H-1 sebelum pernikahan Raline, Bryan benar-benar ontime jam setengah empat sore sudah menjemput Karina. Karina langsung memasukan kopernya ke bagasi mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bryan.
“Kita pamit dulu ya tante.” Ucap Bryan pada Mama Karina.
“Hati-hati ya, maaf banget tante tidak bisa ikutan hadir. Cuma bisa titip hadiah buat Raline. Titip Karina ya Bryan.”
“Siap tante!” Ucap Bryan kemudian masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Karina.
Selama di perjalanan mereka hanya saling diam. Bryan fokus menyetir, dan Karina fokus membaca novel di kindle miliknya.
“Kamu mau mampir dimana dulu gitu? Beli sesuatu?” Tanya Bryan membuka pembicaraan. Namun tidak ada jawaban. Dilihatnya perempuan di sebelahnya, ternyata sudah terlelap.
Dasar. Dia belum berubah sejak saat itu. Dia masih saja suka mudah tidur di sembarang tempat. Batin Bryan. Namun tidak dapat disangkal Karina sekarang jauh lebih cantik, malah seperti ada magnet yang membuat Bryan ingin selalu di dekatnya. Makanya dia memutuskan untuk berangkat ke Resort bersama sahabat adiknya.
Sebenarnya sudah dari dulu Bryan menaruh hati pada Karina. Namun sayangnya karena dulu begitu banyak tuntutan karir dia tidak bisa macam-macam termasuk dalam urusan asmara. Ditambah Karina adalah sahabat adiknya. Bisa-bisa kalau hubungan asmara mereka kenapa-kenapa akan berpengaruh juga dengan hubungan persahabatan adiknya. Jadi saat itu Bryan lebih memilih fokus ke karir dari pada mengikuti perasaannya.
Tak terasa sudah sampai di Resort tempat mereka menginap. Setelah Bryan memarkir mobil, dia menyentuh lembut lengan Karina.
“Bangun Na, kita sudah sampai.”
“Ah, maaf mas aku ketiduran.” Jawab Karina gelagapan karena posisi tidurnya memang kurang bagus.
“Itu pinggir bibir kamu ada liur. Bersihin!”
“Duh maaf. Aku semalem begadang mas karena ngejar target nulis. Karena aku pengen bersenang-senang hari ini tanpa diganggu kerjaan.”
Bryan tidak menjawab, apalagi merespon. Dia malah langsung keluar dari mobil dan mengambil koper di bagasi.
# # #
“Kamu tunggu sini aja ya, jagain kokper kita. Saya mau ke resepsionis maintain kunci kamar.” Ucap Bryan pada Karina.
Karina hanya mengangguk dan memilih duduk di sofa di lobby. Karena udara pantai selatan lumayan panas, Karina membuka sejenak maskernya untuk sekedar minum welcoming drink yang tersedia.
“Hai mbak Karina? Kebetulan banget kita ketemu disini.” Ucap Wanita yang sedang memakai dress selutut dihadapannya. Suaranya lumayan familiar bagi Karina.
“Siapa ya?” Karina berharap ingatannya salah.
“Ini aku Sally mbak!” Ucapnya dengan wajah ceria, sumringah.
Karina hanya mendengus kesal. Kenapa sih harus bertemu disini?
“Oh iya…” Jujur Karina malas berbasa-basi. Karena dia tau perempuan di hadapannya ini sedang bunting anak Dion, mantan tunangannya. Wanita ini muncul di hadapan Karina tanpa rasa berdosa.
Tak lama kemudian, Dion datang menghampiri mereka. Sial! Karina hanya bisa mengumpat dalam hati. Benar-benar merusak mood.
“Mas Dion, ini ada mbak Karina. Mbak, kita disini lagi booking buat tempat pernikahan kita nanti. Datang ya kalau ada waktu.” Ucapnya bersemangat. Sedangkan Dion hanya diam saja, dia salah tingkah sendiri saat bertemu mantan tunangannya.
Si Sally ini cantik sih, hanya saja yang mebuat Karina bertanya-tanya dia polos, bego, atau tidak punya perasaan? Sialnya lagi bagi Karina dari ratusan hotel, Gedung, atau tempat-tempat nikahan yang sejenis kenapa harus disini mereka bertemu?
“Selamat ya! Oh ya aku mau kesana dulu, sudah ada yang tungguin aku.” Ucap Sally singkat. Sally sudah tidak tahan berlama-lama dengan mereka berdua. Air matanya bisa tumpah kalau terus-terusan berhadapan dengan sumber kesedihannya beberapa waktu lalu. Sialnya saat sedikit demi sedikit mulai sembuh dari kesedihan itu, hari ini dia harus bertemu Dion dan Sally.
“Wah kok sudah mau pergi sih mbak? Kita ngobrol-ngobrol dulu yuk. Kan kita lama gak ketemu. Aku terakhir ketemu mbak ya zaman masih di kampus dulu. Udah berapa tahun yang lalu ya itu?” Sally menahan Karina pergi.
“Udah biarin aja, dia lagi ditungguin temannya.” Ucap Dion pada Karina. “Kamu kesini sama siapa?” Kini Dion berani mengajukan pertanyaan kepada Karina sebelum Karina pergi.
“Na, ini keycard kamar kita. Mau masuk sekarang?” Ucap Bryan yang sudah datang dan mendekat kearah Karina. Tentu Dion maupun Selly tidak menyadari kalau yang dihadapannya adalah Bryan si aktor papan atas Indonesia, karena wajah Bryan tertutup masker.
“Kamar kita?” Alis Dion berkerut, mencerna kalimat pria yang baru datang di hadapannya. Sekilas orang yang melihat paham kalau ada arti cemburu disana. Dion tahu lelaki di hadapannya bukan sanak saudara Karina. Sebenarnya dia ingin sekali bertanya pada Karina siapa lelaki yang bersamanya datang ke Resort ini berdua.
“By the way, aku capek banget. Mau istirahat dulu ya. Bye Dion, Sally.” Pamit Karina. Kini Karina memberi kode Bryan untuk segera pergi.
“Mas buruan rangkul aku. Tolong!” Bisik Karina ke Bryan. Dia ingin menunjukkan ke Dion kalau dia baik-baik saja bahkan sedang bersenang-senang dengan pria lain yang keren. Terlebih lagi ke Selly yang dari tadi berlagak lugu dan sok baik namun jelas sekali sengaja ingin memancing keributan dengan Karina. Atau mungkin Selly ingin menunjukan bahwa dia bisa menang karena berhasil merebut Dion dari Karina?
“Is he your ex? Dion?” Tanya Bryan memastikan.
Karina hanya mengangguk. Kemudian Bryan menoleh ke belakang lagi, memastikan apakah Dion dan Selly masih memperhatikan mereka?
Ternyata benar saja. Dion masih memandangi kepergian Karina dan Bryan, mematung di tempatnya dan tak bergeming sedikitpun meskipun tampak Selly sedang ngoceh panjang lebar padanya. Bryan hanya tersenyum melihat drama antara sahabat adiknya bersama mantan tunangannya.
Tiba-tiba Bryan mengecup puncak kepala Karina, tentu saja membuat Karina tersentak kaget. Dia berpikir Bryan gak akan sejauh ini. Harusnya dia minta persetujuan Karina kan? Bukan main nyosor gitu aja.
“Biar akting kalau kamu sudah moveon makin meyakinkan.” Ucap Bryan beralasan.
“Cih, dasar the best actor in our country! Tapi jangan cium gitu lah. Bagian luar masker kan kotor.”
“Hahaha… Sorry!”
# # #
Malam menunjukan pukul 10 malam, setelah makan malam dan menyapa beberapa sanak saudaranya yang menginap di resort Bryan memutuskan ke restoran Resort yang menunjukan view laut selatan untuk menghirup udara segar. Sesampainya di restoran, dia tahu betul dipojokan sana ada Wanita yang sedang tertidur berbantalkan meja makan. Siapa lagi kalau bukan Karina.
“Duh, ni anak kenapa sih dari dulu suka gampang tidur di sembarang tempat.” Batin Bryan. Tanpa fikir panjang Bryan langsung mendatangi Karina. Ternyata gadis cantik ini tidak hanya sekedar tidur, tapi juga mabuk. Bryan mampu menicum bau alkohol dari badan Karina. Dan ada gelas wine yang masih digenggaman tangan perempuan berkulit putih itu.
“Astaga Karina!” Bryan kaget, karena dia tahu betul Karina bukan tipe orang yang meminum minuman beralkohol. Ditambah di restoran outdorr begini dia hanya memakai off shoulder dress yang menunjukan kedua bahunya. Bisa-bisa masuk angin dia. Tanpa fikir Panjang Bryan membuka jaketnya dan ia gunakan untuk menyelimuti tubuh Karina. Terutama bagian bahu mulus Karina, karena selain rentan masuk angin itu juga rentan membuat pikiran pria menjadi kemana-mana.
Bryan paham betul penyebab Karina begini pasti gara-gara pertemuan tak terduganya dengan Dion di lobby tadi. Ditambah calon istri Dion yang tidak sadar diri sok akrab dengan Karina.
“Na! Ayo balik ke kamar kamu. Ini udah malam.” Ucap Bryan sedikit menggoyangkan badan Karina. Namun Karina tidak beraksi. Bryan terus mencoba mengguncang tubuh Karina.
Bryan mencoba beberapa kali mengguncang badannya, namun nihil tidak ada reaksi. Ingin rasanya membiarkan Karina tertidur saja disini, toh dia sudah dewasa, harusnya dia bisa menanggung resiko dengan apa yang dia lakukan. Namun saat Bryan memperhatikan pakaian yang digunakan Karina hanyalah midi dress selutut berwarna hitam dengan tali sekecil spaghetti di pundaknya, bisa-bisa ada yang berniat buruk dan memanfaatkan keadaan kalau melihat perempuan cantik tak berdaya gini.
"Dih dasar bener-bener merepotkan.”
Terbesit rasa khawatir kalau Karina diapa-apain orang lain disini gimana? Atau bahan kalau dia tertidur disini semalaman dengan kostum seperti ini? Punggungnya saja separuh terbuka. Bisa-bisa dia masuk angin, dan gagal mengikuti upacara pernikahan Raline.
Akhirnya Bryan memutuskan membawa Karina ke kamarnya, ia menggeledah tas selempang kecil milik Karina untuk mencari Key Card kamar gadis yang sudah tak sadarkan diri di hadapannya. Dipapahnya Karina, ternyata badannya lumayan berat meski Karina tergolong kurus.
"Aku kurang baik apa sih sama kamu." Ucap Karina merancau.
Pasti karena tadi sore dia bertemu dengan mantan tunangannya beserta wanita yang telah dihamilinya. Semacam luka lama terbuak Kembali.
"Kata mereka aku gak hot kayak Selly." Lanjutnya merancau lagi. Bryan hanya menggeleng miris. Menurutnya Karina lumayan sexy, ini pertama kalinya Bryan melihat Karina pakai baju seminim ini, biasanya gaya karina memakai style casual yang cuma memakai kaos dan celana jeans. Tapi mala mini dress yang dipakai Karina menunjukan lekuk tubuhnya lumayan membuat Bryan sulit konsentrasi sebagai lelaki normal.
"Kalau tahu kamu bakal selingkuh karena aku gak mau kamu ajak tidur, harusnya pas itu aku mau aja. Ayo kita tidur bareng!" Karina makin ngaco.
“Ayo kita bersenang-senang malam ini!” Suara Karina cukup kencang. Dari pada malu-maluin, yang tadinya Bryan memapah Karina akhirnya dia memutuskan untuk menggendongnya ala bridal style, karena mulai merasa sahabat adiknya ini mulai berisik dan bisa jadi salah paham kalau ada orang lain ilhat.
Akhirnya Bryan sampai di Kamar Karina, langsung saja dia menidurkan Karina di atas ranjang dan membantu melepaskan flatshoes milik Karina.
"Jangan pergi!" Karina merancau lagi, kini ia menarik tangan Bryan yang hendak pergi meninggalkannya. Nada ucapannya benar-benar sedih. Membuat Bryan iba. Meskipun tidak akrab, tapi dia mengenal baik Karina karena dia sahabat dekat adiknya sejak lama. Lama-lama Karina menarik perhatian Bryan sedikit demi sedikit, bahkan Bryan selalu tau siapa saja mantan-mantan Karina hingga mendengar kabar Karina akan menikah meskipun akhirnya batal menikah.
“Aku gak mau sendirian.” Ucap Karina sembari menarik Kembali Bryan lebih kencang. Kini posisi badan Bryan benar-benar diatas badan Karina, bahkan tangan gadis yang masih dibawah pengaruh alkohol itu kini memeluk dan melingkar di leher Bryan
Sial! Bryan hanya bisa mengumpat dalam hati karena dia harus bersusah payah menahan naluri normalnya sebagai lelaki.
“Na, lepas Na!” Ucap Bryan. Entah pergi kemana tenaga Bryan, dia tak kuasa melawan, atau lelepaskan diri dari Karina.
Bukannya malah dilepas tapi Karina malah mencium bibir Bryan, dengan refleks Bryan malah memberikan balasan bahkan menikmatinya.
Aku tahu ini tidak benar, Duh Gusti…bisa-bisanya aku malah memanfaatkan wanita tidak berdaya ini. Dar parahnya gadis ini adakah sahabat adikku.
Akal sehat Bryan sudah entah pergi kemana. Yang jelas dalam hati dia mantap kalau terjadi sesuatu dia siap bertanggung jawab. Bukannya dari dulu dia memang tertarik dengan Karina?
Part 4. Gosip Lambe Luweh Malam ini Bryan melupakan siapa perempuan di dekapannya, atau lupa besok adalah hari pernikahan adiknya. Yang dia fikirkan malam ini hanya ingin bersenang-senang dengan Karina. Bryan semakin liar membalas ciuman Karina, kini ciumannya beralih ke leher Karina dan memberikan banyak tanda disana. Tapi anehnya berbeda dengan sebelumnya Karina yang aktif memberikan sentuhan ke Bryan, kini Karina tidak memberikan respon apapun. Saat Bryan menatap wajah Karina sejenak, ternyata Karina sudah tidur. Ah sial, Bryan mati-matian menahan diri, melawan apa yang sudah meronta-ronta dalam dirinya. Dia tidak mau sebrengsek itu memanfaatkan Karina yang sedang mabuk bahkan sedang tidur. Dia kini pergi ke kamar mandi, berendam di bathup untuk meredam badannya yang sudah panas tak karuan. Selesai mandi ditatapnya Karina yang benar-benar pulas tidur, dengan posisi tidur yang sembarangan sehingga paha mulusnya terekspos. Memang sudah jam 1 malam. M
Acara ijab kabul berlangsung dengan lancar. Sedari tadi jelas-jelas Karina menghindari Bryan. Secara sampai detik ini dia masih syok karena bangun tidur sudah sekasur dengan Bryan meskipun mereka tidak melakukan hal itu, namun tetap saja kalau melihat bekas di badannya bisa dipastikan semalam mereka berciuman hebat. Karina bahkan geli membayangkannya, dengan susah payah dia berusaha menutupi kiss Mark yang bertebaran di lehernya dengan foundation jenis full coverage.Di saat jam jeda antara ijab kabul dan resepsi, para tamu berhamburan ada yang mengambil makanan, ada yang sibuk berfoto. Seusai berfotoria denga Raline, Karina memutuskan untuk mengambil segelas minuman dingin. Sangat cocok udara panas laut untuk menikmati minuman dingin. Namun pada saat mengantre telinga Karina tidak sengaja menguping pembicaraan keluarga Raline yang sedang antre untuk mengambil minuman dingin. Mereka ternyata sedang membicarakan Bryan. Mulai dari mau-maunya dilangkahi adeknya padahal selisih u
Sepanjang perjalanan Karina hanya memandang keluar jendela yang ada di sebelah kirinya. Dia benar-benar malas dengan Bryan. Karena gimanapun tindakannya kemarin cukup mengganggunya. Bahkan ponselnya ngehang karena terlalu banyak pesan, telepon, bahkan notifikasi dari teman, saudara, dan tentunya netizen yang tidak dia kenal. Hingga mobil sampai di depan rumah mobil tiba di depan rumah Karina benar-benar engggan memandang Bryan. “Makasih mas tumpangannya.” Ucap Karina tanpa memandang Bryan. Ternyata Bryan ikut turun dari mobil, membantu Karina mengambil kopernya yang ada di bagasi belakang. “Setelah aku fikir-fikir mending mas berpura-pura hubungan kita gak baik kemudian netizen ambil kesimpulan sendiri kalau kita putus.” Ucap Karina saat Bryan selesai menutup pintu bagasi mobil. “Gak, yang ada nama kita malah makin jelek kesannya aku yang campakin. Aku udah terlanjur mengumumkan kalau kamu calon saya, bukan sekedar pacar.” Bagi Bryan nama baik yang di
"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini. "Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya. “Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab. "Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun. "Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara. "Yang jelas aku ga
“Maaf Na, maaf banget untuk saat ini kita gak bisa lanjutin ini semua. Kamu tahu kan posisi aku benar-benar serba salah?” Ucap Dion, yang siang bolong mengajakku ketemuan di taman komplek rumah.Aku berusaha tenang, meskipun nafasku sudah kembang kempis berusaha kalau aku tidak akan meledak.Tapi sayangnya aku meledak juga ketika mengingat selain perasaanku yang hancur karena tunanganku menghamili perempuan lain, belum lagi terfikir berapa kerugian yang sudah dia buat hanya karena kelakuan brengseknya.Plak! Plak! Plak! Sudah tidak terhitung berapa tamparan mendarat di wajahnya, tak peduli dia meringis kesakitan pasrah menerima tamparan-tamparan dariku. Seminggu yang lalu dia hilang tanpa kabar, tanpa pesan. Berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukan perhatian yang kadang aku merasa too much.“Aku janji Na, kalau urusan aku sama Sally, aku bakal balik sama kamu.”What? Dia fikir dia Song Jongki? Sehingga aku den
Saat membuka pintu mobil tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada panggilang masuk dari nomor baru. Langsung saja aku angkat sembari duduk di jok depan dan menutup pintu mobil. “Hai,Karina?” Ucap suara di sebrang sana to the point. “Iya, maaf dengan siapa ya?” “Ini Juno.” Juno? Apa gak salah dia menghubungiku? Tanpa kontrol aku tersenyum mengembang, gimanapun dia pernah mewarnai masa-masa kuliahku selama aku bergabung di club tennis di kampus. “Juno? Apa kabar? Tumben telepon.” “Baik, oh ya kamu di Jogja gak Ra?” “Iya, aku udah resign dari kerjaan kantor aku di Jakarta, jadi aku balik aja ke rumah orang tua.” “Wah kebetulan banget aku minggu depan ke Jogja. Kalau ada waktu meet up atau jalan bareng bisa ya?” “Boleh, nanti kabarin aja kalau mau jalan bareng atau meet up.” Aku tersenyum lebar, tapi berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan su
"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini. "Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya. “Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab. "Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun. "Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara. "Yang jelas aku ga
Sepanjang perjalanan Karina hanya memandang keluar jendela yang ada di sebelah kirinya. Dia benar-benar malas dengan Bryan. Karena gimanapun tindakannya kemarin cukup mengganggunya. Bahkan ponselnya ngehang karena terlalu banyak pesan, telepon, bahkan notifikasi dari teman, saudara, dan tentunya netizen yang tidak dia kenal. Hingga mobil sampai di depan rumah mobil tiba di depan rumah Karina benar-benar engggan memandang Bryan. “Makasih mas tumpangannya.” Ucap Karina tanpa memandang Bryan. Ternyata Bryan ikut turun dari mobil, membantu Karina mengambil kopernya yang ada di bagasi belakang. “Setelah aku fikir-fikir mending mas berpura-pura hubungan kita gak baik kemudian netizen ambil kesimpulan sendiri kalau kita putus.” Ucap Karina saat Bryan selesai menutup pintu bagasi mobil. “Gak, yang ada nama kita malah makin jelek kesannya aku yang campakin. Aku udah terlanjur mengumumkan kalau kamu calon saya, bukan sekedar pacar.” Bagi Bryan nama baik yang di
Acara ijab kabul berlangsung dengan lancar. Sedari tadi jelas-jelas Karina menghindari Bryan. Secara sampai detik ini dia masih syok karena bangun tidur sudah sekasur dengan Bryan meskipun mereka tidak melakukan hal itu, namun tetap saja kalau melihat bekas di badannya bisa dipastikan semalam mereka berciuman hebat. Karina bahkan geli membayangkannya, dengan susah payah dia berusaha menutupi kiss Mark yang bertebaran di lehernya dengan foundation jenis full coverage.Di saat jam jeda antara ijab kabul dan resepsi, para tamu berhamburan ada yang mengambil makanan, ada yang sibuk berfoto. Seusai berfotoria denga Raline, Karina memutuskan untuk mengambil segelas minuman dingin. Sangat cocok udara panas laut untuk menikmati minuman dingin. Namun pada saat mengantre telinga Karina tidak sengaja menguping pembicaraan keluarga Raline yang sedang antre untuk mengambil minuman dingin. Mereka ternyata sedang membicarakan Bryan. Mulai dari mau-maunya dilangkahi adeknya padahal selisih u
Part 4. Gosip Lambe Luweh Malam ini Bryan melupakan siapa perempuan di dekapannya, atau lupa besok adalah hari pernikahan adiknya. Yang dia fikirkan malam ini hanya ingin bersenang-senang dengan Karina. Bryan semakin liar membalas ciuman Karina, kini ciumannya beralih ke leher Karina dan memberikan banyak tanda disana. Tapi anehnya berbeda dengan sebelumnya Karina yang aktif memberikan sentuhan ke Bryan, kini Karina tidak memberikan respon apapun. Saat Bryan menatap wajah Karina sejenak, ternyata Karina sudah tidur. Ah sial, Bryan mati-matian menahan diri, melawan apa yang sudah meronta-ronta dalam dirinya. Dia tidak mau sebrengsek itu memanfaatkan Karina yang sedang mabuk bahkan sedang tidur. Dia kini pergi ke kamar mandi, berendam di bathup untuk meredam badannya yang sudah panas tak karuan. Selesai mandi ditatapnya Karina yang benar-benar pulas tidur, dengan posisi tidur yang sembarangan sehingga paha mulusnya terekspos. Memang sudah jam 1 malam. M
H-1 sebelum pernikahan Raline, Bryan benar-benar ontime jam setengah empat sore sudah menjemput Karina. Karina langsung memasukan kopernya ke bagasi mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bryan.“Kita pamit dulu ya tante.” Ucap Bryan pada Mama Karina.“Hati-hati ya, maaf banget tante tidak bisa ikutan hadir. Cuma bisa titip hadiah buat Raline. Titip Karina ya Bryan.”“Siap tante!” Ucap Bryan kemudian masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Karina.Selama di perjalanan mereka hanya saling diam. Bryan fokus menyetir, dan Karina fokus membaca novel di kindle miliknya.“Kamu mau mampir dimana dulu gitu? Beli sesuatu?” Tanya Bryan membuka pembicaraan. Namun tidak ada jawaban. Dilihatnya perempuan di sebelahnya, ternyata sudah terlelap.Dasar. Dia belum berubah sejak saat itu. Dia masih saja suka mudah tidur di sembarang tempat. Batin Bryan. Namun tidak dapat disangkal Karina sekarang jauh le
Saat membuka pintu mobil tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada panggilang masuk dari nomor baru. Langsung saja aku angkat sembari duduk di jok depan dan menutup pintu mobil. “Hai,Karina?” Ucap suara di sebrang sana to the point. “Iya, maaf dengan siapa ya?” “Ini Juno.” Juno? Apa gak salah dia menghubungiku? Tanpa kontrol aku tersenyum mengembang, gimanapun dia pernah mewarnai masa-masa kuliahku selama aku bergabung di club tennis di kampus. “Juno? Apa kabar? Tumben telepon.” “Baik, oh ya kamu di Jogja gak Ra?” “Iya, aku udah resign dari kerjaan kantor aku di Jakarta, jadi aku balik aja ke rumah orang tua.” “Wah kebetulan banget aku minggu depan ke Jogja. Kalau ada waktu meet up atau jalan bareng bisa ya?” “Boleh, nanti kabarin aja kalau mau jalan bareng atau meet up.” Aku tersenyum lebar, tapi berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan su
“Maaf Na, maaf banget untuk saat ini kita gak bisa lanjutin ini semua. Kamu tahu kan posisi aku benar-benar serba salah?” Ucap Dion, yang siang bolong mengajakku ketemuan di taman komplek rumah.Aku berusaha tenang, meskipun nafasku sudah kembang kempis berusaha kalau aku tidak akan meledak.Tapi sayangnya aku meledak juga ketika mengingat selain perasaanku yang hancur karena tunanganku menghamili perempuan lain, belum lagi terfikir berapa kerugian yang sudah dia buat hanya karena kelakuan brengseknya.Plak! Plak! Plak! Sudah tidak terhitung berapa tamparan mendarat di wajahnya, tak peduli dia meringis kesakitan pasrah menerima tamparan-tamparan dariku. Seminggu yang lalu dia hilang tanpa kabar, tanpa pesan. Berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukan perhatian yang kadang aku merasa too much.“Aku janji Na, kalau urusan aku sama Sally, aku bakal balik sama kamu.”What? Dia fikir dia Song Jongki? Sehingga aku den