Isabella Swan atau yang biasa dipanggil Bella, mengintip dari balik pintu kamar tidurnya. Gadis berusia 17 tahun itu, mendengar pertengkaran kedua orang tuanya dan itu mengusik perhatiannya.
Lain halnya dengan Crystabella Swan yang biasa dipanggil Crystal, sang kakak sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran kedua orang tuanya itu. Crystal menggunakan headset untuk kembali fokus pada permainan ponselnya.
Kedua orang tuanya sering bertengkar, bahkan terkadang beberapa pukulan mendarat di tubuh ibu. Bella sangat mengkhawatirkan ibu, yang sudah begitu lelah seharian bekerja dan masih harus menghadapi ayah yang selalu pulang dalam keadaan mabuk.
Semenjak ayah dipecat dari pekerjaannya 3 tahun yang lalu, beliau menjadi frustasi dan sangat mudah tersinggung. Setiap ibu mengucapkan sesuatu, maka ayah akan langsung mengamuk. Ayah bukannya berusaha mencari pekerjaan lain, tetapi malah menghabiskan waktu dengan minum minuman beralkohol.
PRANGGG!
Suara piring pecah nyaring terdengar. Spontan Bella langsung menutup rapat pintu kamar dan menguncinya.
Bella kembali duduk di meja belajarnya dan melanjutkan belajar. Besok, dirinya akan menghadapi ujian akhir semester.
Crystal sendiri sudah duduk di bangku kuliah. Walau keluarga mereka kesulitan dalam hal keuangan, tetapi ibu tetap ingin anak-anaknya dapat bersekolah dan kuliah, agar memiliki masa depan yang cerah.
Namun, mungkin Bella tidak akan memiliki kesempatan mengeyam pendidikan di bangku kuliah. Crystal bercita-cita menjadi seorang artis dan mengambil kuliah jurusan seni, serta kelas modeling. Itu artinya Crystal juga menggunakan biaya kuliah miliknya, yang telah dipersiapkan oleh ibu.
Awalnya ibu menolak permintaan Crystal untuk kuliah jurusan seni dan mengambil kelas modeling, karena biaya yang sangat mahal. Namun, karena hal itu, ibu dan kakak bertengkar hebat untuk pertama kalinya. Tidak ingin kedua orang yang begitu dicintainya bertengkar, Bella membuka suara dan mengijinkan kakak menggunakan uang kuliah miliknya. Tentu ibu keberatan, tetapi Bella meyakinkan bahwa dirinya akan bekerja di tahun pertama setelah lulus dan kuliah di tahun kedua setelah memiliki tabungan.
Bella, murid berprestasi dan selalu memperoleh beasiswa. Ibu tidak pernah mengkhawatirkan dirinya, tetapi kakak adalah kebalikan darinya yang selalu membuat ibu cemas.
Sambil belajar, Bella memasang telinga berusaha mendengar apakah ayah masih berada di dapur. Keadaan sepi, itu artinya ayah sudah masuk ke dalam kamar dan ibu sedang membersihkan kekacauan yang dibuat ayah.
Bella menutup buku dan berjalan keluar dari kamar tidur.
"Bu! Ibu istirahatlah, biarkan aku yang membersihkan semua ini!" ujar Bella saat berdiri di hadapan ibu.
"Tidak! Tidak apa-apa! Kamu tidurlah, bukankah besok kamu akan menghadapi ujian akhir?" tanya ibu penuh perhatian.
"Aku sudah mempelajari semuanya! Ibu pergilah beristirahat! Ayah pasti sudah tertidur," ujar Bella sambil mendorong tubuh ibu menuju kamar.
"Baiklah! Terima kasih, Bella!" ujar ibu tulus.
Bella tersenyum indah dan menganggukkan kepala. Setelah memastikan ibu masuk ke dalam kamar, Bella baru mulai mengumpul pecahan piring kaca yang berserakan di lantai bersama makanan yang mereka sisakan untuk ayah. Sungguh mubazir, tidakkah ayah tahu beras dan sayuran di kulkas sudah hampir habis. Ayah dengan seenaknya membuang semua makanan ini. Mereka makan sangat sedikit agar semua dapat makan, tetapi kelakuan ayah membuat Bella merasa sedih.
Setelah lantai bersih dari pecahan piring, Bella membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa sayuran. Bella mencuci dan memotong semuanya, agar besok ibu tinggal memasaknya. Ibu akan bangun saat langit masih gelap untuk membersihkan rumah, mencuci pakaian dan memasak. Setelah itu, ibu akan berangkat ke pabrik pengalengan ikan dan bekerja di sana sebagai buruh harian. Malamnya, ibu akan membantu di kedai makan dekat rumah mencuci piring dan mendapatkan upah harian.
Hanya dengan menatap, Bella tahu ibu sangat lelah, tetapi beliau tidak pernah mengeluh. Itu yang membuat Bella harus berinisiatif membantu meringankan beban ibu.
Butuh waktu hampir 1 jam untuk menyelesaikan semua itu dan Bella kembali ke kamar setelah selesai. Crystal masih berkutat dengan ponsel di ranjangnya. Bella naik ke ranjang miliknya dan merebahkan badan, tidak lama dirinya pun tertidur.
Keesokan harinya, semua pergi meninggalkan rumah untuk menjalankan rutinitas masing-masing, kecuali ayah yang masih tertidur.
Di sekolah, Bella adalah murid teladan dan pendiam. Namun, diam-diam Bella menjalin kasih dengan Nicholas Hall, sahabat masa kecilnya. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, tepatnya rumah mereka hanya dibatasi oleh satu gang kecil. Mereka tumbuh besar bersama dan hubungan mereka sudah berjalan selama 3 tahun. Nicholas berada di kelas B dengan tingkatan yang sama dengannya yaitu tingkat akhir.
Tahun ini, mereka akan lulus dan Nicholas akan mengambil kuliah jurusan hukum. Kekasihnya itu bercita-cita menjadi seorang pengacara ternama.
Perekonomian keluarga Hall tidak jauh berbeda dengan keluarga Swan, keluarganya. Namun, Nicholas adalah anak tunggal dengan ayah dan ibu yang bekerja. Jadi, dapat dikatakan kehidupan Nicholas lebih beruntung dibandingkan dirinya.
Tidak terasa hasil akhir pembelajaran dibagikan dan seperti biasa, Bella tetap berada di peringkat teratas.
"Bella, ikut Ibu ke ruang guru!" ujar wali kelas saat pelajaran selesai.
Bella merapikan buku dan memasukkan ke dalam tas ranselnya. Lalu, mengikuti wali kelas menuju ruang guru.
Wali kelas duduk di meja kerjanya dan meminta Bella duduk di hadapannya.
"Nilaimu sempurna! Ibu sangat bangga memiliki murid cerdas seperti dirimu!" puji wali kelas.
"Ibu sudah mengatur beasiswa kuliah di salah satu universitas ternama! Ibu sudah melihat beberapa jurusan yang cocok untuk dirimu! Ini catatan beberapa jurusan yang sudah Ibu rangkum untukmu!" ujar wali kelas sambil menyodorkan secarik kertas memo kecil kepada Bella.
Bella menerima kertas itu dan melihatnya, semua jurusan yang dipilih wali kelas sesuai dengan kehendaknya. Walaupun menerima beasiswa, tetapi masih banyak biaya lain yang harus dibayar. Jika Crystal tidak menggunakan uang kuliah bagiannya, maka dirinya masih memiliki kesempatan untuk kuliah. Namun, keputusan telah dibuat dan tidak ada jalan kembali.
"Maaf, Bu! Namun, aku akan cuti 1 tahun sebelum.kuliah!" ujar Bella pelan. Dirinya akan bekerja dari pagi sampai malam untuk mengumpulkan uang.
"Tapi... beasiswa ini akan hangus jika tidak digunakan tahun ini!" ujar wali kelas penuh kekhawatiran.
Bella hanya menunduk. Dirinya tahu akan hal tersebut, untuk itu tahun depan dirinya akan mencari universitas lain yang biayanya sesuai dengan penghasilannya.
Sang Wali Kelas menghela napas berat dan berkata, "Ibu mengira tidak akan ada masalah di biaya kuliah! Bukankah kakakmu Crystal kuliah di universitas ini dan mengambil jurusan seni? Bahkan Ibu dengar, Crystal juga mengambil kelas modeling! Apakah ini adil untukmu?"
"Bukan masalah besar, Bu! Aku hanya akan tertinggal 1 tahun saja!" ujar Bella mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Baiklah! Jika itu keputusanmu, maka tidak ada lagi yang dapat Ibu perbuat! Pulanglah!" ujar wali kelas.
Setelah mengucapkan terima kasih, Bella meninggalkan ruangan guru. Dengan perasaan sedih dan langkah berat, Bella berjalan menuju gerbang sekolah.
"BELLA!" panggil Nicholas Hall yang menunggu dirinya di depan gerbang.
Melihat kekasihnya itu, baru dapat membuat dirinya tersenyum.
"Nicholas!" sapa Bella saat berada tepat di samping kekasihnya itu.
"Bagaimana? Sudah memutuskan jurusan mana yang akan kamu ambil? Bukankah ini sangat menyenangkan kita akan kuliah di universitas yang sama!" ujar Nicholas bahagia.
"Bagaimana denganmu?" tanya Bella yang menjawab pertanyaan Nicholas dengan pertanyaan."Tentu aku akan mengambil jurusan hukum! Aku ingin menjadi pengacara ternama!" ujar Nicholas sambil tersenyum lebar.Lalu, mereka berdua berjalan ke arah halte bus dan duduk di sana sembari menunggu."Bagaimana denganmu?" tanya Nicholas kembali.Bella menghela napas dan menatap kekasihnya itu, seraya berkata, "Aku akan kuliah tahun depan.""Mengapa seperti itu? Pasti itu karena kakakmu, Crystal. Aku akan menegurnya!" ujar Nicholas kesal dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya."Hei .... Hentikan!" ujar Bella dan menahan Nicholas yang sudah hendak menghubungi nomor ponsel kakaknya itu.Ponsel adalah barang mewah bagi keluarga Swan. Yang memiliki ponsel hanya Crystal dan Bella sendiri tidak yakin bagaimana kakaknya itu mampu membeli ponsel. Jadi, Bella menyimpan nomor ponsel kakaknya di ponsel milik Nicholas. Walaupun, tidak pernah sekalipun Bella menghu
Crystal berusaha keras untuk berdiri, tetapi karena mabuk, kakinya tidak mampu berdiri tegak.Bella kembali menghampiri kakaknya itu dan menangkap tubuh Crystal yang kembali limbung. Merasakan sentuhan tangan Bella di lengannya, membuat Crystal murka dan kembali mendorong tubuh adiknya itu dengan kuat.Brukkk!!!Bella terduduk di atas lantai, cukup keras. Hal itu membuat Bella meringis kesakitan dan menatap Crystal dengan rasa tidak percaya."APA?""Kamu tidak senang dengan perlakuanku? Semua yang terjadi padamu bukan salahku! Semua itu terjadi karena kamu terlalu baik dan menjadi bodoh!""BODOH!!!"Crystal bersandar di dinding rumah yang sudah lapuk dan menatapnya dengan penuh kebencian, kemudian lanjut berkata, "Aku hanya ingin menjadi kaya dan terlepas dari kedua orang tua bodoh itu!""Dan dirimu tentunya! Adik kecil yang selalu bertingkah layaknya seorang malaikat! Kau tahu, karena aku kakakmu, maka aku akan memberimu nasehat!"
Bella mengedarkan pandangannya, dan terlihat jelas dirinya berada di rumah sakit."ISABELLA SWAN!!!"Bella mendengar jelas, suara ibu yang meneriaki nama lengkapnya. Itu tanda, bahwa ibu benar-benar marah.Bella memalingkan kepalanya ke arah asal suara tadi. Dirinya melihat, ibu melihatnya dengan raut wajah begitu marah. Apa yang terjadi dengan wajah ibu? Wajah ibu hampir separuh tertutup lebam, bahkan salah satu mata ibu begitu merah."A-apa yang terjadi terhadap Ibu?"Tanya Bella, dirinya bahkan kesulitan mengenali suaranya sendiri. Suaranya saat ini, terdengar begitu lemah dan serak. Untuk mengucapkan satu kalimat tadi, membuat tubuhnya berkeringat dingin.Di samping ibu, Ellena melihat Crystal yang seperti biasa, selalu terlihat tidak peduli."Kau ...! Kau anak durhaka!"Cecar ibu kepada Bella, ini pertama kalinya Bella melihat ibu begitu marah."Sudahlah, Bu! Ayah pantas menerima hukuman itu. Lihat apa yang
Nnn"Nyonya Swan tidak bisa menjemput dirimu. Jadi, aku menyempatkan waktu untuk mengantarmu pulang."Inspektur David mencoba menjelaskan. Sebetulnya, dirinya hanya kebetulan lewat dan memastikan apakah gadis itu sudah pulang. Namun, informasi yang di dapat dari perawat, sama sekali tidak ada keluarga gadis itu yang datang hari ini. David sendiri tahu jelas, ibu gadis itu sangat marah karena keberaniannya melapor kepada polisi dan hal yang diucapkan Sang Ibu juga masuk di akal. Kedepannya Keluarga Swan akan sulit menghadapi para tetangga dan warga sekitar.Bella mengangguk dan berdiri, lalu berjalan mendekati Inspektur David."B-bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Bella. Dirinya memiliki tabungan, tetapi tidak banyak dan disimpan di rumah."Kantor sudah membayarnya!" jawab Inspektur David singkat. Dirinya pribadi membayar tagihan rumah sakit gadis itu, karena rasa iba.Bella tidak lagi berkata-kata, dirinya patuh mengikuti Inspektur David d
"Itu pantas! Ayah sudah mengkalkulasi, kami akan mengambil cicilan untuk 10 tahun. Jadi, uang muka tidak terlalu berat," ujar Tuan Hall tersenyum bahagia."Tapi-"Nicholas tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan keberatan, karena ibunya lanjut berkata, "Turuti perkataan orang tuamu! Itu akan membuat dirimu lebih dipandang tinggi!""Namun, kami masih kekurangan sedikit untuk pembayaran uang muka! Bella, apakah kamu mau membantu Nicholas? Aku yakin, kamu tidak akan keberatan!" ujar Nyonya Hall menatapnya tajam.Bella menelan ludah. Dirinya memiliki sedikit tabungan, tetapi itu untuk biaya kuliahnya tahun depan."Ayolah, Bu! Jangan merepotkan Bella, dirinya sendiri harus-"Kembali ucapan Nicholas terpotong, tetapi kali ini oleh Bella yang buru-buru berkata, "Tentu! Aku akan membantu Nicholas!"Seketika senyum merekah di wajah Tuan dan Nyonya Hall. Hal itu membuat Bella merasa sedikit tenang, walaupun itu artinya dirinya akan kehilang
"Kita akan melewati ini semua bersama," bisik Nicholas.Bella merasa matanya hangat, begitu juga dengan hatinya. Saat ini, Bella merasa sangat beruntung dengan keberadaan Nicholas di sisinya.Bella melangkah masuk melewati pagar rumah dan kembali berbalik menatap Nicholas yang masih menatap dirinya."Pulanglah!" ujar Bella sambil menggerakkan tangannya meminta pria itu segera pergi."Selamat malam," ujar Nicholas sambil melambai pada Bella.Bella menunggu sampai Nicholas menghilang baru membuka pintu rumah. Namun, tangannya yang diletakkan di kenop pintu terhenti, saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah mereka.Bella berbalik dan melihat seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu pengemudi, berjalan ke arah pintu penumpang bagian belakang dan membuka pintu itu. Bella melihat sepertinya pria itu adalah seorang supir, jika dilihat dari pakaiannya yang terlihat seperti seragam.Crystal turun dari mobil da
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
"Apa yang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Bella yang segera menghampiri Nicholas.Nicholas tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, setiap hari Sabtu pagi Bella akan ditinggal sendirian oleh ibunya dan karena alasan itulah dirinya datang ke sini pagi-pagi sekali.Bella menatap lekat ke arah Nicholas. Setelah mengenal pria itu begitu lama, Bella tahu ada yang mengganggu pikiran pria itu."Ada apa?" tanya Bella cemas.Nicholas menyentuh wajah Bella dan berpikir, Bella begitu berbeda dengan saudarinya itu. Bella tidak memiliki kecantikan Crystal, tetapi senyum Bella dapat menerangi hatinya. Bahkan, pakaian yang dikenakan adalah pakaian itu-itu saja. Kaos dan celana jeans lusuh. Tidak ada riasan apapun di wajah manis Bella dan itu dulu yang disukainya, saat dirinya belum memiliki pergaulan seluas sekarang. Nicholas akan mulai membandingkan penampilan Bella dengan kenalan wanita lainnya dan itu membuat Nicholas merasa begitu buruk.
David bukanlah pria suci, walaupun memiliki impian yang mulia. David sudah begitu sulit mengendalikan diri, terhadap setiap rayuan yang dilancarkan oleh Bella. David tahu, dirinya hanya akan menjadi bagian dari rencana balas dendam wanita ini. Mirisnya, peran yang dipikul hanyalah sebatas teman kencan bagi Bella, tidak lebih.Apakah dirinya mampu menjalani hubungan seperti itu? Apakah dirinya mampu melanggar semua norma yang dijunjung tinggi selama ini? Yang terpenting adalah, bagaimana dirinya menjalani hidup pada saat Bella meninggalkannya?Bella mempererat pelukan dan memperdalam ciumannya. Bibir pria ini amat berbeda dengan bibir Ben. Bella menyukai rasa David, bahkan ingin rasa pria ini yang tertinggal pada dirinya.Pertahanan David luluh lantak. Ya, anggap saja ini bagian dari petualangan yang tidak berarti.Malam itu, Bella menerima David dengan penuh sukacita. Perlakuan David yang begitu lembut dan memuja dirinya, membuat B
Anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak menghubungi. Namun, hal itu lebih membuat David merasa khawatir. Seakan, ada sesuatu yang direncanakan oleh kedua orang tuanya itu.TING TONG!Bel apartemennya berbunyi."Sial!" gerutu David dan bangkit dari sofa. Dirinya tahu, ayah dan ibu tidak akan tinggal diam. Mereka pasti datang untuk membicarakan apa yang terjadi tadi.Namun, David akan mengusir mereka pergi. Bagaimana mereka tidak mengerti, bahwa dirinya butuh waktu sendirian.Dengan kesal, David membuka pintu kasar."BUKANKAH SUDAH KUBILANG-"Teriakan David terhenti saat melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya.Bella langsung melangkah masuk dan memeluk pria itu. Seperti perkiraannya, memeluk pria ini terasa begitu tepat dan nyaman. Seakan apa yang menggerogoti jiwanya seketika sirna, ditelan kehangatan pria itu.David mengangkat kedua tangannya ke atas. M
Bella menundukkan wajahnya. Setidaknya dengan begitu, dirinya tidak perlu melihat wajah buruk pria itu. Lift berhenti dan pintu terbuka. Ben menarik kasar dirinya keluar dari lift. Sepanjang koridor, dapat dikatakan Bella diseret. Dengan sepatu setinggi ini, membuat Bella sulit menyamakan langkah kaki lebar pria itu.Beberapa kali, Bella hendak terjungkal. Namun itu tidak terjadi, sebab cengkeraman Ben begitu kuat.Bella tidak tahu ini lantai berapa, dirinya bahkan tidak peduli. Dirinya masih membutuhkan pria ini. Saat langkah ini diambil, Bella tahu jelas tidak ada jalan mundur. Kecuali, dirinya melepaskan rasa dendam dan kebenciannya. Namun, itu tidaklah mungkin.Ben memasukkan kartu dan mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar. Lalu, dengan satu tarikan kuat, menarik Bella masuk ke dalam dan melepaskannya. Tubuh Bella limbung dan menabrak dinding kamar itu. Ben membanting pintu kuat hingga tertutup dan melangkah maju, menutup jarak di anta
Langkah kaki David terhenti. Tatapannya terkunci pada sosok yang berada di hadapannya. Sosok memukau yang melangkah pasti ke arahnya. Gaun merah itu ikut bergoyang mengikuti hentakan langkah kaki indah itu. Yang sesekali akan menyelinap keluar dari belahan gaun yang begitu tinggi.Semua itu dilihat David dalam gerakan lambat. Seketika suasana di sekitarnya menjadi hening. David hanya mampu mendengar suara detak jantungnya sendiri. Yang perlahan dan pasti, itu berdetak semakin kencang.Bella mengunci tatapannya, hanya kepada pria itu. Selain untuk menghindar dari Crystal, Bella juga ingin membuktikan perubahan dirinya. Apakah dirinya mampu mencium David di tengah ruangan yang ramai ini? Bahkan, di hadapan kedua orang tua pria itu? Bagaimana jika, David mendorongnya? Tidak, Bella tidak akan mengizinkan hal tersebut terjadi.Setelah menjadi seorang wanita dewasa, penuh percaya diri dan sadar akan kemolekannya, Bella yakin, dirinya tidak akan mampu
Mereka tiba di ballroom hotel mewah itu dan tempat itu dihias dengan begitu mewah, nuansa warna hitam dan emas. Penjagaan sangat ketat, hanya mereka yang memiliki undangan dipersilakan masuk.Bella menyerahkan undangan yang dikirimkan oleh Ben. Mereka diantar masuk ke dalam dengan penuh hormat dan menempati bangku di meja paling dekat dengan jalur catwalk.Suasana begitu meriah dan para tamu yang hadir terlihat spektakuler. Bella dan David duduk saling berhadapan, pelayan datang menawarkan sampanye. Bella juga mulai belajar minum minuman beralkohol dan siapa sangka, dirinya memliki daya tahan yang cukup tinggi. Bahkan, dirinya tidak pernah mabuk setelah minum bergelas-gelas. Jadi, Bella tanpa ragu mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya.David melakukan hal yang sama, mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya. Dirinya tidak lagi khawatir saat melihat wanita itu minum, karena David tahu jelas Bella tidak akan mabuk. Tidak seperti pertama
"Tidak! Itu tidak normal dan perlu ditemukan penyebabnya. Jika tidak, maka itu akan menjadi trauma!" tegas David, yang tidak lagi memiliki selera makan. Dirinya tidak suka membahas hal tersebut dengan Bella, tetapi profesionalitasnya diuji kali ini."Benar, aku yakin juga seperti itu. Itu salah satu alasan, mengapa aku ingin memiliki pengalaman lebih akan hal tersebut," ujar Bella yang sambil menyantap makanannya."Kamu tidak bisa menikmatinya dengan Ben, itu artinya juga akan sulit dengan pria lain. Ben, kamu mengenalnya dan kamu kesulitan. Apalagi dengan pria yang tidak kamu kenal," jelas David.Bella mengangguk dan kembali berkata, "Mungkin itu benar. Tetapi, alasan mengapa aku tidak dapat menikmati percintaan itu adalah saat kami bercinta, aku akan memikirkan bagaimana perlakuan Ben terhadap wanita lain. Itu yang menggangguku! Karena itu, aku ingin memiliki pria lain, seperti Ben!" jelas Bella."Apakah kamu mencintainya? Ada ke
Hari ini Bella sama sekali tidak melakukan apa-apa. Dirinya tidak mengikuti kursus apa pun, apalagi pergi ke kampus. Saat langit gelap, Bella turun dari ranjang, mandi dan berganti pakaian. Lalu, makan sedikit. Ya, seharian ini, Bella sama sekali tidak makan maupun minum.Suasana hatinya begitu buruk. Setelah berganti pakaian, Bella pun meninggalkan apartemennya. Menggunakan taksi, dirinya pergi ke klinik David Baker. Saat ini, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam.Bella sampai dan melangkah masuk ke dalam klinik."Selamat malam, Nona Bella," sapa salah seorang perawat yang berada di klinik."Selamat malam," sapa Bella kembali."Bukankah hari ini Nona tidak memiliki jadwal temu dengan Dokter?" tanya sang perawat."Benar, aku memang tidak memiliki jadwal temu. Namun, aku ingin menemui David.""Baiklah, Nona. Akan aku sampaikan kepada Dokter. Namun, di dalam masih ada pasien. Bisakah Nona menu
Bella mandi dan keramas. Dirinya berusaha menghapus semua jejak pria itu di tubuhnya. Ini sulit, sangat sulit bagi Bella. Dirinya sama sekali tidak menikmati percintaan tadi. Namun, itu dilakukan karena kewajiban, jadi cukup menyiksa.Bella keluar dari kamar mandi, dengan rambut basah dan tubuh terbalut jubah mandi. Dirinya mendapati Ben masih berada di sana, duduk di sisi ranjang menatapnya."Mengapa kamu minum obat ini?" tanya Ben, sambil menatap botol obat yang ada digenggamannya.Bella melangkah maju dan melihat botol obat miliknya, sudah berada di genggaman pria itu."Bukankah itu harus?" tanya Bella."Bukankah, seharusnya kamu membahas masalah ini padaku terlebih dahulu?" tanya Ben kembali, tanpa menjawab pertanyaannya.Bella maju satu langkah dan menghela nafas berat, lalu menatap pria itu sambil berkata, "Kamu tahu jelas akan pengalamanku? Lagipula, di dalam kontrak tidak dikatakan aku harus mengandung anakmu! Jadi,
Uhuk Uhuk Uhuk!David tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar permintaan Bella."Tunggu! Tunggu! Ada yang harus diluruskan!" sanggah David buru-buru."Tentu! Katakan saja," jawab Bella."Begini, aku akan mendampingimu. Kamu ingin melihat kehidupan malam, maka aku akan menemani dirimu. Aku akan membantumu menemukan pria yang tepat! Walau, itu tidak aku harapkan," jelas David."Apa?" pekik Bella, sambil memutar bola matanya kesal."Aku tidak butuh teori! Aku butuh praktek langsung!" jelas Bella tidak sabar."Ini tawaranku! Apakah kamu mau terima atau tidak, itu terserah padamu!" tegas David."Itu artinya tidak ada ciuman atau seks?" tanya Bella."Tidak! TIDAK!" tegas David kembali.Bella mengangguk dan bertanya, "Namun, tidak masalah jika aku merayu dirimu bukan?""Apakah kamu bisa?" tanya David dengan menaikkan sebelah alis matanya."