Suasana kantor sangat sibuk pagi ini, Sora juga mondar-mandir mengantarkan berkas di beberapa ruangan. Dan kini pun gadis itu berada di lantai satu tengah mencetak beberapa berkas. "Ada Pak Tino, tumben sekali dia ke sini, mungkin mau bertemu Pak Presdir." "Mereka sangat mirip ya?" Suara desas-desus itu membuat Sora menoleh ke depan sana dan melihat ada apa hingga para karyawan itu pagi-pagi sudah heboh. Sora mengerutkan keningnya bingung. Sampai akhirnya seorang laki-laki berbalut kemeja katun putih dengan lengan panjangnya yang digulung hingga siku, berdasi merah, dan tuxedo yang ia sampirkan di lengan kirinya, berjalan santai masuk ke dalam kantor. Kedua mata Sora membulat melihat laki-laki itu. "Persis sekali dengan Tiano? Tapi... Dia terlihat seperti orang yang santai, dari cara berpakaiannya sudah terlihat jauh tidak seperti Tiano yang super perfeksionis," gumam Sora. Setelah melakukan pekerjaannya, Sora pun bergegas kembali ke ruangan Tiano.Gadis itu mendengar suara ta
Sora sudah sampai di rumah beberapa menit yang lalu, gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya dan bersiap. Kini Sora bergegas menuju ke lantai satu, ia harus menyiapkan makan malam untuk Tiano, seperti biasa. "Emmm, aku masak apa ya?" gumam lirih Sora menatap lemari es yang kini ia buka. Setelah ia berpikir cukup lama, barulah gadis itu mengambil beberapa bahan makanan. Sora menyibukkan dirinya dengan memasak, sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. "Apa dia akan pulang larut? Bagaimana kalau tiba-tiba dia tidak pulang?" Sora mengembuskan napasnya panjang dan menepis jauh-jauh pikiran negatifnya. Ia memasak makan malam dengan cepat, hanya dua menu makanan. Ia takut kalau Tiano tidak pulang. Sora menyiapkan makanan itu di meja makan dan setelahnya dia berjalan ke depan. Membuka gorden jendela dan menanti-nanti kedatang Tiano malam ini. "Sudah pukul delapan, aku tidak punya ponsel untuk menghubunginya. Ponselku sudah rusak," gumam Sora lirih. Gadis itu membuka pintu d
Sora sibuk menyiapkan gaun yang malam nanti akan ia gunakan untuk ke pesta, bagaimanapun juga dia dituntut untuk tampil cantik dan sempurna oleh Tiano, dan Sora tidak ingin laki-laki itu kecewa. Gadis cantik itu memilih sebuah dress panjang berwarna biru muda, pakaian yang sopan dan tidak terbuka."Semuanya sudah siap!" seru Sora tersenyum manis. Untuk kali pertama Sora malam ini akan datang ke pesta. Pikirannya tidak tenang dan ia malah takut. Gadis itu takut membuat Tiano malu bila Sora seperti gadis-gadis pada umumnya saat di pesta. Setelah selesai menyiapkan semuanya, Sora beranjak meninggalkan kamarnya. Ia berjalan ke lantai satu mencari Tiano. "Eumm, ke mana dia?" gumam Sora menatap ruangan kerja Tiano yang kosong. Namun lamat-lamat Sora mendengar suara Tiano di luar. Ia pun berjalan tanpa suara mendekati sumber suara. "Aku akan datang besok ke pesta itu. Jangan khawatir... Aku akan mengajak Sora!" Suara Tiano semakin dekat saat Sora kini berdiri di balik dinding mendenga
"Kau tidak papa? Dia melukaimu?" Tiano mengikuti Sora ke sebuah kamar kecil. Gadis itu baru membasuh wajahnya yang terasa lengket dan dingin karena minuman manis yang disiramkan di wajah Sora oleh Queen. Sora mengabaikan ucapan Tiano, gadis itu menggelengkan kepalanya. Saat itu juga Tiano melepaskan tuxedo hitamnya dan menyelimutkan pada tubuh Sora. "Pakai ini, bajumu basah..." "Tidak usah," tolak gadis itu menggelengkan kepalanya. "Sora... Ada apa denganmu?! Sejak siang tadi kau bersikap dingin padaku, kenapa?" Tiano mencekal pergelangan tangannya.Sora menatap iris cokelat laki-laki itu dengan tatapan dinginnya. "Aku tidak papa, aku sudah menjalani tugasku, kan?" Sora berucap sedih. Air matanya menetes di sela dia menunduk dan mengibaskan pelan gaunnya yang kini kotor karena noda minuman. "Tahu begini aku tidak mau kau belikan ponsel atau apapun, lebih baik aku menjadi karyawan kantor seumur hidup daripada aku harus dipermalukan seperti ini," ujar Sora menundukkan kepalanya
"Katanya dia ribut dengan Bu Queen saat di pesta kemarin!" "Siapa yang tidak marah, kalau dia menjadi asisten sekaligus simpanan Pak Presdir! Benar-benar tidak punya malu!" "Muka tembok dia datang ke kantor dengan percaya diri seperti itu!" Suara para karyawan menggunjing Sora habis-habisan pagi ini. Seperti biasa kalau semua orang-orang mengira kalau Queen adalah korban di segala situasi. Dan Sora, orang yang terlihat sangat jahat di sana. Sora mencoba mengabaikan tiga wanita yang tengah memperhatikannya tersebut. Gadis itu tetap menyelesaikan beberapa berkas yang kini diambilnya. "Sora," sapa seorang karyawan laki-laki yang mendekatinya. Sora menoleh, ia tersenyum pada Johan yang berdiri di sampingnya. "Oh, selamat pagi Johan..." Sora tersenyum manis. "Apa kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu menelisik wajah Sora. Anggukan yang Sora berikan sebagai jawaban. "Heem, aku tidak papa," jawab gadis itu. Johan mendengkus pelan, ia mengambil beberapa tumpukan berkas yang Sora
Ternyata Tiano tidak berbohong pada Sora. Malam ini mereka akan membuat acara sendiri di rumahnya. Mereka berdua kini sibuk menata ruang keluarga. Sora membuat camilan di belakang, sedangkan Tiano juga membantunya menyiapkan makanan. "Bukannya sekarang malam minggu, besok libur, pasti di luar malam ini ramai sekali, iya kan?" tanya Sora mendekati Tiano. "Heem. Tapi lebih baik di rumah saja, paling tidak menonton film horor." "Hah?! Tidak, tidak, jangan film horor, aku tidak mau!" pekik Sora menggeleng-gelengkan kepalanya. Tiano terkekeh menatapnya. "Kenapa? Seru tahu!" "Emm, tidak mau. Kalau kau mau menonton film horor, lebih baik aku naik saja ke kamar, tonton saja sendiri filmnya!" pekik gadis itu cemberut. Kekehan menjadi jawaban dari Tiano, laki-laki itu sudah paham dengan apa yang akan Tiana jawabkan. Gadis itu pasti akan menolaknya. Setelah camilannya siap, Tiano membantu Sora membawanya ke ruang keluarga. Barulah Sora meraih remote TV dan penerangan rumah tiba-tiba dim
"Pagi, Sora..." Suara bisikan di telinga Sora membuat gadis itu membuka kedua matanya. Terdengar gemericik air di luar yang nyaring, sukses membangunkan tidurnya saat itu juga. "Eummm, jam berapa ini?" Sora mengucek kedua matanya dan menarik diri dari Tiano. "Jam setengah enam. Di luar masih petang, kenapa?" Gadis itu diam menggelengkan kepalanya. Sora menatap ke arah luar jendela, hari ini adalah hari minggu, hujan di pagi hari dengan cukup deras, dan Sora mengingat masa lalunya di saat-saat seperti ini."Kenapa, hem?" tanya Tiano memeluk Sora dari belakang. "Apa yang membuatmu menatap hujan sampai seperti itu?" "Tidak ada... Aku pernah di pukul setengah enam, hari Minggu, di musim hujan seperti ini, aku pergi dari rumah mencari Ayahku saat Ibuku kambuh. Kau tahu Tiano, aku menemukan Ayahku di teras bar... Ayah memarahiku," ungkap Sora bercerita, gadis itu membalikkan badannya menatap Tiano dan menunjukkan keningnya yang tertutup poni. "Lihat ini, bekas luka ini, Ayah memukulk
"Papi dan Mami selalu menunggu kepulanganmu, Tiano. Kau malah tidak pernah pulang! Sengaja?!" Sebastian melontarkan kata-kata tajam pada putranya yang kini hanya diam duduk bersandar di sofa. "Aku sibuk, Pi..." Tiano mengelaknya lagi dan lagi. "Sibuk apa? Seminggu ke depan kau tidak ada meeting! Pulang...! Kasihan Adik dan Mamiku selalu bertanya-tanya tentangmu!" Sebastian mengomelinya lagi. "Setiap hari aku dan Tiana video call, Pi!" terang pemuda itu. "Papi tidak mau mendengar bantahanmu, Tiano... Pulang! Kalau Papi bilang pulang, pulang!" serunya. Pintu ruangan itu terbuka, nampak Sora berjalan masuk ke dalam sana membawa beberapa berkas di pelukannya. Tino yang asik bermain menatap layar ponselnya, tiba-tiba ia tersenyum sumringah saat melihat Sora. "Pi, ini gadis yang aku bicarakan! Dia kekasihku!" seru Tino tiba-tiba dengan ekspresi jahilnya.Sontak saja Sora melotot menatap kembaran Tiano tersebut. Gadis itu membeku di tempat seketika hingga Tiano berdecak sebal. Lanta