"Itu pantas! Ayah sudah mengkalkulasi, kami akan mengambil cicilan untuk 10 tahun. Jadi, uang muka tidak terlalu berat," ujar Tuan Hall tersenyum bahagia.
"Tapi-"
Nicholas tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan keberatan, karena ibunya lanjut berkata, "Turuti perkataan orang tuamu! Itu akan membuat dirimu lebih dipandang tinggi!"
"Namun, kami masih kekurangan sedikit untuk pembayaran uang muka! Bella, apakah kamu mau membantu Nicholas? Aku yakin, kamu tidak akan keberatan!" ujar Nyonya Hall menatapnya tajam.
Bella menelan ludah. Dirinya memiliki sedikit tabungan, tetapi itu untuk biaya kuliahnya tahun depan.
"Ayolah, Bu! Jangan merepotkan Bella, dirinya sendiri harus-"
Kembali ucapan Nicholas terpotong, tetapi kali ini oleh Bella yang buru-buru berkata, "Tentu! Aku akan membantu Nicholas!"
Seketika senyum merekah di wajah Tuan dan Nyonya Hall. Hal itu membuat Bella merasa sedikit tenang, walaupun itu artinya dirinya akan kehilangan uang tabungannya. Namun, itu sepadan jika kedua orang tua Nicholas dapat menerimanya kembali.
"Namun, Ibu juga berharap, kamu dapat membantu membayar cicilan bulanan. Hanya pada saat kami mengalami kesulitan, tentunya!" lanjut Nyonya Hall.
Bella hanya dapat mengangguk setuju, selama Nicholas dan orang tuanya merasa bahagia, maka itu pantas.
Nicholas tidak lagi keberatan, pria itu tertawa gembira. Memang sulit saat harus berbaur dengan anak-anak keluarga mampu, itu membuat Nicholas sedikit berkecil hati. Awalnya, dirinya mencoba menyinggung sedikit perihal mobil kepada ibunya, tetapi siapa sangka Ibu mengerti dan bergerak cepat. Bahkan kekasihnya Bella, juga turut membantu.
***
Di sudut kota lainnya, tepatnya di ruang VVIP salah satu klub malam berkelas.
Crystabella Swan duduk di samping salah satu bos rumah produksi. Tidak hanya dirinya, tetapi beberapa gadis dari sekolah model yang sama dengannya juga berada di dalam ruangan ini, menemani pria-pria berpengaruh dalam industri ini. Bukan rahasia umum, mereka yang ingin segera terkenal akan menghalalkan segala cara, termasuk dirinya.
Crystal tidak ingin berakhir seperti ibunya, hidup sulit dalam kemiskinan. Dirinya akan melakukan apa saja untuk menghilangkan kata miskin dalam kamus kehidupannya.
Tangan gemuk dan berkeringat diletakkan di atas pahanya. Tangan pria tua bertubuh gempal, pemilik rumah produksi. Pria disampingnya ini adalah pria paling tua dan gemuk yang berada di ruangan ini, tetapi paling berkuasa dengan kekayaan melimpah.
"Kamu sangat cantik! Berapa usiamu?" tanya pria gemuk itu dengan tangannya diletakkan di atas paha Crystal.
"20 tahun."
Sebenarnya usianya belum genap 20 tahun, masih sekitar delapan bulan lagi. Namun, biasanya pria hidung belang tidak ingin bermain dengan gadis terlalu muda, dengan alasan masih di bawah umur. Jadi, Crystal menaikkan umurnya 1 tahun.
"Kamu paling cantik di antara mereka semua! Namun, aku tidak ingin mendapatkan masalah! Aku dengar, ayahmu di penjara bukan?" tanya pria itu.
Tangan Crystal mengepal erat di samping tubuhnya. Namun, Crystal tersenyum manis mendengar perkataan pria itu dan seraya berkata, "Aku tidak tahu, Tuan begitu penuh kekhawatiran. Namun, alasanku memilih duduk di samping Tuan adalah karena aku tahu Tuan menyukai wanita perawan, bukan?"
Mendengar kata perawan membuat mata pria tua itu berbinar.
"Jangan katakan bahwa kamu masih perawan!" seru pria gemuk itu gembira.
Sssttt!
Crystal meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, meminta pria itu mengecilkan suaranya.
"Apakah, Tuan masih memiliki kekhawatiran terhadap diriku?" tanya Crystal manja.
"Tidak! Tidak!" jawab pria tua itu terburu-buru.
"Tuan tahu, aku sangat kesulitan menjaga kesucianku ini. Jadi, jika ada pria yang menginginkannya, maka syarat-"
"Katakan! Katakan apa yang kamu inginkan!"
Pria tua itu memotong perkataan Crystal. Wanita cantik ada dimana-mana, tetapi wanita perawan sangatlah langka. Jadi, harga berapapun akan dibayar oleh pria itu.
"Aku ingin menjadi model utama di perusahaan Tuan! Tentunya, aku hanya akan melayani Tuan seorang dan menjadi kekasih Tuan."
Crystal menargetkan posisi model utama perusahaan pria itu. Pria tua itu memiliki perusahaan kosmetik ternama, walau masih kalah dibandingkan dengan merek luar negeri. Namun, ini akan menjadi batu loncatan untuk karier modeling Crystal. Perusahaan lain akan meliriknya, itu terbukti dari seberapa terkenalnya model utama perusahaan pria itu saat ini.
Pria tua itu terdiam sejenak, dan mempertimbangkan permintaan Crystal. Lalu, menilai wajah dan tubuh Crystal secara terang-terangan.
Pria tua itu mengangguk dan berkata, "Penampilanmu tidak kalah darinya dan satu hal yang tidak lagi dimiliki oleh model itu, yaitu usia muda!"
"Mulai malam ini, kamu adalah kekasihku. Apapun yang kamu inginkan, maka cukup katakan saja. Apartemen, mobil mewah, tas ataupun berlian, katakan saja!" ujar pria tua itu sambil menatap tubuh Crystal.
"Satu hal yang harus kamu ingat! Jangan sampai hubungan kita diketahui oleh istriku! Jika itu terjadi, maka kita berdua akan mati! Satu lagi, kamu hanya boleh tidur denganku, tidak dengan pria lain!"
Crystal mengangguk, dirinya tidak butuh pria lain, jika pria tua bodoh ini bisa memenuhi semua permintaannya.
"Namun, kesepakatan baru dapat disetujui, jika ..." ujar pria itu mulai mengelus paha Crystal.
Crystal menahan rasa mual yang segera menghampirinya. Dirinya buru-buru berdiri, Crystal ingin ini semua segera selesai dan lembar kehidupan barunya mulai dibuka.
Pria tua itu berdiri dengan tertawa gembira. Tingginya hanya sampai bahu Crystal, tetapi begitu melebar ke samping. Tangan pria itu diletakkan di pinggang Crystal, lalu mereka berdua pergi meninggalkan klub malam dan menuju ke salah satu hotel bintang lima.
Crystal memejamkan matanya selama hal itu berlangsung. Dirinya merasa risih dan jijik dengan setiap sentuhan pria tua itu di tubuhnya. Namun, Crystal hanya dapat bertahan
"Hei! Permintaanmu begitu besar, setidaknya lakukan dengan benar! Jika tidak, kesepakatan kita batal!" seru pria tua itu yang merasa Crystal seperti patung hidup.
Crystal mengatupkan giginya kuat dan membuka matanya menatap pria tua itu. Dirinya sudah mencari tahu semua hal mengenai cara memuaskan seorang pria, tetapi tampang pria itu membuatnya mual. Mau tidak mau, Crystal menuruti setiap perintah pria itu, berharap ini semua segera berakhir.
***
Kembali kepada Bella dan Nicholas.
Nicholas mengantar Bella pulang, mereka berjalan kaki sambil bergandengan tangan.
"Maaf, aku tidak pergi ke rumah sakit, menjenguk dirimu!" ujar Nicholas.
Bella tersenyum tipis dan berkata, "Tidak apa-apa! Hanya luka kecil."
Bella mengangkat tangannya yang diperban dan menunjukkannya kepada Nicholas. Dirinya yakin, alasan Nicholas tidak menjenguknya, pasti karena dilarang oleh kedua orang tua pria itu. Namun, Bella dapat mengerti kekhawatiran Tuan dan Nyonya Hall. Tidak semua keluarga mengalami masalah serius seperti keluarga Swan.
"Dan, maaf juga karena membuatmu mengeluarkan uang untuk membeli mobil! Setelah aku lulus kuliah dan bekerja, aku akan membayar semua beserta bunganya dan setelah itu, mari kita menikah."
Perkataan manis Nicholas membuat Bella terbuai dan merasa aman. Dirinya hanya akan melihat ke arah Nicholas, masa depannya dan mengabaikan pandangan hina orang lain terhadapnya.
Mereka berdua tidak lagi berbicara dan hanya berjalan sambil bergandengan tangan.
"Kamu kembalilah!" ujar Bella, saat mereka sudah berada di depan jalan kecil menuju rumahnya.
"Aku antar! Aku ingin menyapa ibumu!" jawab Nicholas.
"Mungkin lain kali! Ibuku tidak begitu sehat dan para tetangga masih memperhatikan kami, karena kejadian kemarin. Jadi ..." Bella tidak melanjutkan kata-katanya, karena Nicholas sudah memeluk dirinya erat.
"Kita akan melewati ini semua bersama," bisik Nicholas.Bella merasa matanya hangat, begitu juga dengan hatinya. Saat ini, Bella merasa sangat beruntung dengan keberadaan Nicholas di sisinya.Bella melangkah masuk melewati pagar rumah dan kembali berbalik menatap Nicholas yang masih menatap dirinya."Pulanglah!" ujar Bella sambil menggerakkan tangannya meminta pria itu segera pergi."Selamat malam," ujar Nicholas sambil melambai pada Bella.Bella menunggu sampai Nicholas menghilang baru membuka pintu rumah. Namun, tangannya yang diletakkan di kenop pintu terhenti, saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah mereka.Bella berbalik dan melihat seorang pria berpakaian rapi keluar dari pintu pengemudi, berjalan ke arah pintu penumpang bagian belakang dan membuka pintu itu. Bella melihat sepertinya pria itu adalah seorang supir, jika dilihat dari pakaiannya yang terlihat seperti seragam.Crystal turun dari mobil da
Setidaknya, hari ini Bella dapat melihat ibunya tersenyum dan dirinya berterima kasih karena kedatangan Nicholas.Hari-hari berlalu dengan cepat, tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Saat ini, Bella berusia 20 tahun. Enam bulan lagi, ayahnya akan dibebaskan. Karena kelakuan ayah yang baik, beliau mendapatkan remisi.Bella tidak lagi kuliah. Keuangan keluarga mereka sangat buruk. Uang yang di dapat dari menjahit boneka tidak seberapa. Terlebih, Bella masih harus ikut membayar cicilan kendaraan Nicholas. Namun, Bella tidak keberatan. Nicholas tumbuh menjadi pemuda yang begitu memukau dengan otak brilian.Terkadang, Bella akan merasa berkecil hati saat bersama dengan Nicholas. Banyak hal yang tidak lagi dapat mereka bicarakan, bisa dikatakan jenjang sosial mereka sudah berbeda. Bahkan, Bella sudah jarang pergi ke rumah keluarga Hall. Orang tua Nicholas beberapa kali secara terang-terangan menolak kehadirannya, dengan mengabaikan deringan bel yang dibunyikan olehnya.
"Apa yang membawamu kemari sepagi ini?" tanya Bella yang segera menghampiri Nicholas.Nicholas tidak menjawab pertanyaan itu. Dirinya tahu, setiap hari Sabtu pagi Bella akan ditinggal sendirian oleh ibunya dan karena alasan itulah dirinya datang ke sini pagi-pagi sekali.Bella menatap lekat ke arah Nicholas. Setelah mengenal pria itu begitu lama, Bella tahu ada yang mengganggu pikiran pria itu."Ada apa?" tanya Bella cemas.Nicholas menyentuh wajah Bella dan berpikir, Bella begitu berbeda dengan saudarinya itu. Bella tidak memiliki kecantikan Crystal, tetapi senyum Bella dapat menerangi hatinya. Bahkan, pakaian yang dikenakan adalah pakaian itu-itu saja. Kaos dan celana jeans lusuh. Tidak ada riasan apapun di wajah manis Bella dan itu dulu yang disukainya, saat dirinya belum memiliki pergaulan seluas sekarang. Nicholas akan mulai membandingkan penampilan Bella dengan kenalan wanita lainnya dan itu membuat Nicholas merasa begitu buruk.
Bella meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kecewa, benar dirinya merasa kecewa. Namun, itu hanya ditelannya sendiri dan tidak diutarakan kepada kekasihnya itu. Bella menghela napas dan kembali duduk di ruang tamu, kembali menjahit mata boneka. Perlahan, air mata mulai membasahi wajahnya. Di lubuk hatinya, Bella tahu Nicholas malu akan dirinya. Namun, ada rasa berhutang yang membuat pria itu tetap bertahan di sisinya.Seharusnya, waktu itu Bella tidak menyerahkan kesuciannya kepada Nicholas. Hal itu, malah akan membuat Nicholas terikat padanya. Namun, rasa takut ditinggalkan membuat Bella menyerahkannya.Impiannya yang tersisa, tinggal satu. Hanya satu, yaitu menjadi istri Nicholas Hall. Hanya pria itu yang dimilikinya. Jika, Nicholas meninggalkannya maka dirinya tidak lagi memiliki harapan dan impian. Jadi, karena alasan itulah Bella bersedia menyerahkan kesuciannya, pagi itu. Saat ini, dirinya hanya berharap mengandung dan Nicholas segera meminang
"Crystal, kemarilah!" Tuan Mark Adams meminta Crystal duduk di sofa yang ada di hadapannya. Tentu, malam ini pria itu akan menjaga sikap di hadapan calon tim hukum perusahaannya."Silahkan duduk!" kembali Tuan Mark Adams mempersilahkan mereka.Mereka membahas masalah bisnis dan ternyata Tuan Adams cukup profesional. Begitu juga dengan Crystal, yang sangat cerdas dan kembali membuat Nicholas merasa kagum.Pertemuan mereka berjalan lancar. Pertemuan ditutup dengan jabatan tangan dan senyuman di wajah mereka masing-masing. Tuan Mark Adams tergila-gila dengan Crystal, jadi apapun yang dikatakan oleh wanita itu akan didengarkan dan dipatuhinya.Nicholas merasa semua berjalan begitu lancar dan hal itu membuat rasa percaya dirinya semakin kuat. Setelah selesai membahas bisnis, Tuan Mark Adams menjamu mereka dengan anggur yang mahal. Nicholas minum satu gelas, dirinya tidak pernah minum minuman beralkohol. Pengecualian untuk malam ini, dirinya
Bella bangun saat langit masih gelap. Dirinya membantu menyiapkan sarapan dan ibu sibuk mencuci pakaian. Itulah rutinitas mereka sehari-hari. Crystal di kamar, selesai mandi dan sibuk merias diri dan berganti pakaian.Tok Tok Tok!Pintu diketuk dan itu membuat Crystal keluar dari kamar."Bella, buka pintu!" seru Crystal."Siapa yang datang sepagi ini?" gerutu ibu yang sedang mengepel lantai."Entahlah!" jawab Bella dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Crystal.Bella membuka pintu."Selamat pagi!" ujar dua orang pria bertubuh tegap di depan pintu.Dari postur dan cara berpakaian, Crystal tahu mereka adalah polisi."Pagi!" sapa Bella kembali."Mobil itu milikmu?" tanya salah satu pria itu."Iya! Itu miliknya!" jawab Crystal."Siapa kalian?" tanya Crystal kemudian."Kami kepolisian bagian Barat kota! Ada kecelakaan di persimpang
"Apakah itu Bella?" tanya Crystal.Nicholas duduk di dalam mobil putih milik Crystal. Ya, Crystal langsung datang menjemput dirinya setelah Bella pergi dengan polisi tadi."Aku sudah meminta bantuan Mark Adams dan mencari tahu akan wanita itu!" ujar Crystal dan mencengkeram kemudi mobil dengan kuat.Crystal belok dan menghentikan mobilnya di bahu jalan. Dirinya tidak dapat fokus, karena kejadian ini."Wanita itu meninggal dalam kondisi hamil! Sialnya, wanita itu adalah kekasih Benedict Knight! Pengusaha terkenal itu. Makanya, kecelakaan ini begitu cepat terungkap dan mereka menemukan beberapa saksi. Ada rekaman pada kamera mobil yang lewat, menangkap mobilmu berhenti di dekat lokasi wanita itu tergeletak. Beruntung saat itu kita masih di dalam mobil dan karena hujan lebat, kamera tidak menangkap sosok pengemudi." Crystal menjelaskan apa yang diketahuinya dari seorang polisi, kenalan sugar daddy nya itu.Semalaman Nicho
Mengabaikan ibu yang sekarat, Crystal berlenggak masuk ke dalam kamar dan menyusun barang-barangnya. Lalu, mandi. Ya, Crystal mandi dan menunggu sampai satu jam kemudian, barulah menghubungi ambulans.Tidak lama ambulans tiba dan beberapa staff medis mengetuk pintu."CEPATLAH!" teriak Crystal dengan berlinang air mata."A-aku mandi dan..., dan saat aku keluar Ibu sudah tergeletak di sana!" jelas Crystal kepada salah satu staff medis dengan berlinang air mata."Tidak ada denyut!" seru salah seorang staff yang berlutut di samping tubuh Nyonya Swan yang mulai membiru."Lakukan CPR!"Mengikuti perintah itu, staff medis mulai memompa dada Nyonya Swan. Tidak ada yang berubah."Bawa ke ambulans! Gunakan AED untuk mencoba mendapatkannya kembali!"Lalu, dua orang staff medis memindahkan tubuh Nyonya Swan ke atas tandu dan buru-buru dibawa masuk ke dalam ambulans."Apakah..., apakah Ibuku akan baik
David bukanlah pria suci, walaupun memiliki impian yang mulia. David sudah begitu sulit mengendalikan diri, terhadap setiap rayuan yang dilancarkan oleh Bella. David tahu, dirinya hanya akan menjadi bagian dari rencana balas dendam wanita ini. Mirisnya, peran yang dipikul hanyalah sebatas teman kencan bagi Bella, tidak lebih.Apakah dirinya mampu menjalani hubungan seperti itu? Apakah dirinya mampu melanggar semua norma yang dijunjung tinggi selama ini? Yang terpenting adalah, bagaimana dirinya menjalani hidup pada saat Bella meninggalkannya?Bella mempererat pelukan dan memperdalam ciumannya. Bibir pria ini amat berbeda dengan bibir Ben. Bella menyukai rasa David, bahkan ingin rasa pria ini yang tertinggal pada dirinya.Pertahanan David luluh lantak. Ya, anggap saja ini bagian dari petualangan yang tidak berarti.Malam itu, Bella menerima David dengan penuh sukacita. Perlakuan David yang begitu lembut dan memuja dirinya, membuat B
Anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak menghubungi. Namun, hal itu lebih membuat David merasa khawatir. Seakan, ada sesuatu yang direncanakan oleh kedua orang tuanya itu.TING TONG!Bel apartemennya berbunyi."Sial!" gerutu David dan bangkit dari sofa. Dirinya tahu, ayah dan ibu tidak akan tinggal diam. Mereka pasti datang untuk membicarakan apa yang terjadi tadi.Namun, David akan mengusir mereka pergi. Bagaimana mereka tidak mengerti, bahwa dirinya butuh waktu sendirian.Dengan kesal, David membuka pintu kasar."BUKANKAH SUDAH KUBILANG-"Teriakan David terhenti saat melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya.Bella langsung melangkah masuk dan memeluk pria itu. Seperti perkiraannya, memeluk pria ini terasa begitu tepat dan nyaman. Seakan apa yang menggerogoti jiwanya seketika sirna, ditelan kehangatan pria itu.David mengangkat kedua tangannya ke atas. M
Bella menundukkan wajahnya. Setidaknya dengan begitu, dirinya tidak perlu melihat wajah buruk pria itu. Lift berhenti dan pintu terbuka. Ben menarik kasar dirinya keluar dari lift. Sepanjang koridor, dapat dikatakan Bella diseret. Dengan sepatu setinggi ini, membuat Bella sulit menyamakan langkah kaki lebar pria itu.Beberapa kali, Bella hendak terjungkal. Namun itu tidak terjadi, sebab cengkeraman Ben begitu kuat.Bella tidak tahu ini lantai berapa, dirinya bahkan tidak peduli. Dirinya masih membutuhkan pria ini. Saat langkah ini diambil, Bella tahu jelas tidak ada jalan mundur. Kecuali, dirinya melepaskan rasa dendam dan kebenciannya. Namun, itu tidaklah mungkin.Ben memasukkan kartu dan mendorong pintu kamar hingga terbuka lebar. Lalu, dengan satu tarikan kuat, menarik Bella masuk ke dalam dan melepaskannya. Tubuh Bella limbung dan menabrak dinding kamar itu. Ben membanting pintu kuat hingga tertutup dan melangkah maju, menutup jarak di anta
Langkah kaki David terhenti. Tatapannya terkunci pada sosok yang berada di hadapannya. Sosok memukau yang melangkah pasti ke arahnya. Gaun merah itu ikut bergoyang mengikuti hentakan langkah kaki indah itu. Yang sesekali akan menyelinap keluar dari belahan gaun yang begitu tinggi.Semua itu dilihat David dalam gerakan lambat. Seketika suasana di sekitarnya menjadi hening. David hanya mampu mendengar suara detak jantungnya sendiri. Yang perlahan dan pasti, itu berdetak semakin kencang.Bella mengunci tatapannya, hanya kepada pria itu. Selain untuk menghindar dari Crystal, Bella juga ingin membuktikan perubahan dirinya. Apakah dirinya mampu mencium David di tengah ruangan yang ramai ini? Bahkan, di hadapan kedua orang tua pria itu? Bagaimana jika, David mendorongnya? Tidak, Bella tidak akan mengizinkan hal tersebut terjadi.Setelah menjadi seorang wanita dewasa, penuh percaya diri dan sadar akan kemolekannya, Bella yakin, dirinya tidak akan mampu
Mereka tiba di ballroom hotel mewah itu dan tempat itu dihias dengan begitu mewah, nuansa warna hitam dan emas. Penjagaan sangat ketat, hanya mereka yang memiliki undangan dipersilakan masuk.Bella menyerahkan undangan yang dikirimkan oleh Ben. Mereka diantar masuk ke dalam dengan penuh hormat dan menempati bangku di meja paling dekat dengan jalur catwalk.Suasana begitu meriah dan para tamu yang hadir terlihat spektakuler. Bella dan David duduk saling berhadapan, pelayan datang menawarkan sampanye. Bella juga mulai belajar minum minuman beralkohol dan siapa sangka, dirinya memliki daya tahan yang cukup tinggi. Bahkan, dirinya tidak pernah mabuk setelah minum bergelas-gelas. Jadi, Bella tanpa ragu mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya.David melakukan hal yang sama, mengambil satu gelas sampanye dan meneguknya. Dirinya tidak lagi khawatir saat melihat wanita itu minum, karena David tahu jelas Bella tidak akan mabuk. Tidak seperti pertama
"Tidak! Itu tidak normal dan perlu ditemukan penyebabnya. Jika tidak, maka itu akan menjadi trauma!" tegas David, yang tidak lagi memiliki selera makan. Dirinya tidak suka membahas hal tersebut dengan Bella, tetapi profesionalitasnya diuji kali ini."Benar, aku yakin juga seperti itu. Itu salah satu alasan, mengapa aku ingin memiliki pengalaman lebih akan hal tersebut," ujar Bella yang sambil menyantap makanannya."Kamu tidak bisa menikmatinya dengan Ben, itu artinya juga akan sulit dengan pria lain. Ben, kamu mengenalnya dan kamu kesulitan. Apalagi dengan pria yang tidak kamu kenal," jelas David.Bella mengangguk dan kembali berkata, "Mungkin itu benar. Tetapi, alasan mengapa aku tidak dapat menikmati percintaan itu adalah saat kami bercinta, aku akan memikirkan bagaimana perlakuan Ben terhadap wanita lain. Itu yang menggangguku! Karena itu, aku ingin memiliki pria lain, seperti Ben!" jelas Bella."Apakah kamu mencintainya? Ada ke
Hari ini Bella sama sekali tidak melakukan apa-apa. Dirinya tidak mengikuti kursus apa pun, apalagi pergi ke kampus. Saat langit gelap, Bella turun dari ranjang, mandi dan berganti pakaian. Lalu, makan sedikit. Ya, seharian ini, Bella sama sekali tidak makan maupun minum.Suasana hatinya begitu buruk. Setelah berganti pakaian, Bella pun meninggalkan apartemennya. Menggunakan taksi, dirinya pergi ke klinik David Baker. Saat ini, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam.Bella sampai dan melangkah masuk ke dalam klinik."Selamat malam, Nona Bella," sapa salah seorang perawat yang berada di klinik."Selamat malam," sapa Bella kembali."Bukankah hari ini Nona tidak memiliki jadwal temu dengan Dokter?" tanya sang perawat."Benar, aku memang tidak memiliki jadwal temu. Namun, aku ingin menemui David.""Baiklah, Nona. Akan aku sampaikan kepada Dokter. Namun, di dalam masih ada pasien. Bisakah Nona menu
Bella mandi dan keramas. Dirinya berusaha menghapus semua jejak pria itu di tubuhnya. Ini sulit, sangat sulit bagi Bella. Dirinya sama sekali tidak menikmati percintaan tadi. Namun, itu dilakukan karena kewajiban, jadi cukup menyiksa.Bella keluar dari kamar mandi, dengan rambut basah dan tubuh terbalut jubah mandi. Dirinya mendapati Ben masih berada di sana, duduk di sisi ranjang menatapnya."Mengapa kamu minum obat ini?" tanya Ben, sambil menatap botol obat yang ada digenggamannya.Bella melangkah maju dan melihat botol obat miliknya, sudah berada di genggaman pria itu."Bukankah itu harus?" tanya Bella."Bukankah, seharusnya kamu membahas masalah ini padaku terlebih dahulu?" tanya Ben kembali, tanpa menjawab pertanyaannya.Bella maju satu langkah dan menghela nafas berat, lalu menatap pria itu sambil berkata, "Kamu tahu jelas akan pengalamanku? Lagipula, di dalam kontrak tidak dikatakan aku harus mengandung anakmu! Jadi,
Uhuk Uhuk Uhuk!David tersedak ludahnya sendiri, saat mendengar permintaan Bella."Tunggu! Tunggu! Ada yang harus diluruskan!" sanggah David buru-buru."Tentu! Katakan saja," jawab Bella."Begini, aku akan mendampingimu. Kamu ingin melihat kehidupan malam, maka aku akan menemani dirimu. Aku akan membantumu menemukan pria yang tepat! Walau, itu tidak aku harapkan," jelas David."Apa?" pekik Bella, sambil memutar bola matanya kesal."Aku tidak butuh teori! Aku butuh praktek langsung!" jelas Bella tidak sabar."Ini tawaranku! Apakah kamu mau terima atau tidak, itu terserah padamu!" tegas David."Itu artinya tidak ada ciuman atau seks?" tanya Bella."Tidak! TIDAK!" tegas David kembali.Bella mengangguk dan bertanya, "Namun, tidak masalah jika aku merayu dirimu bukan?""Apakah kamu bisa?" tanya David dengan menaikkan sebelah alis matanya."