Part 4. Gosip Lambe Luweh
Malam ini Bryan melupakan siapa perempuan di dekapannya, atau lupa besok adalah hari pernikahan adiknya. Yang dia fikirkan malam ini hanya ingin bersenang-senang dengan Karina.
Bryan semakin liar membalas ciuman Karina, kini ciumannya beralih ke leher Karina dan memberikan banyak tanda disana. Tapi anehnya berbeda dengan sebelumnya Karina yang aktif memberikan sentuhan ke Bryan, kini Karina tidak memberikan respon apapun. Saat Bryan menatap wajah Karina sejenak, ternyata Karina sudah tidur.
Ah sial, Bryan mati-matian menahan diri, melawan apa yang sudah meronta-ronta dalam dirinya. Dia tidak mau sebrengsek itu memanfaatkan Karina yang sedang mabuk bahkan sedang tidur. Dia kini pergi ke kamar mandi, berendam di bathup untuk meredam badannya yang sudah panas tak karuan.
Selesai mandi ditatapnya Karina yang benar-benar pulas tidur, dengan posisi tidur yang sembarangan sehingga paha mulusnya terekspos. Memang sudah jam 1 malam. Mungkin Karina lelah dari perjalanan ditambah drama bertemu dengan mantan tunangannya. Bryan enggan beranjak untuk Kembali ke kamarnya. Entah kenapa dia masih ingin terus di dekat Karina. Ia mengambil selimut dan menutup badan Karina, kemudian dia berbaring disamping Karina dan masih menatap wajah cantiknya. Hingga Bryan terlelap, tertidur begitu saja.
***
Karina menggeliat dan memijat-mijat kepalanya merasakan pusing dan mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Seingatnya dia meneguk beberapa gelas wine, padahal dia tipikal yang buruk dalam meminum alkohol dan bisa dibilang hanya hitungan jari dia mengkonsumsi alkohol seumur hidupnya. Dan dia terkejut Ketika disampingnya ada sosok yang tentu saja tak asing buatnya.
Ditatapnya sekelilingnya, beruntungnya bajunya masih utuh. Namun kenapa diatas dadanya ada tanda-tanda kemerahan. Sontak itu membuatnya teriak histeris.
“Kenapa sih?” Tanya Bryan.
“Semalem apa yang terjadi?” Karina malah balik tanya.
Bryan membisu, meskipun sebenarnya dia tipikal yang tenang namun dari mimik wajahnya jelas dia sedang bingung harus menjelaskan dari mana dan bagaimana ini bisa terjadi.
“Semalem apa kita berdua yang mabuk?” Selidik Karina meyakinkan, karena dia hanya ingat dirinyalah yang mabuk.
“Cuma kamu yang mabuk. Mabuk berat.” Jawab Bryan yang mencoba tenang.
“Terus ini dari mana?” Karina menunjukan banyak kiss mark di badannya.
“Dari saya.” Jawab Bryan yang kelewat tenang.
Karina mendengus kesal. Kenapa wajah Bryan benar-benar datar dan dingin tanpa rasa bersalalh. Padahal Tindakan Bryn semalam bisa dibilang Tindakan pidana pelecehan seksual, memanfaatkan keadaan gadis yang tak sadar serratus persen.
“Mas tau gak, aku semalam dalam keadaan mabuk, dan mas sadar penuh. Tindakan mas itu udah masuk sexual harassment tau!”
“Kalau mau bilang pelecehan seksual, harusnya saya yang menuntut kamu. Karena kamu yang cium paksa saya awalnya.” Jawab Bryan.
“Apa?” Karina melongo, masih tidak percaya denga napa yang dia dengar.
“Kamu benar-benar memaksa saya. Saya lelaki normal yang kalau ada wanita menggoda dengan agresif ditambah dengan pakaian seperti itu sulit untuk menolak. Niat awal saya baik, mau bawa kamu ke kamar karena kamu ketiduran di restoran outdor dengan angin pantai yang kencang dengan baju seperti itu. Perlu saya ceritakan detailnya? Atau mumpung masih ada waktu perlu reka ulang kejadian kemarin sampai akhirnya banyak tanda merah di tubuh kamu?” Tumben-tumben manusia dingin ini banyak berbicara.
“Gak! Gak! Stop!” Karina hanya menggeleng-geleng, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar, dia tidak mau mendengar lebih detail hal itu. Lagi pula itu terjadi pada saat dia mabuk, dia tidak sadar. Labih baik melupakan semuanya dari pada berusaha mengingat-ingat kejadian memalukan itu.
“Lain kali jangan pakai baju seperti itu lagi kalau sedang di luar.” Ucap Bryan lembut.
“Udah ah, kita lupakan kejadian semalam mas. Dan jangan cerita ke siapapun meskipun ke Raline. Lebih baik kita siap-siap karena pagi ini kita harus udah di tempat pernikahan Raline.” Ucap Karina sambil mendorong badan Bryan agar segera pergi meninggalkan kamarnya.
“Tunggu dulu, dompet dan handphone saya masih disana.” Ucap Bryan Kembali mengambil handphone dan dompetnya yang tergeletak di meja hotel.
“Iya buruan! Buruan!” Ucap Karina yang sepertinya tak tahan lama-lama melihat Bryan.
Tangan Karina mengusap wajahnya dg kasar, kemudian meremas-remas rambutnya sendiri. Dia merasa keadaan dirinya yang kacau malah semakin kacau. Kemudian dia melompat kekasur, menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal dan berteriak sekencang mungkin.
***
Pagi-pagi di tempat pesta satu jam sebelum ijab dimulai, beberapa keluarga besar kedua mempelai sudah berkumpul sesuai instruksi dari pihak wedding organizer. Bryan yang selalu jadi pusat perhatian di keluarga -karena dia paling rupawan dan tentunya artis nasional tanah air- sudah dikerubungi para budhenya dengan berbagai pertanyaan yang membuat Karina geleng-geleng kepala. Mulai dari pertanyaan yang paling umum di tingkat nasional, yaitu bertanya kapan nikah?
“Kapan nyusul? Nanti keburu kepala empat loh.”
“Iya, bahkan sampai dilangkahi sama Raline. Mbokya jangan terlalu milih-milih toh le…”
“Apa mau budhe kenalkan anak teman budhe? Cantik, pintar, jago masak.”
Berubi-tubi para budhe memberi pertanyaan yang bahkan tidak memberikan kesempatan Bryan untuk menjawabnya. Tapi memang Bryan balas menjawabnya juga sih.
“Tapi kamu beneran suka perempuan toh le?”Waduh, ini pertanyaan yang paling gak bisa Bryan diamkan untuk Bryan karena ia merasa terhina sebagai lelaki kalau dianggap tidak menyukai wanita.
“Ya iyalah budhe, saya masih suka perempuan.” Akhirnya Bryan Buka suara.
“Asal jangan istri orang ya mas.” Tiba-tiba Bayu, sang sepupu yang seumuran dengan Bryan memberikan tanggapan yang nyleneh. Suka istri orang? Yang benar saja.
“Ya gak lah. Kayak gak ada perempuan lain aja.” Jawab Bryan ketus.
“Beneran kan mas?” Tanya Bayu meyakinkan.
“Soalnya…anu…gossip dari semalem rame.” Tambah istri Bayu yang ada disampingnya.
Bayu menyodorkan layer ponsel ke hadapan Bryan. Disana ada foto lama Bryan yang sedang berpelukan dengan Helena Dewi, aktris papan atas ibu kota yang sering dipasangkan bersama Bryan dalam beberpa film. Memang chemistry mereka terlalu kuat jika berperan sebagai sepasang kekasih. Makanya banyak fans baper. Namun gimanapun di negara kita kalau sudah menyangkut merusak rumah tangga orang otomatis karir siap-siap hancur.
“Lihat aja di berita online. Dari semalem udah rame.” Ucap Bayu lagi. Sontak seketika semua yang bergerombol disana membuka ponselnya. Titambah geleng-geleng keheranan dengan kelakuan Bryan.
“Itu fitnah. Jangan percaya berita dari akun gossip gak jelas begitu. Mereka cari uang memang dari mengada-ada berita. Saya dengan Helena sebatas teman lawan main, no more. Gak ada bukti juga.”
“Terus foto ini apa kalian berpelukan erat sekali?” Tanya salah satu budhenya yang to the point.
Bryan tidak mungkin kan membeberkan kenyataan yang ada? Yang ada malah ada bahan gossip baru. Namun dia juga tidak mau nama baik yang dia bangun bertahun-tahun hancur karena kesalahpahaman ini.
“Saya sudah ada calon, dan itu buka Helena. Tapi memang tidak saya tunjukan ke public demi melindungi dia. Jadi mohon budhe semuanya bersabar ya sampai saya umumkan kapan kita menngadakan pernikahan.” Ucap Bryan asal nyeplos. Bodo amat kan ya, yang penting dia terbebas dari tuduhan gay dan perebut istri orang. Sebenarnya dia anti sekali dengan yang Namanya berbohong. Tapi tuduhan-tuduhan yang menjadi-jadi ini membuat Bryan engap.
“Permisi budhe-budhe, saya mau ke toilet dulu.” Pamit Bryan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan atau tuduhan-tuduhan tak berdasar lainnya.
Bryan tidak bisa membayangkan nanti di rumah pasti dia juga akan siap-siap ditanya mama papanya terkait kabar yang tidak mengenakkan ini. Membayangkannya saja sudah membuat dia sakit kepala
***
Acara ijab kabul berlangsung dengan lancar. Sedari tadi jelas-jelas Karina menghindari Bryan. Secara sampai detik ini dia masih syok karena bangun tidur sudah sekasur dengan Bryan meskipun mereka tidak melakukan hal itu, namun tetap saja kalau melihat bekas di badannya bisa dipastikan semalam mereka berciuman hebat. Karina bahkan geli membayangkannya, dengan susah payah dia berusaha menutupi kiss Mark yang bertebaran di lehernya dengan foundation jenis full coverage.Di saat jam jeda antara ijab kabul dan resepsi, para tamu berhamburan ada yang mengambil makanan, ada yang sibuk berfoto. Seusai berfotoria denga Raline, Karina memutuskan untuk mengambil segelas minuman dingin. Sangat cocok udara panas laut untuk menikmati minuman dingin. Namun pada saat mengantre telinga Karina tidak sengaja menguping pembicaraan keluarga Raline yang sedang antre untuk mengambil minuman dingin. Mereka ternyata sedang membicarakan Bryan. Mulai dari mau-maunya dilangkahi adeknya padahal selisih u
Sepanjang perjalanan Karina hanya memandang keluar jendela yang ada di sebelah kirinya. Dia benar-benar malas dengan Bryan. Karena gimanapun tindakannya kemarin cukup mengganggunya. Bahkan ponselnya ngehang karena terlalu banyak pesan, telepon, bahkan notifikasi dari teman, saudara, dan tentunya netizen yang tidak dia kenal. Hingga mobil sampai di depan rumah mobil tiba di depan rumah Karina benar-benar engggan memandang Bryan. “Makasih mas tumpangannya.” Ucap Karina tanpa memandang Bryan. Ternyata Bryan ikut turun dari mobil, membantu Karina mengambil kopernya yang ada di bagasi belakang. “Setelah aku fikir-fikir mending mas berpura-pura hubungan kita gak baik kemudian netizen ambil kesimpulan sendiri kalau kita putus.” Ucap Karina saat Bryan selesai menutup pintu bagasi mobil. “Gak, yang ada nama kita malah makin jelek kesannya aku yang campakin. Aku udah terlanjur mengumumkan kalau kamu calon saya, bukan sekedar pacar.” Bagi Bryan nama baik yang di
"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini. "Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya. “Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab. "Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun. "Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara. "Yang jelas aku ga
“Maaf Na, maaf banget untuk saat ini kita gak bisa lanjutin ini semua. Kamu tahu kan posisi aku benar-benar serba salah?” Ucap Dion, yang siang bolong mengajakku ketemuan di taman komplek rumah.Aku berusaha tenang, meskipun nafasku sudah kembang kempis berusaha kalau aku tidak akan meledak.Tapi sayangnya aku meledak juga ketika mengingat selain perasaanku yang hancur karena tunanganku menghamili perempuan lain, belum lagi terfikir berapa kerugian yang sudah dia buat hanya karena kelakuan brengseknya.Plak! Plak! Plak! Sudah tidak terhitung berapa tamparan mendarat di wajahnya, tak peduli dia meringis kesakitan pasrah menerima tamparan-tamparan dariku. Seminggu yang lalu dia hilang tanpa kabar, tanpa pesan. Berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukan perhatian yang kadang aku merasa too much.“Aku janji Na, kalau urusan aku sama Sally, aku bakal balik sama kamu.”What? Dia fikir dia Song Jongki? Sehingga aku den
Saat membuka pintu mobil tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada panggilang masuk dari nomor baru. Langsung saja aku angkat sembari duduk di jok depan dan menutup pintu mobil. “Hai,Karina?” Ucap suara di sebrang sana to the point. “Iya, maaf dengan siapa ya?” “Ini Juno.” Juno? Apa gak salah dia menghubungiku? Tanpa kontrol aku tersenyum mengembang, gimanapun dia pernah mewarnai masa-masa kuliahku selama aku bergabung di club tennis di kampus. “Juno? Apa kabar? Tumben telepon.” “Baik, oh ya kamu di Jogja gak Ra?” “Iya, aku udah resign dari kerjaan kantor aku di Jakarta, jadi aku balik aja ke rumah orang tua.” “Wah kebetulan banget aku minggu depan ke Jogja. Kalau ada waktu meet up atau jalan bareng bisa ya?” “Boleh, nanti kabarin aja kalau mau jalan bareng atau meet up.” Aku tersenyum lebar, tapi berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan su
H-1 sebelum pernikahan Raline, Bryan benar-benar ontime jam setengah empat sore sudah menjemput Karina. Karina langsung memasukan kopernya ke bagasi mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bryan.“Kita pamit dulu ya tante.” Ucap Bryan pada Mama Karina.“Hati-hati ya, maaf banget tante tidak bisa ikutan hadir. Cuma bisa titip hadiah buat Raline. Titip Karina ya Bryan.”“Siap tante!” Ucap Bryan kemudian masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Karina.Selama di perjalanan mereka hanya saling diam. Bryan fokus menyetir, dan Karina fokus membaca novel di kindle miliknya.“Kamu mau mampir dimana dulu gitu? Beli sesuatu?” Tanya Bryan membuka pembicaraan. Namun tidak ada jawaban. Dilihatnya perempuan di sebelahnya, ternyata sudah terlelap.Dasar. Dia belum berubah sejak saat itu. Dia masih saja suka mudah tidur di sembarang tempat. Batin Bryan. Namun tidak dapat disangkal Karina sekarang jauh le
"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini. "Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya. “Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab. "Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun. "Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara. "Yang jelas aku ga
Sepanjang perjalanan Karina hanya memandang keluar jendela yang ada di sebelah kirinya. Dia benar-benar malas dengan Bryan. Karena gimanapun tindakannya kemarin cukup mengganggunya. Bahkan ponselnya ngehang karena terlalu banyak pesan, telepon, bahkan notifikasi dari teman, saudara, dan tentunya netizen yang tidak dia kenal. Hingga mobil sampai di depan rumah mobil tiba di depan rumah Karina benar-benar engggan memandang Bryan. “Makasih mas tumpangannya.” Ucap Karina tanpa memandang Bryan. Ternyata Bryan ikut turun dari mobil, membantu Karina mengambil kopernya yang ada di bagasi belakang. “Setelah aku fikir-fikir mending mas berpura-pura hubungan kita gak baik kemudian netizen ambil kesimpulan sendiri kalau kita putus.” Ucap Karina saat Bryan selesai menutup pintu bagasi mobil. “Gak, yang ada nama kita malah makin jelek kesannya aku yang campakin. Aku udah terlanjur mengumumkan kalau kamu calon saya, bukan sekedar pacar.” Bagi Bryan nama baik yang di
Acara ijab kabul berlangsung dengan lancar. Sedari tadi jelas-jelas Karina menghindari Bryan. Secara sampai detik ini dia masih syok karena bangun tidur sudah sekasur dengan Bryan meskipun mereka tidak melakukan hal itu, namun tetap saja kalau melihat bekas di badannya bisa dipastikan semalam mereka berciuman hebat. Karina bahkan geli membayangkannya, dengan susah payah dia berusaha menutupi kiss Mark yang bertebaran di lehernya dengan foundation jenis full coverage.Di saat jam jeda antara ijab kabul dan resepsi, para tamu berhamburan ada yang mengambil makanan, ada yang sibuk berfoto. Seusai berfotoria denga Raline, Karina memutuskan untuk mengambil segelas minuman dingin. Sangat cocok udara panas laut untuk menikmati minuman dingin. Namun pada saat mengantre telinga Karina tidak sengaja menguping pembicaraan keluarga Raline yang sedang antre untuk mengambil minuman dingin. Mereka ternyata sedang membicarakan Bryan. Mulai dari mau-maunya dilangkahi adeknya padahal selisih u
Part 4. Gosip Lambe Luweh Malam ini Bryan melupakan siapa perempuan di dekapannya, atau lupa besok adalah hari pernikahan adiknya. Yang dia fikirkan malam ini hanya ingin bersenang-senang dengan Karina. Bryan semakin liar membalas ciuman Karina, kini ciumannya beralih ke leher Karina dan memberikan banyak tanda disana. Tapi anehnya berbeda dengan sebelumnya Karina yang aktif memberikan sentuhan ke Bryan, kini Karina tidak memberikan respon apapun. Saat Bryan menatap wajah Karina sejenak, ternyata Karina sudah tidur. Ah sial, Bryan mati-matian menahan diri, melawan apa yang sudah meronta-ronta dalam dirinya. Dia tidak mau sebrengsek itu memanfaatkan Karina yang sedang mabuk bahkan sedang tidur. Dia kini pergi ke kamar mandi, berendam di bathup untuk meredam badannya yang sudah panas tak karuan. Selesai mandi ditatapnya Karina yang benar-benar pulas tidur, dengan posisi tidur yang sembarangan sehingga paha mulusnya terekspos. Memang sudah jam 1 malam. M
H-1 sebelum pernikahan Raline, Bryan benar-benar ontime jam setengah empat sore sudah menjemput Karina. Karina langsung memasukan kopernya ke bagasi mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bryan.“Kita pamit dulu ya tante.” Ucap Bryan pada Mama Karina.“Hati-hati ya, maaf banget tante tidak bisa ikutan hadir. Cuma bisa titip hadiah buat Raline. Titip Karina ya Bryan.”“Siap tante!” Ucap Bryan kemudian masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Karina.Selama di perjalanan mereka hanya saling diam. Bryan fokus menyetir, dan Karina fokus membaca novel di kindle miliknya.“Kamu mau mampir dimana dulu gitu? Beli sesuatu?” Tanya Bryan membuka pembicaraan. Namun tidak ada jawaban. Dilihatnya perempuan di sebelahnya, ternyata sudah terlelap.Dasar. Dia belum berubah sejak saat itu. Dia masih saja suka mudah tidur di sembarang tempat. Batin Bryan. Namun tidak dapat disangkal Karina sekarang jauh le
Saat membuka pintu mobil tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada panggilang masuk dari nomor baru. Langsung saja aku angkat sembari duduk di jok depan dan menutup pintu mobil. “Hai,Karina?” Ucap suara di sebrang sana to the point. “Iya, maaf dengan siapa ya?” “Ini Juno.” Juno? Apa gak salah dia menghubungiku? Tanpa kontrol aku tersenyum mengembang, gimanapun dia pernah mewarnai masa-masa kuliahku selama aku bergabung di club tennis di kampus. “Juno? Apa kabar? Tumben telepon.” “Baik, oh ya kamu di Jogja gak Ra?” “Iya, aku udah resign dari kerjaan kantor aku di Jakarta, jadi aku balik aja ke rumah orang tua.” “Wah kebetulan banget aku minggu depan ke Jogja. Kalau ada waktu meet up atau jalan bareng bisa ya?” “Boleh, nanti kabarin aja kalau mau jalan bareng atau meet up.” Aku tersenyum lebar, tapi berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan su
“Maaf Na, maaf banget untuk saat ini kita gak bisa lanjutin ini semua. Kamu tahu kan posisi aku benar-benar serba salah?” Ucap Dion, yang siang bolong mengajakku ketemuan di taman komplek rumah.Aku berusaha tenang, meskipun nafasku sudah kembang kempis berusaha kalau aku tidak akan meledak.Tapi sayangnya aku meledak juga ketika mengingat selain perasaanku yang hancur karena tunanganku menghamili perempuan lain, belum lagi terfikir berapa kerugian yang sudah dia buat hanya karena kelakuan brengseknya.Plak! Plak! Plak! Sudah tidak terhitung berapa tamparan mendarat di wajahnya, tak peduli dia meringis kesakitan pasrah menerima tamparan-tamparan dariku. Seminggu yang lalu dia hilang tanpa kabar, tanpa pesan. Berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukan perhatian yang kadang aku merasa too much.“Aku janji Na, kalau urusan aku sama Sally, aku bakal balik sama kamu.”What? Dia fikir dia Song Jongki? Sehingga aku den