Acara ijab kabul berlangsung dengan lancar. Sedari tadi jelas-jelas Karina menghindari Bryan. Secara sampai detik ini dia masih syok karena bangun tidur sudah sekasur dengan Bryan meskipun mereka tidak melakukan hal itu, namun tetap saja kalau melihat bekas di badannya bisa dipastikan semalam mereka berciuman hebat. Karina bahkan geli membayangkannya, dengan susah payah dia berusaha menutupi kiss Mark yang bertebaran di lehernya dengan foundation jenis full coverage.
Di saat jam jeda antara ijab kabul dan resepsi, para tamu berhamburan ada yang mengambil makanan, ada yang sibuk berfoto. Seusai berfotoria denga Raline, Karina memutuskan untuk mengambil segelas minuman dingin. Sangat cocok udara panas laut untuk menikmati minuman dingin. Namun pada saat mengantre telinga Karina tidak sengaja menguping pembicaraan keluarga Raline yang sedang antre untuk mengambil minuman dingin. Mereka ternyata sedang membicarakan Bryan. Mulai dari mau-maunya dilangkahi adeknya padahal selisih umur mereka saja sampai lima belas tahun, sampai apakah beneran Bryan itu pecinta sesame, sampai gossip hot, paling hot, dan terhot yang baru diluncurkan di akun gossip semalam. Yaitu berita bahwa Bryan adalah pebinor alias perebut bini orang.
Setelah mengambil jus jeruk dingin, Karina mencari tempat untuk duduk. Iseng-iseng dia membuka akun gossip yang ada di I*******m. Dan benar saja, yang jadi headline dari semalam adalah berita tenang Bryan yang diperkirakan menjadi orang ketiga diantara Helena Dewi dan suaminya.
Karina hanya bisa menggeleng-geleng heran sekaligus tak percaya. Bisa-bisanya lelaki yang sudah merusak rumah tangga orang itu semalam justru berciuman liar dengannya ketika mabuk, sungguh menggelikan. Kemana Bryan lelaki baik-baik, berkelas dan selalu hati-hati dalam mengambil tindakan yang dahulu dia kenal? Sekarang dimata Karina Bryan sepenuhnya lelaki berengsek, cenderung sembrono dan terlalu mengikuti hawa nafsu.
***
“Saya sudah tegaskan ya, pertama saya bukan gay. Kedua saya sudah punya calon untuk ke jalan yang lebih serius, dan itu bukan Helena Dewi.” Bryan nyaris ngegass kali ini Ketika beberapa wartawan tiba-tiba nekat nyusul dia ke tempat pernikahan adiknya. Untung acaranya hampir selesai, jadi setidaknya tidak terlalu mengganggu proses acara yang ada hari ini. Tapi bisa-bisanya posisi dia dimana sekarang bocor, mungkin karena gossip semalam yang sedang hot jadi para wartawan ini bener-bener ngebet untuk mencari keberadaannya. Ditambah tadi pagi ada berita heboh kalau Helena Dewi habis update lewat snapgram sedang ada di Jogja, sehingga memperkuat dugaan para netizen kalau dia ada apa-apa dengan Helena. Mereka dicurigai bakal ketemuan atau bakal berkencan dan sejenisnya.
“Wah berarti calonnya ada disini donk mas? Kan udah ke jalan serius! Kenalin ke pers donk mas.”
Bryan sedikit menyesal bilang kearah serius, tapi kalau dibilang tidak serius juga pasti mereka menuduh kalau ini settingan. Yang jelas calon yang dia maksud memang ghoib.
“Siapa orangnya mas? Kalau sudah serius pasti ada disini donk, gak bohong kan?”
“Ada disini.” Jawab Bryan singkat.
“Beneran ada kan mas? Kalau ada tunjukin donk, biar clear klarifikasinya.” Para pemburu gossip ini pun terus menodong Bryan. Seakan mendesak untuk mengetahui apakah Bryan jujur benar-benar memiliki seseorang yang dia sukai atau sebaliknya.
Kalau Bryan tidak pandai berakting mungkin akan tampak jelas kalau dia sedang gelagapan, namun dia pandai menutupinya dengan tetap tersenyum dan tenang. Mau tidak mau dia harus memenuhi permintaan awak media untuk menampilkan calon yang dia maksud.
Masalahnya di pesta ini semua hanya kerabat dan saudaranya. Kalau minta tolong saudara buat ngaku-ngaku jadi calonnya yang ada malah terjadi kehebohan internal. Bryan gak mau itu terjadi, cukup tadi pagi saja kepalanya sakit karena menghadapi budhe-budhenya. Ah, kecuali Karina! Dan dia single meskipun baru saja batal menikah dengan tunangannya. Setidaknya dia yang paling aman.
“Itu dia orangnya!” Ucap Bryan sambil berjalan menghampiri Karina yang sedang sibuk mengarahkan ponselnya untuk merekam suasana pesta.
“Ini calon saya yang kalian tanyakan.” Ucap Bryan ke awak media.
Karina yang tidak paham suasana macam apa yang sedang ia hadapi hanya bengong dan terima-terima saja saat Bryan merangkul mesra Karina di depan para wartawan gossip.
“Wah pantesan, Sudah pakai baju seragam, ternyata sudah dianggap bagian dari keluarga mas Bryan ya.” Ucap salah satu dari mereka.
Beberapa kamera wartawan sibuk memotret Karina, untung mukanya sedang ditutup masker, kalau tidak dia tak bisa menyembunyikan wajahnya yang sedang misuh-misuh karena dia meyakini kalau dia berada di posisi yang semakin sulit setelah ini.
“Untuk terakhir pose yang mesra donk mas Bryan pose yang mesra donk.”
Kalau saja tidak terekam awak media mugkin Bryan sudah memutar bola matanya dengan ekspresi sebal. Karena tidak mau banyak basa-basi dan ingin mengakhiri segalanya dengan cepat Bryan malah melepas masker Karina, dan mencium bibirnya. Seketika wartawan heboh, jepretan blitz camera juga makin ramai.
“Saya rasa sudah cukup ya wawancara hari ini. Mohon maaf karena kami sudah lelah sekali hari ini.” Ucap Bryan meninggalkan wartawan, salah satu tangannya kini menggandeng Karina mengajaknya pergi dari keramaian dan menuju ke kamar hotel tempat mereka menginap.
Bryan yang sedang banyak fikiran hanya diam saja. Bahkan sampai di depan kamar Karina dia tak sadar masih menggandeng tangan gadis cantik itu.
“Kita pulang jam berapa hari ini mas?” tanya Karina memecah keheningan diantara mereka.
“Saya berencana memperpanjang jadwal menginap kamar kita. Besok pagi saja kita pulang. Saya sedang banyak fikiran dan sedikit lelah, takut tidak fokus menyetir nanti.” Jawab Bryan sambil melepas genggaman tangannya dengan Karina. Dia kini berlalu pergi.
Karina hanya menghela nafas dengan berat, kenapa Bryan selalu bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa. Bagi Bryan berakting berciuman bibir mungkin itu biasa, tapi bagi Karina itu bukanlah hal biasa. Setidaknya Bryan memberi penjelasan apa yang terjadi barusan, meminta maaf atau bahkan berterimakasih karena berkat karina juga Bryan dari masalah gossip-gosip itu.
***
Usai mengikuti acara pernikahan yang melelahkan sampai menghadapi kegaduhan di pesta adiknya Bryan memutuskan segera mandi dan merebahkan dirinya di kasur. Ia sudah bilang ke resepsionis kalau booking kamarnya dan Karina diperpanjang sampai besok. Dia memejamkan matanya dan sesekali memijat kepalanya yang pusing.
“Kenapa saya sumbu pendek sekali sih hari ini? Mudah terpancing sana-sini. Bahkan malah berbohong di depan para wartawan. Parahnya harus mengorbankan Karina.” Gumamnya kesal.
Bryan memilih tidur. Setidaknya selain untuk istirahat, dengan tidur dia bisa kabur dari masalah di dunia nyata sejenak. Siapa tahu saat bangun fikiran ia lebih fresh.
***
Malam hari Karina menggedor-gedor kamar Bryan, Karina benar-benar sudah tidak tahan. Gara-gara ulah Bryan siang tadi memberikan efek luar biasa di hidup Karina. Mulai dari banyaknya sosial medianya follower request yang membludak, DM masuk bertubi-tubi mulai dari mendukung hingga menghujat fisik Karina, bahkan akun-akun gossip pun sudah memposting foto mereka saat berciuman di depan pers. Melihat foto itu membuat Karina jijik dan tersulut emosi. Namun yang paling tidak tertahankan adalah kesalahpahaman dari keluarga besar Karina.
“Ada apa sih gedor-gedornya kayak gitu banget?” Ucap Bryan setelah membuka pintu kamarnya.
“Mas gak mau memberikan penjelasan apapun gitu terkait kejadian tadi? Atau minta maaf karena saya sudah terseret ke dunia pergosipan tanah air? Foto mas menciumku dengan seenaknya itu sudah tersebar ke berbagai akun gossip. Bahkan ada yang mengirim ke group keluarga!” Ucap Karina dengan wajah kesalnya.
“Kamu masuk dulu. Kita ngobrol di dalam.” Karina masuk dan langsung duduk di sofa, sedangkan Bryan duduk di tepi ranjang.
“Tau gak mas hari ini aku mematikan ponsel aku. Berisik banget! Netizen langsung pada kepo. Ditambah saudara-saudara aku yang belum tahu kalau pernikahanku dibatalkan jadi menganggap calon suami aku itu kamu, mas!”
“Kita lanjutkan saja ke jenjang pernikahan.” Ucapnya enteng denga wajah dingin itu sebenarnya menjengkelkan buat Karina. Dia pikir pernikahan adalah main-main?
“Apa?!” Karina malah makin kesal bukan main. Menurutnya itu hanya menambah daftar penderitaan hidup.
“Ini kan menguntungkan buat kita. Buatku bakal menghapus rumor kalau aku gay atau penghancur rumah tangga orang. Buat kamu juga menguntungkan karena aku mengganti mempelai lelaki yang pergi. Win win solution kan?”
Karina hanya mendengus kesal. Rasanya dia mau meledak. Kenapa laki-laki di depannya ini tidak ada niatan mau minta maaf sih? Malah ngajak nikah. Ngajak nikah dengan wajah sedingin dan sesantai itu? Bagaimana bisa dia hidup dengan manusia macam itu hingga akhir hayatnya.
“Mas ngajak aku nikah?”
“Iya, ini solusi buat kita berdua.”
“Gak! Aku gak mau! Mending mas ngaku di media kalau mas sudah putus dengan saya. Ini lebih solutif.” Ucap karina semangat karena merasa menemukan jawaban paling tepa tatas masalah mereka.
“Kalau kamu gak mau, saya ngomong lansung saja minta sama mama kamu setelah kita pulang dari sini nanti.”
“Minta? Minta apa maksudnya?”
“Minta kamu jadi istri saya.”
Sepanjang perjalanan Karina hanya memandang keluar jendela yang ada di sebelah kirinya. Dia benar-benar malas dengan Bryan. Karena gimanapun tindakannya kemarin cukup mengganggunya. Bahkan ponselnya ngehang karena terlalu banyak pesan, telepon, bahkan notifikasi dari teman, saudara, dan tentunya netizen yang tidak dia kenal. Hingga mobil sampai di depan rumah mobil tiba di depan rumah Karina benar-benar engggan memandang Bryan. “Makasih mas tumpangannya.” Ucap Karina tanpa memandang Bryan. Ternyata Bryan ikut turun dari mobil, membantu Karina mengambil kopernya yang ada di bagasi belakang. “Setelah aku fikir-fikir mending mas berpura-pura hubungan kita gak baik kemudian netizen ambil kesimpulan sendiri kalau kita putus.” Ucap Karina saat Bryan selesai menutup pintu bagasi mobil. “Gak, yang ada nama kita malah makin jelek kesannya aku yang campakin. Aku udah terlanjur mengumumkan kalau kamu calon saya, bukan sekedar pacar.” Bagi Bryan nama baik yang di
"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini. "Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya. “Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab. "Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun. "Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara. "Yang jelas aku ga
“Maaf Na, maaf banget untuk saat ini kita gak bisa lanjutin ini semua. Kamu tahu kan posisi aku benar-benar serba salah?” Ucap Dion, yang siang bolong mengajakku ketemuan di taman komplek rumah.Aku berusaha tenang, meskipun nafasku sudah kembang kempis berusaha kalau aku tidak akan meledak.Tapi sayangnya aku meledak juga ketika mengingat selain perasaanku yang hancur karena tunanganku menghamili perempuan lain, belum lagi terfikir berapa kerugian yang sudah dia buat hanya karena kelakuan brengseknya.Plak! Plak! Plak! Sudah tidak terhitung berapa tamparan mendarat di wajahnya, tak peduli dia meringis kesakitan pasrah menerima tamparan-tamparan dariku. Seminggu yang lalu dia hilang tanpa kabar, tanpa pesan. Berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukan perhatian yang kadang aku merasa too much.“Aku janji Na, kalau urusan aku sama Sally, aku bakal balik sama kamu.”What? Dia fikir dia Song Jongki? Sehingga aku den
Saat membuka pintu mobil tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada panggilang masuk dari nomor baru. Langsung saja aku angkat sembari duduk di jok depan dan menutup pintu mobil. “Hai,Karina?” Ucap suara di sebrang sana to the point. “Iya, maaf dengan siapa ya?” “Ini Juno.” Juno? Apa gak salah dia menghubungiku? Tanpa kontrol aku tersenyum mengembang, gimanapun dia pernah mewarnai masa-masa kuliahku selama aku bergabung di club tennis di kampus. “Juno? Apa kabar? Tumben telepon.” “Baik, oh ya kamu di Jogja gak Ra?” “Iya, aku udah resign dari kerjaan kantor aku di Jakarta, jadi aku balik aja ke rumah orang tua.” “Wah kebetulan banget aku minggu depan ke Jogja. Kalau ada waktu meet up atau jalan bareng bisa ya?” “Boleh, nanti kabarin aja kalau mau jalan bareng atau meet up.” Aku tersenyum lebar, tapi berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan su
H-1 sebelum pernikahan Raline, Bryan benar-benar ontime jam setengah empat sore sudah menjemput Karina. Karina langsung memasukan kopernya ke bagasi mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bryan.“Kita pamit dulu ya tante.” Ucap Bryan pada Mama Karina.“Hati-hati ya, maaf banget tante tidak bisa ikutan hadir. Cuma bisa titip hadiah buat Raline. Titip Karina ya Bryan.”“Siap tante!” Ucap Bryan kemudian masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Karina.Selama di perjalanan mereka hanya saling diam. Bryan fokus menyetir, dan Karina fokus membaca novel di kindle miliknya.“Kamu mau mampir dimana dulu gitu? Beli sesuatu?” Tanya Bryan membuka pembicaraan. Namun tidak ada jawaban. Dilihatnya perempuan di sebelahnya, ternyata sudah terlelap.Dasar. Dia belum berubah sejak saat itu. Dia masih saja suka mudah tidur di sembarang tempat. Batin Bryan. Namun tidak dapat disangkal Karina sekarang jauh le
Part 4. Gosip Lambe Luweh Malam ini Bryan melupakan siapa perempuan di dekapannya, atau lupa besok adalah hari pernikahan adiknya. Yang dia fikirkan malam ini hanya ingin bersenang-senang dengan Karina. Bryan semakin liar membalas ciuman Karina, kini ciumannya beralih ke leher Karina dan memberikan banyak tanda disana. Tapi anehnya berbeda dengan sebelumnya Karina yang aktif memberikan sentuhan ke Bryan, kini Karina tidak memberikan respon apapun. Saat Bryan menatap wajah Karina sejenak, ternyata Karina sudah tidur. Ah sial, Bryan mati-matian menahan diri, melawan apa yang sudah meronta-ronta dalam dirinya. Dia tidak mau sebrengsek itu memanfaatkan Karina yang sedang mabuk bahkan sedang tidur. Dia kini pergi ke kamar mandi, berendam di bathup untuk meredam badannya yang sudah panas tak karuan. Selesai mandi ditatapnya Karina yang benar-benar pulas tidur, dengan posisi tidur yang sembarangan sehingga paha mulusnya terekspos. Memang sudah jam 1 malam. M
"Kenapa sih pakai beneran cium!" Karina marah besar saat mereka benar-benar berdua saja di dalam mobil. Setidaknya ini tempat paling aman untuk membicarakan hal ini. "Biar maksimal dan lebih meyakinkan." Ucap Bryan yang sibuk memasang sabuk pengaman dan mulai mengendarai mobilnya. “Kita itu mau photo prewedding, bukan mau shooting Twenty Shades of Gray. Cukup pura-pura ciuman aja!” Karina kesal mengingat bibirnya dijamah seenaknya oleh pria disampingnya ini. Namun pria itu tidak ada respon, tidak minta maaf maupun tidak memberi pejelasan. Seperti sedang lepas tanggung jawab. "Meyakinkan? Meyakinkan kalau mas niat nikah beneran sama aku? Kalau mas bukan perusak rumah tangga Helena?" Karina masih tidak puas, dia masih mengomel karena Bryan hanya diam saja tidak memberikan respon apapun. "Gak usah bahas itu. Gimanapun saya gak mau nama baik yang sudah saya bangun rusak hanya karena gosip tidak jelas." Akhirnya Bryan buka suara. "Yang jelas aku ga
Sepanjang perjalanan Karina hanya memandang keluar jendela yang ada di sebelah kirinya. Dia benar-benar malas dengan Bryan. Karena gimanapun tindakannya kemarin cukup mengganggunya. Bahkan ponselnya ngehang karena terlalu banyak pesan, telepon, bahkan notifikasi dari teman, saudara, dan tentunya netizen yang tidak dia kenal. Hingga mobil sampai di depan rumah mobil tiba di depan rumah Karina benar-benar engggan memandang Bryan. “Makasih mas tumpangannya.” Ucap Karina tanpa memandang Bryan. Ternyata Bryan ikut turun dari mobil, membantu Karina mengambil kopernya yang ada di bagasi belakang. “Setelah aku fikir-fikir mending mas berpura-pura hubungan kita gak baik kemudian netizen ambil kesimpulan sendiri kalau kita putus.” Ucap Karina saat Bryan selesai menutup pintu bagasi mobil. “Gak, yang ada nama kita malah makin jelek kesannya aku yang campakin. Aku udah terlanjur mengumumkan kalau kamu calon saya, bukan sekedar pacar.” Bagi Bryan nama baik yang di
Acara ijab kabul berlangsung dengan lancar. Sedari tadi jelas-jelas Karina menghindari Bryan. Secara sampai detik ini dia masih syok karena bangun tidur sudah sekasur dengan Bryan meskipun mereka tidak melakukan hal itu, namun tetap saja kalau melihat bekas di badannya bisa dipastikan semalam mereka berciuman hebat. Karina bahkan geli membayangkannya, dengan susah payah dia berusaha menutupi kiss Mark yang bertebaran di lehernya dengan foundation jenis full coverage.Di saat jam jeda antara ijab kabul dan resepsi, para tamu berhamburan ada yang mengambil makanan, ada yang sibuk berfoto. Seusai berfotoria denga Raline, Karina memutuskan untuk mengambil segelas minuman dingin. Sangat cocok udara panas laut untuk menikmati minuman dingin. Namun pada saat mengantre telinga Karina tidak sengaja menguping pembicaraan keluarga Raline yang sedang antre untuk mengambil minuman dingin. Mereka ternyata sedang membicarakan Bryan. Mulai dari mau-maunya dilangkahi adeknya padahal selisih u
Part 4. Gosip Lambe Luweh Malam ini Bryan melupakan siapa perempuan di dekapannya, atau lupa besok adalah hari pernikahan adiknya. Yang dia fikirkan malam ini hanya ingin bersenang-senang dengan Karina. Bryan semakin liar membalas ciuman Karina, kini ciumannya beralih ke leher Karina dan memberikan banyak tanda disana. Tapi anehnya berbeda dengan sebelumnya Karina yang aktif memberikan sentuhan ke Bryan, kini Karina tidak memberikan respon apapun. Saat Bryan menatap wajah Karina sejenak, ternyata Karina sudah tidur. Ah sial, Bryan mati-matian menahan diri, melawan apa yang sudah meronta-ronta dalam dirinya. Dia tidak mau sebrengsek itu memanfaatkan Karina yang sedang mabuk bahkan sedang tidur. Dia kini pergi ke kamar mandi, berendam di bathup untuk meredam badannya yang sudah panas tak karuan. Selesai mandi ditatapnya Karina yang benar-benar pulas tidur, dengan posisi tidur yang sembarangan sehingga paha mulusnya terekspos. Memang sudah jam 1 malam. M
H-1 sebelum pernikahan Raline, Bryan benar-benar ontime jam setengah empat sore sudah menjemput Karina. Karina langsung memasukan kopernya ke bagasi mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bryan.“Kita pamit dulu ya tante.” Ucap Bryan pada Mama Karina.“Hati-hati ya, maaf banget tante tidak bisa ikutan hadir. Cuma bisa titip hadiah buat Raline. Titip Karina ya Bryan.”“Siap tante!” Ucap Bryan kemudian masuk ke dalam mobil bersamaan dengan Karina.Selama di perjalanan mereka hanya saling diam. Bryan fokus menyetir, dan Karina fokus membaca novel di kindle miliknya.“Kamu mau mampir dimana dulu gitu? Beli sesuatu?” Tanya Bryan membuka pembicaraan. Namun tidak ada jawaban. Dilihatnya perempuan di sebelahnya, ternyata sudah terlelap.Dasar. Dia belum berubah sejak saat itu. Dia masih saja suka mudah tidur di sembarang tempat. Batin Bryan. Namun tidak dapat disangkal Karina sekarang jauh le
Saat membuka pintu mobil tiba-tiba ponselku berdering, ternyata ada panggilang masuk dari nomor baru. Langsung saja aku angkat sembari duduk di jok depan dan menutup pintu mobil. “Hai,Karina?” Ucap suara di sebrang sana to the point. “Iya, maaf dengan siapa ya?” “Ini Juno.” Juno? Apa gak salah dia menghubungiku? Tanpa kontrol aku tersenyum mengembang, gimanapun dia pernah mewarnai masa-masa kuliahku selama aku bergabung di club tennis di kampus. “Juno? Apa kabar? Tumben telepon.” “Baik, oh ya kamu di Jogja gak Ra?” “Iya, aku udah resign dari kerjaan kantor aku di Jakarta, jadi aku balik aja ke rumah orang tua.” “Wah kebetulan banget aku minggu depan ke Jogja. Kalau ada waktu meet up atau jalan bareng bisa ya?” “Boleh, nanti kabarin aja kalau mau jalan bareng atau meet up.” Aku tersenyum lebar, tapi berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan su
“Maaf Na, maaf banget untuk saat ini kita gak bisa lanjutin ini semua. Kamu tahu kan posisi aku benar-benar serba salah?” Ucap Dion, yang siang bolong mengajakku ketemuan di taman komplek rumah.Aku berusaha tenang, meskipun nafasku sudah kembang kempis berusaha kalau aku tidak akan meledak.Tapi sayangnya aku meledak juga ketika mengingat selain perasaanku yang hancur karena tunanganku menghamili perempuan lain, belum lagi terfikir berapa kerugian yang sudah dia buat hanya karena kelakuan brengseknya.Plak! Plak! Plak! Sudah tidak terhitung berapa tamparan mendarat di wajahnya, tak peduli dia meringis kesakitan pasrah menerima tamparan-tamparan dariku. Seminggu yang lalu dia hilang tanpa kabar, tanpa pesan. Berbeda dengan biasanya yang selalu menunjukan perhatian yang kadang aku merasa too much.“Aku janji Na, kalau urusan aku sama Sally, aku bakal balik sama kamu.”What? Dia fikir dia Song Jongki? Sehingga aku den