padanya.Fitri tidak mengerti dengan prasaannya sendiri, entah mengapa ia masih bertahan menjalani hubungan dengan Revan yang menurutnya sudah sangat berubah satu tahun belakangan ini. sempat berfikir untuk membuang prasaannya dan memilih menyerah, namun ajaibnya disaat itu juga Revan muncul dengan segala perlakuan manisnya yang langsung bisa membuat hati Fitri luluh kembali."Kenapa sikap kamu seperti ini? Apa karena kamu tahu aku sudah sangat mencintaimu hingga bisa sesuka hatimu memperlakukan aku." Fitri menangis terisak mengingat betapa dulu kekasihnya itu sangat memperjuangkan dirinya, ia yang sempat menolak cinta Revan akhirnya luluh melihat segala usaha yang dilakukan Revan untuk mendapatkan dirinya."Aku nggak akan memaafkan kamu kalau seandainya kamu bersikap seperti ini karena adanya orang ketiga diantara kita." Fitri terus meracau meluapkan emosinya.Fitri tidak bisa berhenti memikirkan kekasihnya, berbagai prasangka kembali hadir melengkapi kesedihannya malam ini.Sudah berulang kali Fitri berusaha memejamkan matanya namun tak juga bisa, dirinya semakin takut kehilangan.Fitri sangat gelisah, ia kembali menekan tombol panggil pada nomor kekasihnya namun sayang nomor itu sudah tidak aktif lagi.Fitri ingin bodoamat saja tapi lagi-lagi hati dan pikirannya tidak singkron. Hampir di setiap malam Fitri tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan hubungannya dengan Revan.Bukan sekali dua kali Fitri menangis di buatnya bahkan matanya selalu sembab saat pagi tiba membuat sang Mamah sering kali bertanya-tanya. Saat sudah lewat tengah malam barulah Fitri bisa memejamkan matanya.Saat jam istrahat tiba, Fitri kembali menghubungi nomor kekasihnya namun belum juga aktif sejak pertengkaran kecil yang terjadi malam tadi."Sayang, kamu dimana sih?" batin Fitri bertanya-tanya, hatinya kembali risau. Di pikirannya saat ini terbayang sang kekasihnya sedang bersama orang lain, hatinya tidak siap jika memang itu menjadi kenyataan."Astagfirullah, semoga saja itu hanya pikiranku. Tolong jaga dia ya Allah aku nggak mau kehilangan lagi." Fitri berusaha menetralkan perasaannya yang semakin tidak kendali."Fit, lo ngapain sih diem disini pakek ngelamun lagi?" Layla menghampiri sahabatnya yang sedang duduk di bawah salah satu pohon yang ada di sekolahan, seperti itulah kkebiasaan Fitri jika sedang galau maka ia akan menyendiri untuk menenangkan pikirannya."Nggak ngapa-ngapain kok lagi pengen sendiri aja," jawab Fitri singkat sambil terus menimang ponselnya berharap ada notif pesan dari sang kekasih."Kenapa? Berantem lagi, gue bilang juga apa tuh cowok nggak bisa bahagiain l
"Non, mau makan apa biar saya buatkan?" sapa artnya (Mirna) yang melihat anak majikannya sedang duduk di ruang makan."Nggak usah Bi, nanti saja aku sedang tidak lapar." Fitri menjawab sambil sesekali meneguk minuman dingin yang baru saja diambilnya dari dalam kulkas."Bibi kupaskan buah yah Non," tawar Mirna. Ia memang begitu pengertian pada Fitri dan keluarganya. Mirna sudah sangat lama mengabdikan diri pada keluarga Arjuna, ia sudah menganggap majikannya itu sebagai keluarganya sendiri terlebih jasa-jasa Arjuna dan Hana yang sudah banyak dalam membantu biaya pendidikan ketiga anaknya."Boleh Bi, tolong kupasin buah mangga sama buah kedondongnya yah kalau ada buah yang lain tolong campurkan juga soalnya aku mau bikin rujak Bi." Fitri meneguk habis minumannya."Iya Non sekalian saya buatkan sambalnya juga yah, tapi ngomong-ngomong non kan belum makan nanti sakit perut kalau makan rujak sebelum makan nasi Non," ucap Mirna memperingatkan Fitri."Tenang aja Bi, aku tadi sudah makan kok
Hana yang berhasil mendapatkan kunci gudang pagi itu langsung saja membukanya, ia segera membangunkan Fitri yang ternyata badannya sangat panas karena demam."Mah..! Panggil Fitri lirih hampir tak terdengar."Bangun sayang, ayok Mamah bantu ke kamar!" Hana mengecup kening putrinya dan membantunya untuk berdiri."Kepalaku pusing Ma, badanku juga lemas banget." Fitri mengadu sembari mengingat-ingat apa yang terjadi malam tadi."Kamu istrahat dulu nanti mamah buatkan sarapan, hari ini kamu libur dulu sekolahnya!"Usai mengantarkan putrinya ke kamar, Hana segera kembali ke dapur untuk membuatkan putrinya teh hangat dan membawakan nya sarapan.Tidak lama sejak Hana keluar, kini gantian Arjuna yang masuk untuk melihat putrinya yang tadi sempat dia periksa di gudang."Fitri, Fitri!" panggilnya mmembuat Fitri perlahan membuka mata, ia masih takut papahnya akan kembali marah."Cepat bangun dan berganti seragam sekolahmu! Kamu tidak lihat ini sudah jam berapa?" ucap Arjuna sambil menyibak selim
"Sayang, kamu udah baikan?" sapa Hana langsung menanyai putrinya yang baru saja pulang sekolah. "Udah mendingan kok Mah?" jawab Fitri menghampiri Hana yang sedang bersantai di ruang tamu."Kata Mamah kan tadi nggak usah sekolah, tadi siapa yang mengantar kamu pulang apa Papahmu sudah pulang?" Hana mencecar putrinya tanpa henti."Layla Mah, tadi di sekolah Fitri sempat pingsan juga tapi sekarang udah baikan." Fitri mengadu pada mamahnya."Fit Mamah mau nanya, apa benar kamu berpacaran Nak?" Hana berbalik dan menatap Fitri dengan mimik wajah serius."M-M-Mah A-a aku nggak pacaran kok Mah," jawab hendak mengelak."Mamah kenal kamu sayang, Mamah tahu saat kamu jujur dan Mamah juga tahu di saat kamu sedang berbohong. Kamu mau kan bersikap jujur dan terbuka sama Mamah?" Hana mengusap kepala Fitri sambil berbicara lemah lembut.Fitri hanya diam, pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana jika ia jujur dan mamah nya tahu dia berpacaran pasti akan sangat sedih. Sungguh, ia sangat bimbang untu
"Ngomong ngomong usia Revan itu berapa Nak?" Hana tak hentinya menanyakan tentang Revan."Mamah jangan marah tapi yah kalau Key kasih tau, janji jangan marah karna usia kami berdua sangat jauh!" Fitri menunjukkan jari kelingkingnya agar sang Mamah mau berjanji."Fit, kamu jangan aneh-aneh yah! Mamah akan menolaknya kalau dia seorang lelaki tua atau suami orang," ceplos Hana spontan membuat Fitri memanyunkan wajahnya."Mah, makanya Mamah janji dulu baru Key kasih tau usianya berapa!" Fitri merengek melihat reaksi Hana yang menjengkelkan. "Iya Mamah janji, ayo cepat bilang berapa usianya?" pungkas Hana tidak sabar."Usia kami terpaut enam tahun Mah," jawab Fitri lirih takut sang Mamah akan menolaknya."Astagfirullah Fitri, tinggal bilang gitu aja lama banget Mamah kira kamu pacaran sama aki-aki. Mana pakai janji segala lagi buat jantungan aja," omel sang Mamah tetapi pada akhirnya ia tertawa juga membuat Fitri merasa lega."Mamah aku boleh kan pacaran sama Mas Revan, dia tampan loh Mah
"Papah besok ada acara, kamu ikut yah sekalian kenalan sama teman papah disana." Arjuna duduk di samping ranjang putrinya yang tengah berbaring."Kenapa aku harus ikut Pah?" tanya Keysa dengan nada yang terkesan jutek. "Yah dari pada kamu nggak ada pekerjaan di rumah kan sekalian jalan jalan nanti," ajak Arjuna seolah tak pernah terjadi apapun. Padahal ia baru tadi malam memarahi putrinya tersebut. "Nggak Pah, aku mau di rumah aja sama Bibi." Fitri berharap Papahnya mengizinkan."Apa alasannya? Apa akan ada orang yang datang ke rumah ini saat Papah dan Mamah sedang pergi," ucap Arjuna yang menebak-nebak membuat Fitri menggeleng cepat."Ng-Nggak kok Pah, lagian siapa juga yang mau datang nggak ada."Fitri memalingkan wajahnya."Kalau begitu kamu bersiap besok pagi! Kita akan berangkat jam delapan." Arjuna keluar tanpa menghiraukan penolakan dari putrinya, begitulah seorang Arjuna yang semua kehendaknya harus dituruti."Papah kapan sih aku bisa bebas? Kenapa nggak ada waktu untuk menik
"Apa lagi Fitri, aku sibuk kamu bisa ngertiin aku nggak untuk kali ini aja," bentak seseorang di seberang telpon."Aku cuma pengen tahu kabar kamu apa itu salah? Lagian, pagi tadi aku udah chat kamu banyak banget tapi nggak kamu balas satupun.""Kamu tahu kan Fit... " ucapan Revan terputus."Kerjaan kamu nggak dua puluh empat jam megang hp terus. Iya aku tahu itu, bahkan aku udah hapal tanpa perlu kamu kasih tahu." Zahra memotong ucapan kekasihnya.Zahra Safitri, seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Fitri mempunyai keinginan sederhana, ia ingin hidup tanpa tekanan dan memiliki seorang kekasih yang menyayanginya. Keysa ingin kisah cintanya bisa seperti cerita di dalam novel yang selalu bahagia dan saling memahami."Udah ya Fit, jangan kekanakan begini. Aku harus kerja itu juga tujuannya buat masa depan kita bukan buat orang lain.""Aku nggak kekanakan, aku cuma ..."Tutt.. tuut..Belum sempat Zahra menyelesaikan ucapannya tetapi panggilan sudah di akhiri sepihak oleh sang kekasih.
"Papah besok ada acara, kamu ikut yah sekalian kenalan sama teman papah disana." Arjuna duduk di samping ranjang putrinya yang tengah berbaring."Kenapa aku harus ikut Pah?" tanya Keysa dengan nada yang terkesan jutek. "Yah dari pada kamu nggak ada pekerjaan di rumah kan sekalian jalan jalan nanti," ajak Arjuna seolah tak pernah terjadi apapun. Padahal ia baru tadi malam memarahi putrinya tersebut. "Nggak Pah, aku mau di rumah aja sama Bibi." Fitri berharap Papahnya mengizinkan."Apa alasannya? Apa akan ada orang yang datang ke rumah ini saat Papah dan Mamah sedang pergi," ucap Arjuna yang menebak-nebak membuat Fitri menggeleng cepat."Ng-Nggak kok Pah, lagian siapa juga yang mau datang nggak ada."Fitri memalingkan wajahnya."Kalau begitu kamu bersiap besok pagi! Kita akan berangkat jam delapan." Arjuna keluar tanpa menghiraukan penolakan dari putrinya, begitulah seorang Arjuna yang semua kehendaknya harus dituruti."Papah kapan sih aku bisa bebas? Kenapa nggak ada waktu untuk menik
"Ngomong ngomong usia Revan itu berapa Nak?" Hana tak hentinya menanyakan tentang Revan."Mamah jangan marah tapi yah kalau Key kasih tau, janji jangan marah karna usia kami berdua sangat jauh!" Fitri menunjukkan jari kelingkingnya agar sang Mamah mau berjanji."Fit, kamu jangan aneh-aneh yah! Mamah akan menolaknya kalau dia seorang lelaki tua atau suami orang," ceplos Hana spontan membuat Fitri memanyunkan wajahnya."Mah, makanya Mamah janji dulu baru Key kasih tau usianya berapa!" Fitri merengek melihat reaksi Hana yang menjengkelkan. "Iya Mamah janji, ayo cepat bilang berapa usianya?" pungkas Hana tidak sabar."Usia kami terpaut enam tahun Mah," jawab Fitri lirih takut sang Mamah akan menolaknya."Astagfirullah Fitri, tinggal bilang gitu aja lama banget Mamah kira kamu pacaran sama aki-aki. Mana pakai janji segala lagi buat jantungan aja," omel sang Mamah tetapi pada akhirnya ia tertawa juga membuat Fitri merasa lega."Mamah aku boleh kan pacaran sama Mas Revan, dia tampan loh Mah
"Sayang, kamu udah baikan?" sapa Hana langsung menanyai putrinya yang baru saja pulang sekolah. "Udah mendingan kok Mah?" jawab Fitri menghampiri Hana yang sedang bersantai di ruang tamu."Kata Mamah kan tadi nggak usah sekolah, tadi siapa yang mengantar kamu pulang apa Papahmu sudah pulang?" Hana mencecar putrinya tanpa henti."Layla Mah, tadi di sekolah Fitri sempat pingsan juga tapi sekarang udah baikan." Fitri mengadu pada mamahnya."Fit Mamah mau nanya, apa benar kamu berpacaran Nak?" Hana berbalik dan menatap Fitri dengan mimik wajah serius."M-M-Mah A-a aku nggak pacaran kok Mah," jawab hendak mengelak."Mamah kenal kamu sayang, Mamah tahu saat kamu jujur dan Mamah juga tahu di saat kamu sedang berbohong. Kamu mau kan bersikap jujur dan terbuka sama Mamah?" Hana mengusap kepala Fitri sambil berbicara lemah lembut.Fitri hanya diam, pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana jika ia jujur dan mamah nya tahu dia berpacaran pasti akan sangat sedih. Sungguh, ia sangat bimbang untu
Hana yang berhasil mendapatkan kunci gudang pagi itu langsung saja membukanya, ia segera membangunkan Fitri yang ternyata badannya sangat panas karena demam."Mah..! Panggil Fitri lirih hampir tak terdengar."Bangun sayang, ayok Mamah bantu ke kamar!" Hana mengecup kening putrinya dan membantunya untuk berdiri."Kepalaku pusing Ma, badanku juga lemas banget." Fitri mengadu sembari mengingat-ingat apa yang terjadi malam tadi."Kamu istrahat dulu nanti mamah buatkan sarapan, hari ini kamu libur dulu sekolahnya!"Usai mengantarkan putrinya ke kamar, Hana segera kembali ke dapur untuk membuatkan putrinya teh hangat dan membawakan nya sarapan.Tidak lama sejak Hana keluar, kini gantian Arjuna yang masuk untuk melihat putrinya yang tadi sempat dia periksa di gudang."Fitri, Fitri!" panggilnya mmembuat Fitri perlahan membuka mata, ia masih takut papahnya akan kembali marah."Cepat bangun dan berganti seragam sekolahmu! Kamu tidak lihat ini sudah jam berapa?" ucap Arjuna sambil menyibak selim
"Non, mau makan apa biar saya buatkan?" sapa artnya (Mirna) yang melihat anak majikannya sedang duduk di ruang makan."Nggak usah Bi, nanti saja aku sedang tidak lapar." Fitri menjawab sambil sesekali meneguk minuman dingin yang baru saja diambilnya dari dalam kulkas."Bibi kupaskan buah yah Non," tawar Mirna. Ia memang begitu pengertian pada Fitri dan keluarganya. Mirna sudah sangat lama mengabdikan diri pada keluarga Arjuna, ia sudah menganggap majikannya itu sebagai keluarganya sendiri terlebih jasa-jasa Arjuna dan Hana yang sudah banyak dalam membantu biaya pendidikan ketiga anaknya."Boleh Bi, tolong kupasin buah mangga sama buah kedondongnya yah kalau ada buah yang lain tolong campurkan juga soalnya aku mau bikin rujak Bi." Fitri meneguk habis minumannya."Iya Non sekalian saya buatkan sambalnya juga yah, tapi ngomong-ngomong non kan belum makan nanti sakit perut kalau makan rujak sebelum makan nasi Non," ucap Mirna memperingatkan Fitri."Tenang aja Bi, aku tadi sudah makan kok
Saat jam istrahat tiba, Fitri kembali menghubungi nomor kekasihnya namun belum juga aktif sejak pertengkaran kecil yang terjadi malam tadi."Sayang, kamu dimana sih?" batin Fitri bertanya-tanya, hatinya kembali risau. Di pikirannya saat ini terbayang sang kekasihnya sedang bersama orang lain, hatinya tidak siap jika memang itu menjadi kenyataan."Astagfirullah, semoga saja itu hanya pikiranku. Tolong jaga dia ya Allah aku nggak mau kehilangan lagi." Fitri berusaha menetralkan perasaannya yang semakin tidak kendali."Fit, lo ngapain sih diem disini pakek ngelamun lagi?" Layla menghampiri sahabatnya yang sedang duduk di bawah salah satu pohon yang ada di sekolahan, seperti itulah kkebiasaan Fitri jika sedang galau maka ia akan menyendiri untuk menenangkan pikirannya."Nggak ngapa-ngapain kok lagi pengen sendiri aja," jawab Fitri singkat sambil terus menimang ponselnya berharap ada notif pesan dari sang kekasih."Kenapa? Berantem lagi, gue bilang juga apa tuh cowok nggak bisa bahagiain l
"Mah, dimana Fitri apa dia masih di kamarnya?" Arjuna yang baru pulang berteriak memanggil Hana dan menanyakan putrinya. "Iya kan Kamu sendiri yang mengunci dia di kamarnya gimana bisa dia keluar?" ujar Hana sembari meneruskan aktivitasnya menata menu makan malam.Tanpa menghiraukan jawaban sang istri, Arjuna pergi begitu saja menaiki tangga menuju lantai atas tempat dimana kamar putrinya berada.Cklekk..Arjuna membuka pintu kamar Fitri, ia tersenyum senang mmelihat Fitri yang sedang fokus belajar."Nah begini dong sayang, belajar yang rajin jangan membuat papah marah terus!" Arjuna mengelus rambut panjang putrinya dengan lembut."Iya Pah, apa sekarang aku sudah boleh keluar?" Fitri bertanya penuh kehati-hatian, untung saja setelah bangun dari tidurnya ia menyadari kepulangan sang Papah hingga cepat-cepat beranjak menuju meja belajarnya. "Kamu selesaikan dulu belajarnya tunggu sepuluh menit lagi baru boleh keluar!""Hufhh, iya Pah." Fitri terpaksa memenuruti aturan Papahnya yang me
"Apa lagi Fitri, aku sibuk kamu bisa ngertiin aku nggak untuk kali ini aja," bentak seseorang di seberang telpon."Aku cuma pengen tahu kabar kamu apa itu salah? Lagian, pagi tadi aku udah chat kamu banyak banget tapi nggak kamu balas satupun.""Kamu tahu kan Fit... " ucapan Revan terputus."Kerjaan kamu nggak dua puluh empat jam megang hp terus. Iya aku tahu itu, bahkan aku udah hapal tanpa perlu kamu kasih tahu." Zahra memotong ucapan kekasihnya.Zahra Safitri, seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Fitri mempunyai keinginan sederhana, ia ingin hidup tanpa tekanan dan memiliki seorang kekasih yang menyayanginya. Keysa ingin kisah cintanya bisa seperti cerita di dalam novel yang selalu bahagia dan saling memahami."Udah ya Fit, jangan kekanakan begini. Aku harus kerja itu juga tujuannya buat masa depan kita bukan buat orang lain.""Aku nggak kekanakan, aku cuma ..."Tutt.. tuut..Belum sempat Zahra menyelesaikan ucapannya tetapi panggilan sudah di akhiri sepihak oleh sang kekasih.