Perjalan malam ini menuju Scarborough sejak beberapa jam yang lalu. Tiano bersama dengan Sora yang diam saja selama perjalanan. Mereka berdua tidak membawa banyak barang, Tiano mengatakan lebih baik membelikan oleh-oleh untuk Ibu Sora saat tiba di Scarborough. "Kita cari penginapan, aku tidak bisa mengemudi saat lelah," ujar Tiano. Sora menoleh dan mengangguk paham. "Iya, istirahat dulu. Kepalaku juga pusing, ngantuk." Mendengar hal itu, Tiano lantas mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala Sora dengan lembut. Mobil hitam milik Tiano langsung berbelok memasuki sebuah kawasan hotel berbintang. Sora hanya diam menatap sekitar, mereka berdua pun keluar dari dalam mobil saat itu juga. "Wahh, kita menginap di sini?" tanya Sora menunjuk ke dalam hotel."Kenapa memangnya? Kau mau tidur di dalam hotel atau tidur di mobil?" tawar Tiano terkekeh. Gadis itu tersenyum manis dan memukul lengan Tiano dengan kesal. "Aku ikut denganmu." Mereka berdua memesan kamar, Sora mengerjapkan kedua
Sapaan itu membuat Sora terdiam bergeming. Ia menunjukkan senyuman tipisnya dan menyembunyikan wajahnya di balik selimut seketika. "Ini sudah jam enam," ujar Sora beranjak duduk. Gadis itu menatap pemandangan dinding kaca luar yang buram karena embun pagi. "Cepat bersihkan tubuhmu, mandi dan bersiap melanjutkan perjalanan," ujar Tiano sembari mengusap rambut panjang Sora. "Masih dingin," balas gadis itu membalikkan badannya menatap Tiano.Laki-laki itu terkekeh. "Kalau mau hangat, kembalilah ke pelukanku, Sayang..." Kedua pipi Sora bersemu saat Tiano memanggilnya dengan sebutan Sayang. Lantas Sora kembali berbaring dan meringkuk ke arah Tiano. Kembali Tiano menutupkan selimut pada tubuh kecil itu dan memeluknya dengan erat. "Bu Queen pasti marah kalau melihat kita seperti ini," ujar Sora tiba-tiba seraya menggigit ujung ibu jarinya. "Dia tidak punya hak untuk marah, apalagi padamu." Tiano menunduk menatap Sora. "Queen tidak sebaik seperti yang orang lain lihat, Sora." "Hemm,
Sora menyelimuti Hima yang sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Gadis itu berdiri di samping brankar di mana Ibunya berbaring. Wajah Sora menunjukkan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Antara sedih, terharu, dan Sora bersyukur bisa melihat senyuman Ibunya lagi. "Sudah, ayo kita pulang," ajak Tiano, laki-laki itu mengusap punggung Sora. "Heem, Iya." Sora mengangguk, gadis itu mendekati Ibunya dan mengecup pipinya. Setelah itu barulah mereka berdua berjalan keluar. Pintu kaca ditutup pelan-pelan oleh Tiano. Di depan ada seorang perawat yang akan masuk menemani Hima. Sora memperhatikan Tiano yang nampak berbincang dengan perawat perempuan itu sebelum ia kembali mendekati Sora. "Ada apa?" tanya Sora mendongak menatapnya. "Tidak papa, pengobatan Ibu akan terus berjalan. Sampai Ibuku kembali benar-benar pulih." Senyuman lembut terukir di bibir Sora, tak bisa diartikan betapa senangnya ia kali ini. Mereka berjalan di lorong rumah sakit berduaan. Helaan napas panjang terdengar
Suasana kantor sangat sibuk pagi ini, Sora juga mondar-mandir mengantarkan berkas di beberapa ruangan. Dan kini pun gadis itu berada di lantai satu tengah mencetak beberapa berkas. "Ada Pak Tino, tumben sekali dia ke sini, mungkin mau bertemu Pak Presdir." "Mereka sangat mirip ya?" Suara desas-desus itu membuat Sora menoleh ke depan sana dan melihat ada apa hingga para karyawan itu pagi-pagi sudah heboh. Sora mengerutkan keningnya bingung. Sampai akhirnya seorang laki-laki berbalut kemeja katun putih dengan lengan panjangnya yang digulung hingga siku, berdasi merah, dan tuxedo yang ia sampirkan di lengan kirinya, berjalan santai masuk ke dalam kantor. Kedua mata Sora membulat melihat laki-laki itu. "Persis sekali dengan Tiano? Tapi... Dia terlihat seperti orang yang santai, dari cara berpakaiannya sudah terlihat jauh tidak seperti Tiano yang super perfeksionis," gumam Sora. Setelah melakukan pekerjaannya, Sora pun bergegas kembali ke ruangan Tiano.Gadis itu mendengar suara ta
Sora sudah sampai di rumah beberapa menit yang lalu, gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya dan bersiap. Kini Sora bergegas menuju ke lantai satu, ia harus menyiapkan makan malam untuk Tiano, seperti biasa. "Emmm, aku masak apa ya?" gumam lirih Sora menatap lemari es yang kini ia buka. Setelah ia berpikir cukup lama, barulah gadis itu mengambil beberapa bahan makanan. Sora menyibukkan dirinya dengan memasak, sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. "Apa dia akan pulang larut? Bagaimana kalau tiba-tiba dia tidak pulang?" Sora mengembuskan napasnya panjang dan menepis jauh-jauh pikiran negatifnya. Ia memasak makan malam dengan cepat, hanya dua menu makanan. Ia takut kalau Tiano tidak pulang. Sora menyiapkan makanan itu di meja makan dan setelahnya dia berjalan ke depan. Membuka gorden jendela dan menanti-nanti kedatang Tiano malam ini. "Sudah pukul delapan, aku tidak punya ponsel untuk menghubunginya. Ponselku sudah rusak," gumam Sora lirih. Gadis itu membuka pintu d
Sora sibuk menyiapkan gaun yang malam nanti akan ia gunakan untuk ke pesta, bagaimanapun juga dia dituntut untuk tampil cantik dan sempurna oleh Tiano, dan Sora tidak ingin laki-laki itu kecewa. Gadis cantik itu memilih sebuah dress panjang berwarna biru muda, pakaian yang sopan dan tidak terbuka."Semuanya sudah siap!" seru Sora tersenyum manis. Untuk kali pertama Sora malam ini akan datang ke pesta. Pikirannya tidak tenang dan ia malah takut. Gadis itu takut membuat Tiano malu bila Sora seperti gadis-gadis pada umumnya saat di pesta. Setelah selesai menyiapkan semuanya, Sora beranjak meninggalkan kamarnya. Ia berjalan ke lantai satu mencari Tiano. "Eumm, ke mana dia?" gumam Sora menatap ruangan kerja Tiano yang kosong. Namun lamat-lamat Sora mendengar suara Tiano di luar. Ia pun berjalan tanpa suara mendekati sumber suara. "Aku akan datang besok ke pesta itu. Jangan khawatir... Aku akan mengajak Sora!" Suara Tiano semakin dekat saat Sora kini berdiri di balik dinding mendenga
"Kau tidak papa? Dia melukaimu?" Tiano mengikuti Sora ke sebuah kamar kecil. Gadis itu baru membasuh wajahnya yang terasa lengket dan dingin karena minuman manis yang disiramkan di wajah Sora oleh Queen. Sora mengabaikan ucapan Tiano, gadis itu menggelengkan kepalanya. Saat itu juga Tiano melepaskan tuxedo hitamnya dan menyelimutkan pada tubuh Sora. "Pakai ini, bajumu basah..." "Tidak usah," tolak gadis itu menggelengkan kepalanya. "Sora... Ada apa denganmu?! Sejak siang tadi kau bersikap dingin padaku, kenapa?" Tiano mencekal pergelangan tangannya.Sora menatap iris cokelat laki-laki itu dengan tatapan dinginnya. "Aku tidak papa, aku sudah menjalani tugasku, kan?" Sora berucap sedih. Air matanya menetes di sela dia menunduk dan mengibaskan pelan gaunnya yang kini kotor karena noda minuman. "Tahu begini aku tidak mau kau belikan ponsel atau apapun, lebih baik aku menjadi karyawan kantor seumur hidup daripada aku harus dipermalukan seperti ini," ujar Sora menundukkan kepalanya
"Katanya dia ribut dengan Bu Queen saat di pesta kemarin!" "Siapa yang tidak marah, kalau dia menjadi asisten sekaligus simpanan Pak Presdir! Benar-benar tidak punya malu!" "Muka tembok dia datang ke kantor dengan percaya diri seperti itu!" Suara para karyawan menggunjing Sora habis-habisan pagi ini. Seperti biasa kalau semua orang-orang mengira kalau Queen adalah korban di segala situasi. Dan Sora, orang yang terlihat sangat jahat di sana. Sora mencoba mengabaikan tiga wanita yang tengah memperhatikannya tersebut. Gadis itu tetap menyelesaikan beberapa berkas yang kini diambilnya. "Sora," sapa seorang karyawan laki-laki yang mendekatinya. Sora menoleh, ia tersenyum pada Johan yang berdiri di sampingnya. "Oh, selamat pagi Johan..." Sora tersenyum manis. "Apa kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu menelisik wajah Sora. Anggukan yang Sora berikan sebagai jawaban. "Heem, aku tidak papa," jawab gadis itu. Johan mendengkus pelan, ia mengambil beberapa tumpukan berkas yang Sora