Beranda / Pernikahan / BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM / Bab 16 Mengapa Aku Begini?

Share

Bab 16 Mengapa Aku Begini?

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Pov : Dimas

"Aku lagi telepon Lisha loh, Ay. Kenapa kamu tiba-tiba manggil begitu? Lisha bisa mendengar suaramu. Dia pasti curiga kenapa sepagi ini kamu sudah di sini. Kalau dia semakin curiga, bisa gawat kita," ucapku sedikit kesal.

Ayu memang tipe manja, cemburuan dan nggak sabaran. Apa yang dia inginkan sering kali harus ditepati saat itu juga. Sikap manjanya terkadang membuatku kangen namun kalau berlebihan aku juga jengah. Tak seperti Lisha yang lebih mandiri dan dewasa. Meski usia mereka tak jauh beda. Lisha lebih tua satu tahun dibandingkan Ayu.

"Kamu tanya aku kenapa manggil-manggil saat kamu telepon Lisha, Mas?" tanyanya santai.

"Iya, kenapa?"

"Kamu cemburu kan dengar Dokter itu perhatian ke Lisha? Kenapa, Mas? Kamu mulai menyukai istri sandiwaramu itu? Kamu mulai bermain hati, Mas?" tanyanya ketus.

Pertanyaan yang membuat dadaku berdebar. Cemburu? Apakah aku memang cemburu dengan Dokter Akbar? Apa aku memang mulai menyukai Lisha dan tak ingin dia jatuh ke tangan orang lain
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 17 Rencana Berhasil

    Jarum jam menunjuk angka sepuluh pagi, namun kulihat Mas Dimas belum juga datang. Entah ke mana dia, padahal tadi dia ijin berangkat lebih dulu. Kupikir dia akan langsung ke kantor tapi ternyata nggak. Aku sudah siapkan berkas pengalihan kerja sama dengan Pak Agustian itu. Dia harus segera menandatanganinya. Modal usaha itu dari kantor papa, otomatis kontrak kerja samanya harus beralih nama papa. Dia harus menandatangani kesepakatan ini. Untuk melancarkan misi ini, ada baiknya aku harus hati-hati. Aku harus membuatnya terburu-buru agar dia langsung menandatangani berkas ini tanpa membacanya terlebih dahulu. |Dapat nggak, Mas? Pokoknya harus dapat. Kamu bilang sebagai permintaan maaf karena masalah kemarin? Di mall-mall biasanya banyak, itu kue baru launching beberapa hari yang lalu dari artis favoritku. Aku mau foto buat dinner kita nanti malam karena hari ini tahun kedua pernikahan kita|Pesan Ayu tiba-tiba terkirim ke ponsel Mas Dimas. Aku sedikit mengernyitkan dahi membaca pesan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 18 Rahasia Dimas Lainnya

    "Sha, aku buru-buru pagi ini. Aku mau ke rumah teman dulu sebelum ke kantor. Tolong ambilkan tas kerjaku di kamar. Aku mau sarapan dulu," ucap Mas Dimas dengan tergesa. Dia duduk di kursi makan sembari menyantap sarapan yang sudah disediakan Bik Minah beberapa menit lalu. Gegas kulangkahkan kaki menuju kamar. Kesempatan tak datang dua kali, kuselipkan Atm miliknya ke laci meja. Mas Dimas biasanya tak suka gonta-ganti pin, paling kalau bukan tanggal lahirnya mungkin tanggal pernikahanku dengannya. Ya ... seputar hari penting begitu. Aku bisa mencobanya nanti. "Memangnya mau ke mana, Mas?" tanyaku saat menarik kursi di sebelahnya. Kuletakkan tas kerjanya di atas meja. Kulihat dia minum setengah gelas air putih lalu mengelap mulutnya dengan tissu. "Ada urusan sebentar dengan teman. Penting sekali," jawabnya singkat. Dia tak menjawab detail, membuatku mengerutkan alis berpikir siapa teman yang dia maksud. Apa Pak Agustian? Entah mengapa mendadak aku menebak namanya. Aku yakin Mas D

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 19 Kabar Mengejutkan

    |Rumah Bapak Rudi dan Ibu Warsih, Mbak Lis. Satpam bilang, anak mereka yang bernama Arnila memang sudah menikah siri dengan Mas Dimas empat bulanan lalu| Deg. Astaghfirullah. Menikah siri? Kukucek kedua mata membaca pesan yang dikirimkan Pak Yono. Berulang kali kubaca pesan itu namun tetap saja tak berubah. Kupikir tadi aku hanya salah membaca namun ternyata nggak. Dua buah foto Mas Dimas yang sedang mengobrol dengan perempuan itu pun terkirim ke ponselku, sementara foto yang lain saat mereka berpelukan. Mungkin saat Mas Dimas pamit untuk pulang.Mas Dimas sudah menikah siri dengan Arnila. Kupejamkan mata perlahan. Benar-benar serakah. Jadi sekarang Mas Dimas memiliki tiga istri, begitu? Pantas saja dia sering berangkat pagi-pagi dengan alasan ini dan itu, pulang juga tak pernah bareng denganku dengan alasan masih ada pekerjaan yang diselesaikan, ternyata dia memiliki istri baru. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Tak habis pikir kenapa Mas Dimas bisa melakukan ini semu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 20 Terbongkar

    Pov : Lisha Jarum jam hampir menunjuk angka sebelas malam saat aku sampai di rumah bersama papa. Suasana rumah Pak Burhan yang kini menjadi tempat tinggal Ayu begitu ramai. Banyak motor parkir di halaman. Aku dan papa gegas ke luar gerbang lalu menyeberang jalan. Beberapa tetangga saling berbisik saat aku dan papa datang. Kulihat rahang papa mengeras menahan amarah. "Pa, istighfar, ya," bisikku padanya. Papa menatapku beberapa saat, mengangguk lalu kembali melangkah ke dalam rumah. Kali ini aku hanya berharap papa bisa mengontrol emosinya. Aku tak ingin papa kembali drop dan masuk rumah sakit kembali. |Dokter, bisa minta tolong? Ada masalah antara saya dan Mas Dimas. Sekarang papa tampak begitu emosi, saya takut papa kenapa-kenapa. Kalau dokter tak sibuk, bisa kah ke rumah sekarang? Saya dan papa ada di depan rumah, rumah Pak Burhan| Kukirimkan segera pesan itu ke nomor Dokter Akbar. Gegas kususul papa yang sepertinya sudah mulai mengomel di dalam rumah. Kulihat di dalam su

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 21 Balasan Telak

    Pov : Dimas Empat bulan sudah aku menikah dengan Arnila Larasati. Gadis berusia 20 tahunan yang cantik, baik dan sangat sopan. Aku bertemu dengannya secara tak sengaja tak terlalu jauh dari alun-alun kota, enam bulan yang lalu. Saat itu hujan cukup deras. Aku baru pulang dari kantor, agak malam karena lembur. Kebetulan ada tender yang harus kutangani. Suasana cukup sepi, tak ada lalu lalang kendaraan di sana. Mungkin karena hujan cukup lebat.Kulihat seorang perempuan berdiri di samping motor sembari terisak bersama seorang laki-laki. Dia melambaikan tangannya ke arahku, namun aku berlalu begitu saja karena tak ingin mencampuri. Kuhentikan mobil seketika saat kulihat dari spion wajah perempuan itu mengiba, seolah minta tolong. Gegas membuka mobil dan melangkah cepat ke arahnya saat laki-laki itu menarik paksa lengan kanannya menuju pinggir jalan. Entah mau dibawa ke mana perempuan itu. "Mau dibawa ke mana dia!" Bentakku seketika saat perempuan itu berusaha melepaskan tangannya dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 22 Kejutan Lain

    Pov : Dimas Jarum jam hampir menunjuk angka 12 malam. Aku masih termenung di depan kontrakan Ayu. Para tetangga sudah pulang ke rumah masing-masing. Suara tangis Ahmad yang tadi terdengar cukup keras pun sudah mulai hilang. Mungkin dia sudah tidur dengan nyenyak sekarang. Aku masih belum bisa berpikir jernih. Kulihat rumah di seberang jalan yang biasa menjadi istanaku melepas lelah, rumah yang nyaman dengan segala fasilitasnya, rumah yang tenang dan dipenuhi cinta pemiliknya, kini seolah menertawakan kehancuranku. "Bawa sini kunci mobilnya, Mas. Ini mobil kantor jadi kamu sudah nggak berhak untuk memakainya karena kamu sudah dipecat papa!" Suara Lisha yang kembali ke sini beberapa menit lalu untuk mengambil kunci mobil masih terngiang di benak. Teganya dia mengambil mobilnya di tengah malam begini. Aku yang tadinya sudah semangat ingin ke rumah Arnila mendadak terdiam tanpa kata. membiarkanku tidur di luar berteman dengan nyamuk, sementara dia kembali bersama papa ke rumahnya. Tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 23 Pesan Menjengkelkan

    |Aku pulang, Mas. Semoga kamu bahagia dengan istri mudamu! Jangan pernah mencariku apalagi merayu ibuku agar kamu bisa kembali. Aku tak Sudi!| Sebuah pesan dari Ayu muncul di layar. Kuhembuskan napas perlahan. Bayangan Ahmad kembali hadir dalam ingatan. Anak itu semakin hari semakin membuatku rindu dan menggemaskan. Entah kapan aku bisa menemuinya kembali. Mengajaknya bermain dan tertawa bersama seperti sebelumnya. "Mas, tumben banget kamu ke sini pagi-pagi?" Pertanyaan Arnila membuatku terjaga dari lamunan. Dia datang dengan secangkir teh dan kue bolu di atas nampan lalu meletakkannya ke meja. "Aku mau cerai dengan Lisha, Nil. Untuk sementara aku tinggal di sini, ya?" ucapku pada Nila yang masih keheranan dan cukup kaget saat mendengar sekelumit kisah rumah tanggaku. Aku yang benar-benar akan bercerai dengan Lisha."Maksudmu, Mas? Kamu beneran pisah dengan istrimu yang kaya itu?" tanya Nila tiba-tiba. Entah mengapa mendadak aku fokus dengan kata kaya. Darimana dia tahu kalau istri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 24 Dua Lelaki Pengacau

    Suara dering ponsel tak henti sedari tadi. Entah siapa yang menelepon. Pikiranku masih cukup kacau memikirkan pengirim pesan di ponsel Arnila dua hari lalu. Dua hari ini aku juga disibukkan dengan membuat lamaran kerja. Mau tak mau aku harus segera mendapatkan pekerjaan. Jika terus menganggur di rumah bisa runyam semuanya. Ditambah teror pesan itu makin membuatku sakit kepala. Arnila tak pernah mengaku dan tak tahu siapa pengirimnya padahal jelas di sana tertulis namanya. Astaghfirullah, benar-benar kacau hidupku sekarang. Ibu dan Bapak yang tadinya begitu ramah, entah mengapa dua hari ini cukup berbeda. Aku merasa tatapan mereka tak sama seperti sebelumnya. Mungkin karena aku sudah jujur apa yang terjadi, aku segera bercerai dengan Lisha. Mobil yang kupakai tiap hari pun mobil kantor, bukan mobilku sendiri. Ponsel kembali berdering. Terpaksa aku mengambilnya dari atas meja. Ibu? Sepertinya kali ini aku akan mendapat amukan ibu. Kuucap istighfar banyak-banyak sebelum mengangkat t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 45. Menerima TakdirNya (Tamat)

    POV : Dimas Aku tak tahu siapa yang harus kucurigai perihal foto menjijikkan itu kecuali Brama. Namun sepertinya dugaan Nila ada benarnya. Ayu bukan tipe perempuan yang mudah menyerah, dia bahkan tipe perempuan ambisius yang menghalalkan segala cara demi impiannya. Ketiga istriku, hanya dia yang memiliki sifat paling berbeda. Dia terlalu kasar sementara istriku yang lain cenderung lembut dan lebih sopan. Setidaknya, mereka masih lebih menghargai statusku sebagai suami dan tak semena-mena. Kebetulan hari ini ada interview di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Aku berharap kali ini lamaranku diterima, sebab telah puluhan email kukirimkan ke sana-sini tapi sia-sia. Sebagian perusahaan menginginkan calon karyawan yang berpengalaman dengan lampiran surat pengalaman kerja masing-masing, sayangnya aku tak memiliki itu sebab dipecat begitu saja oleh Lisha. Perusahaan lain menginginkan karyawan yang fresh graduate, sementara aku justru sebaliknya. Aku hanya bisa pasrah dan per

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 44. Fitnah Menjijikkan

    POV : Dimas Beban hidup terasa semakin berat serang. Ekonomi belum stabil ditambah harus menuruti kemauan Ayu yang terkadang kelewat batas. Dia semakin menjadi sejak berpisah dengan mantan suaminya itu. Kesakitan karen pengkhianatan yang dilakukan suaminya, seolah dia lampiaskan padaku yang tak tahu apa-apa. Harusnya aku tak perlu menghidupinya, tapi Adam tetaplah anak kandungku. Bagaimana mungkin aku tega melihat dia kedinginan dan kelaparan bersama ibunya, sementara aku bisa tidur lelap dengan perut kenyang sekalipun banyak beban pikiran. Mau tak mau aku mengontrakkan Ayu dan Adam tak jauh dari kontrakanku. Di sana Ayu bekerja sebagai tukang cuci gosok, cukup buat makan sehari-hari sementara uang kontrakan tetaplah aku yang membayarnya. Awalnya Nila menolak, tapi mau tak mau dia harus mengiyakannya sebab nggak mungkin juga meminta Ayu dan Adam untuk tinggal satu atap di sini. Kasihan juga dia kalau nggak kucarikan kontrakan. Ayu sudah tak memiliki rumah di kampung dan ta

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 43. Malaikat Kecil

    POV : Lisha Sejak menikah dengan Bang Akbar, hari-hariku semakin bahagia. Dia tulus, tak seperti mantan suamiku yang ternyata hanya modus. Perhatian dan cinta yang diberikan Bang Akbar membuat duniaku terasa lebih indah. Aku lebih bisa menghargai diri sendiri dan semakin yakin jika Allah memberikan sesuatu di saat yang tepat bukan terlambat. Kehamilan ini masuk minggu ke-18. Menginjak trimester dua yang tak lagi mual dan pusing seperti trimester sebelumnya. Aku sudah mulai mau makan dan tak lagi pusing jika mencium aroma menyengat. Syukuran empat bulanan sudah digelar beberapa hari yang lalu dengan dihadiri para tetangga dan saudara. Mereka mengucapkan selamat dan mendoakan kebaikan untukku dan janin yang ada dalam rahimku. Teringat kembali ucapan mereka saat itu. "Mbak Lisha, selamat berbahagia akhirnya merasakan hamil yang begitu mendebarkan dan menggemaskan. Aku yakin nanti kalau anaknya cewek, pasti bakal cantik seperti mamanya dan kalau cowok pasti tampan seperti papan

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 42 Kehidupan Berbeda

    Pov : Dimas Hari-hari buruk akan mulai menyapaku lagi. Aku yang baru mulai bangkit, kembali diterpa badai karena kedatangan Ayu tiba-tiba. Iya, Niken Rahayu. Dia mantan istri pertamaku yang kini kembali ke Jakarta untuk menemuiku bersama Ahmad, buah hatiku dengannya yang kini berusia dua tahunan. Mau tak mau, bisa tak bisa aku mengajak Ayu ke kontrakan. Tak mungkin tega membiarkan dia lontang-lantung dengan Ahmad di kota sebesar ini, bukan? Jelas aku tak tega, sekalipun aku dengannya sudah tak memiliki hubungan apa-apa. Kecuali sebatas mantan dan orang tua kandung Ahmad saja. "Itu kontrakanku bersama keluarga Nila. Tolong jangan jaga sikapmu pada mereka, sebab aku tak ingin membuat masalah lagi," ucapku setelah mematikan motor dan meminta Ayu untuk turun. "Harusnya aku yang bilang begitu, Mas. Kalau kamu nggak banyak tingkah, hidup kita juga aman saja. Nggak berantakan," balas Ayu sengit. "Sudah. Sudah. Nggak ada gunanya saling menyalahkan. Semua ini salah kita karena memanfaa

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 41 Masalah Baru

    Pov : Dimas Kehidupan jungkir balik mulai kulalui. Tenggelam dalam sesal jelas kurasakan. Namun hidup terus berjalan. Aku ngga mungkin selalu dirasuki rasa bersalah berlarut-larut. Lisha sudah bahagia dan aku harusnya juga begitu. Sama-sama bahagia meski dari ekonomi jelas berbeda. Tak mengapa, aku benar-benar ingin belajar dari nol hingga sukses. Lagipula, sebelum bertemu Lisha aku juga hidup dengan sangat sederhana. Aku bekerja keras untuk membahagiakan Ibu dan Niken. Iya, Niken. Entah bagaimana kabarnya. Terakhir kali aku mengiriminya uang tiga bulan yang lalu. Sampai sekarang aku belum transfer lagi karena memang nggak ada dana yang bisa dikirim. Buat makan sekeluarga aja sangat susah dan amat seadanya. Aku nggak mungkin kirim uang untuk Niken jika keluarga di sini masih sangat kekurangan. Biarlah. Lagipula suaminya juga bertanggungjawab, InsyaAllah dia nggak kekurangan jika sekadar makan. Nanti setelah ekonomi ku stabil, aku janji akan mengiriminya uang lagi untuk Ahmad.

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 40 Semakin Hancur

    POV : Dimas Aku tak tahu apa yang kurasakan detik ini saat kembali membayangkan Lisha bersanding dengan dokter itu di pelaminan. Rasanya benar-benar sulit dijelaskan. Sakit dan nelangsa. Teringat kembali ucapan Lisha waktu itu bahwa ada kalanya dia kecewa dan terluka karena pengorbanan dan kesetiaannya selama ini aku sia-siakan. Nyatanya kini roda itu benar-benar berputar. Dia sudah menemukan kebahagiaan dan cinta sejatinya, sementara aku justru sebaliknya. Aku tenggelam pada deretan masalah pelik yang selama ini belum pernah kurasakan. Depresi Nila belum sepenuhnya sembuh, ditambah masalah baru tentang tunggakan rumah ibu. Empat juta yang harus kulunasi minggu ini. Tak hanya itu saja, hutang ibu pun semakin menumpuk di warung karena memang hanya mengandalkan aku sebagai tulang punggung. Sebenarnya tak masalah hanya aku yang mengurus keuangan rumah, etidaknya bapak dan ibu lebih menghargai kerja kerasku. Tak selalu menuntut ini itu bahkan seolah meremehkan usaha yang sudah kul

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 39 Hari Spesial

    Pov : Lisha Hari-hari belakangan kujalani dengan penuh semangat dan bahagia sebab acara pernikahanku dengan Bang Akbar tinggal menghitung hari saja. Semua akan digelar dengan cukup meriah dengan mengundang banyak kerabat, teman dan para tetangga. Detik ini, aku kembali ke butik untuk mengambil kebaya untuk akad dan resepsi nanti. Baju pengantin dan jas milik Bang Akbar pun sudah jadi. Dia pasti semakin keren dengan baju pengantin berwarna abu muda dan salem itu. Untuk akad nikah aku akan memakai kebaya abu muda sementara resepsinya pakai warna salem senada dengan pakaian yang akan dikenakan Bang Akbar. Kulihat papa masih asyik ngobrol dengan tukang parkir di depan butik. Begitulah papa, selalu ramah dengan siapapun tak memandang status sosialnya. Akhir-akhir ini papa memang selalu mengantarku ke mana-mana, seolah menjadi body guard untuk anak kesayangannya. Papa bilang, tak apalah karena esok atau lusa mungkin papa sudah tak akan mengantar lagi karena sudah ada pengganti. Papa

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 38 Aku Nggak Takut, Mbak!

    Perempuan itu menghentikan aktivitasnya lalu buru-buru memasukkan ponselnya ke saku bajunya. Aku tersenyum menatapnya, sementara dia begitu gugup dan salah tingkah saat aku mendekatinya. "Aku tahu kok kalau Mbak Anita yang menerorku akhir-akhir ini. Tapi tenang saja, aku tak akan mempermalukan Mbak di sini. Aku tak akan setega itu. Hanya saja Mbak harus tahu kalau aku tak akan pernah membiarkan semua ini terjadi begitu saja. Aku tetap akan memberitahu Bang Akbar untuk berhati-hati dengan perempuan culas sepertimu. Baik di depan, tapi di belakang berbisa," ucapku penuh penekanan pada perempuan cantik di sebelahku. Dia mendongak beberapa saat lalu kembali menunduk diam. Tak ada sepatah katapun yang dia ucapkan. "Bisa saja aku menelpon nomormu sekarang dan menceritakan kelicikanmu pada mereka. Namun lagi-lagi aku tak seburuk itu. Aku tak pandai bermuka dua sepertimu. Namun kalau kamu nggak jera, aku bisa mempermalukanmu kapan saja. Aku nggak takut, Mbak!" Lagi-lagi kubisikkan kata

  • BUKAN SUAMI ALIM TAPI DZALIM   Bab 37 Peneror Itu

    Pagi-pagi aku sudah siap-siap ke butik peninggalan almarhum mama yang kini diserahkan padaku. Aku yang sudah mengembangkannya beberapa tahun terakhir, tepatnya semenjak mama tak lagi fit untuk pergi ke sana-sini sesukanya. Sakit kanker yang menggerogotinya, membuat mama harus banyak istirahat di rumah. Tak boleh terlalu kecapaian apalagi banyak beban pikiran. Akhirnya, papa memintaku untuk mengurus semuanya. "Bi, saya berangkat ke butik dulu. Mau sekalian cek gaun pengantin. Mungkin pulangnya agak telat. Misal nanti kemalaman, seperti biasa Bibi tidur saja. Saya sudah bawa kunci rumahnya," pamitku pada Bi Minah yang masih sibuk membersihkan isi kulkas. Bi Minah mengangguk pelan lalu memintaku untuk berhati-hati di jalan. Setiap dua hari sekali Bi Minah memang membersihkan kulkas untuk memilah-milah mana sayuran yang sudah agak layu dan mana yang masih segar. Yang agak layu itulah yang biasanya dimasak Bibi lebih dulu. Kupacu mobil merahku itu dengan kecepatan sedang. Mobil mula

DMCA.com Protection Status