"Anda tidak hanya gagal memanfaatkan kesempatan itu, tapi juga berbohong pada istri anda dan meninggalkannya untuk kepentingan anda sendiri. Anda tidak pantas untuk bersama Nona Bella." Rayno merasa terpukul oleh kata-kata Park. Dia tidak bisa membantah apa yang Park katakan, karena dia tahu bahwa itu adalah kebenaran. "Apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Rayno dengan suara yang lemah. "Anda harus meninggalkan Nona Bella dan tidak menemuinya lagi," jawab Park dengan tegas. Rayno mendengus kasar mendengar ucapan pria di hadapannya. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Bella. "Tapi saya mencintainya," kata Rayno dengan suara yang tegas. "Cinta yang seperti apa?" tanya Park dengan nada sinis. "Cinta yang baru datang disaat Tuan Raydan menyita semua apa yang anda punya dan memanfaatkan Bella untuk kepentingan anda sendiri?" Rayno merasa terpukul oleh kata-kata Park. Dia tidak bisa membantah apa yang Park katakan, karena dia tahu bahwa itu adalah kebenaran. "Aku
Maria mulai mencari cara untuk memisahkan Rayno dan Bella. Dia tahu bahwa jika dia bisa membuat mereka berdua bertengkar, maka dia bisa menghancurkan hubungan mereka. Maria memutuskan untuk menggunakan trik lama. Dia mulai mengirimkan pesan-pesan anonim kepada Bella, membuatnya percaya bahwa Rayno sedang berselingkuh dengan wanita lain. Bella mulai merasa curiga dan cemburu. Dia tidak tahu bahwa pesan-pesan tersebut dikirimkan oleh Maria. "Rayno, aku tahu kamu sedang berselingkuh dengan wanita diluar sana. Aku tidak bisa percaya kamu lagi." Ucap Bella di dalam kamar karena tak sanggup dengan bukti-bukti yang dia lihat setiap hari. Rayno terkejut. "Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak pernah berselingkuh dengan wanita lain sayang." Bella yang marah kini tak perduli dengan anaknya yang sedang terlelap. "Jangan bohongi aku! Aku tahu kamu sedang berbohong." "Sayang aku benar tidak selingkuh seminggu yang lalu aku hanya menemui James diapartemennya untuk membahas pekerjaan." "Ck
Park melemparkan senyum sinis ke arah Maria sebelum kembali menarik rambutnya dengan ganas. 'Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja setelah semua yang kau lakukan?" Maria menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku minta maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud mencelakaimu." "Dasar wanita licik!" Park semakin mengencangkan cengkeramannya pada rambut Maria, lalu menyeretnya ke arah bathub. Maria berteriak kesakitan, namun suaranya seolah tercekat saat wajahnya dipaksa masuk ke dalam air. Park memaksa Maria untuk tenggelam berkali-kali, membuatnya kesulitan bernapas. "Tolong... aku... lep... as," suara Maria pecah terpotong-potong berusaha mencari udara. Park terus tersenyum penuh kepuasan melihat Maria menderita. "Inilah balasan karena berani melawanku. Kau pantas menerima hukuman ini." Maria meronta-ronta mencoba melepaskan diri dari cengkraman Park. tubuhnya semakin lemah. "Am... pun... ma... af... ," bisik Maria lemah. Tangan Park mulai melonggar, saat melihat Mar
Pertarungan sengit pun terjadi di antara Park dan Yohan di luar apartemen. Mereka berdua, yang dikenal sebagai sahabat karib, kini berada di sisi yang berlawanan. Anak buah mereka pun ikut terlibat dalam pertarungan ini. Mereka saling menyerang tanpa ampun, mempertaruhkan nyawa demi memenuhi ambisi sang pemimpin masing-masing. Park dan Yohan sama-sama memiliki pengikut setia yang siap berkorban demi memenangkan pertarungan ini. "Jangan melewati batasmu, Yohan. Aku bisa saja menghilangkan nyawamu," ucap Park sambil menatap tajam lawannya. "Cih, aku tidak akan mati melawan pria brengsek sepertimu," jawab Yohan dengan lantang, tanpa merasa gentar dengan ancaman Park. Mereka berdua kemudian saling berhadapan, siap untuk memberikan pukulan-pukulan mematikan. Serangan demi serangan dilancarkan, keduanya saling bergantian merasakan rasa sakit yang tak terhindarkan. Namun, keinginan untuk memenangkan pertarungan tersebut melebihi rasa sakit yang mereka rasakan. Hingga akhirnya, P
Scot mendorong tubuh wanita malam itu dengan kasar sampai terjatuh ke lantai. "Sialan berani-beraninya dia menikah lagi," ucap Scot dengan kesal, sambil membanting gelas yang ada di meja. Para wanita malam yang menemaninya berhamburan pergi, meninggalkan Scot dalam ruangan yang mencekam. Scott Lanser menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa keluarga Han adalah keluarga yang sangat berpengaruh di kota ini, dan melibatkan dirinya dalam urusan mereka bisa berbahaya. Ia tahu bahwa Park Yo Ming adalah orang yang berbahaya dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. "Tuan Park mungkin bukan orang yang bisa diremehkan, tapi jangan lupakan bahwa aku pun memiliki pengaruh yang sama besar di kota ini," ucap Scott Lanser dengan suara penuh keyakinan. Anak buahnya menelan ludah sebentar sebelum melanjutkan. "Tapi jangan lupakan kekuatan asistennya, Tuan. Dia bisa membalikkan keadaan tanpa tersentuh." Scott Lanser merenungkan kata-kata anak buahnya. "Aku tida
Empat hari yang lalu Setelah mengetahui informasi masa lalu tentang Maria, Park tidak pernah kasar kepadanya. Pria matang berusia empat puluh tiga tahun itu langsung membawa Maria ke tempat yang lebih aman. Park membawa Maria ke villa orang tuanya di dekat gunung, Korea. Park akan pergi menggunakan helikopter jika ingin kembali ke kota. Setelah perkelahiannya dengan Yohan, asisten kedua Raydan Han, Park bekerja lagi dengan Raydan Han sebagai asisten pertama yang disegani banyak pihak. Raydan Han pun melindunginya. Park memandang Maria dengan tegas dan berkata. "Maria, aku akan melindungimu. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi selama aku ada di dekatmu." Maria tersenyum, merasa aman di samping Park. Mereka berjalan bersama menuju villa tempat peninggalan orang tuanya Park. Villa itu terletak di lereng gunung yang indah, dikelilingi oleh pepohonan hijau dan udara segar yang menyejukkan. Tentunya dengan penjagaan super ketat. Sesampainya di villa, Park membawa Maria ke ruang t
Diruangan keluarga mewah milik Rayno, Maria dan Park menemani anaknya, Stepani. Dan Crush anak Rayno dan Bella yang sudah berusia dua tahun. Kedua balita itu begitu lucu dan bahagia, membuat suasana di ruangan tersebut terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Para orang tua mereka, Rayno, Bella, Park, dan Maria duduk di sofa memperhatikan anak-anak mereka dengan senyum di wajah masing-masing. "Aku sangat senang paman mau datang kesini!" ucap Bella yang wajahnya sejak tadi begitu bahagia melihat paman Park dan Maria berkunjung ke rumahnya. Park pun tersenyum. "Ya, kami harus mengasingkan diri dulu dari seseorang," jawab Park sambil tersenyum tipis. "Scot Lanser sudah tahu kalau dia memiliki anak dari kamu, Maria?" tanya Rayno kepada Maria. "Belum, tapi aku pikir Scot bukanlah orang bodoh hanya diam saja,," jawab Maria. "Tenang saja, dia tak akan mengambil Stepani darimu," ucap Bella dengan yakin. Semua orang yang mendengar ucapan Bella langsung menatapnya meminta penjelasan.
Pagi itu, Scot duduk di ruang tamu rumahnya sambil menikmati segelas teh hangat. Menunggu kabar dari anak buahnya, tiba-tiba anak buahnya datang tergopoh-gopoh memberikan kabar yang membuatnya terkejut. "Maafkan saya Tuan Scot, tapi saya harus memberi kabar bahwa kami gagal membawa Nona Stevani pulang," ucap Jeremy, anak buah Scot dengan suara gemetar. Scot merasa darahnya mendidih. Stevani adalah anaknya bersama Maria yang baru dia ketahui. "Apa yang terjadi?!" teriak Scot dengan suara penuh emosi. "Maaf Tuan, Kekuatan Tuan Park dan Tuan Rayno sangat sulit dikalahkan, kami kalah telak," jawab Jeremy takut. Scot mengumpat kesal."Bodoh! Bagaimana bisa kalian kalah?!" ucapnya dalam amarah. "Dasar bodoh! Melawan mereka saja kalian tidak mampu!" bentak Scot dengan suara yang penuh kemarahan. James menunduk dengan penuh ketakutan. "Maafkan kami Tuan Scot," ucapnya dengan suara gemetar. Scot tak bisa menahan amarahnya lagi. Dengan penuh kekuatan, ia melempar James dengan
Raydan Han, mantan seorang hakimketua yang snagat terkenal di korea. Pria sukses yang telah berusia lanjut, duduk di kepala meja makan bersama keluarga besarnya. Dia tersenyum bahagia melihat anak, menantu dan cucunya berbicara dan tertawa bersama. "Aku sangat bersyukur bisa memiliki keluarga yang bahagia dan sukses seperti ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku bisa mencapai usia seperti ini dan masih bisa beraktifitas memegang perusahaan." Yoona Ri, istri Han, tersenyum dan memegang tangan suaminya. "Kamu telah melakukan yang terbaik, Han. Kamu telah membangun perusahaan yang sukses dan memiliki keluarga yang bahagia. Aku sangat bangga dengan kamu." Mereka semua menikmati makan malam bersama, berbicara dan tertawa bersama. "Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung aku selama ini. Aku tidak bisa melakukan semua ini tanpa bantuan kalian semua." Semua orang di meja makan mengangguk dan tersenyum, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan me
Perjalanan bulan madu mereka di Rusia sangatlah indah dan penuh kenangan. Mereka berdua menikmati setiap momen bersama, dari mengunjungi tempat-tempat wisata hingga menikmati keintiman mereka. Cinta mereka semakin kuat dan dalam setiap hari, dan mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan bertahan selamanya. Mereka berdua sangat bahagia dan puas dengan kehidupan mereka bersama. Sementara itu, Stevani dan Crush juga sangat bahagia bermain bersama. Mereka berdua seperti saudara yang terpisah, dan mereka sangat menyukai kebersamaan mereka. *** Stevani berlari ke arah Scot dan Preya dengan senyum lebar. "Ayah! Ibu! Selamat datang kembali!" Scot memeluk Stevani dengan h
Setelah tiba di Korea, Scot langsung melamar Preya dengan cincin yang indah dan lamaran yang romantis. Preya terkejut dan tersenyum, lalu menerima lamaran Scot. keluarga Preya pun menerima Scot dengan baik. Seminggu kemudian, mereka menikah dalam sebuah upacara yang indah dan romantis. Banyak tamu yang hadir, termasuk Maria dan Park, yang datang dari Dubai untuk merayakan hari bahagia Scot dan Preya. Raydan dan Yoona juga datang, mereka membawa hadiah yang indah dan menyampaikan ucapan selamat kepada pasangan baru itu. Rayno dan Bella juga datang bersama anaknya, Crush, yang gendut dan lucu. Crush yang berusia tiga tahun itu, langsung berlari ke arah Stevani dan memeluknya. "Kakak Stevani!" teriak Crush dengan suara yang kencang. Stevani tersenyum dan memeluk Crush. "Adik Crush! Aku
Pagi harinya, Stevani memanggil-manggil ayahnya dengan suara yang keras sambil mengetuk-ngetuk pintu. "Ayah! Ayah!" Scot yang masih berbaring di tempat tidur, berpelukan dengan Preya dan selimut yang masih menutupi tubuhnya, tersentak kaget karena kesiangan. Dia membuka mata dan melihat jam di atas meja, lalu dia terkejut karena sudah terlambat. "Ahh, kita kesiangan!" Scot berkata dengan suara yang panik, sambil melempar selimut ke samping dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Preya juga terbangun dan memandang Scot dengan senyum. "Pagi, Scot. Kita hanya kesiangan?" Scot mengangguk dan berusaha untuk bangun dari tempat tidur. "Ya, jangan terlambat. Kita harus pergi sekarang dan menikmati hari bersama Stevani!" Stevani masih memanggil-manggil ayahnya dari luar kamar. "Ayah! Ayah! Ayo kita sarapan! Kita bisa telati ke taman nasional Hulhumale!"
Scot dan Preya berjalan di pantai, menikmati pemandangan laut yang indah dan angin yang sejuk. Stevani berlari di depan mereka, bermain dengan pasir dan air laut. Scot memandang Preya dengan senyum dan membalas. "Aku senang bisa membuat Stevani bahagia," katanya. Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga senang, Scot. Stevani sangat menyenangkan dan aku senang bisa menjadi bagian dari hidup kalian." Scot memandang Preya dengan lebih serius dan berkata. "Aku juga senang kamu bisa menjadi bagian dari hidup Stevani, Preya. Kamu sangat baik dengan dia dan aku senang bisa melihatnya." Preya tersenyum menatap Scot. "Terima kasih, Scot. Aku senang bisa membantu dan menjadi bagian dari hidup Stevani." Scot memandang Preya dengan lebih dalam. "Aku rasa aku mulai menyukaimu, Preya. Kamu sangat berbeda dan aku senang bisa memiliki kamu di sampingku." Preya terkejut dan tidak siap untuk mendengar ungkapan cinta Scot. Dia memandang Scot dengan mata yang lebar dan tidak bisa mengucapkan ap
Maria tersenyum dan menutup teleponnya, merasa lega setelah berbicara dengan Stevani. Park, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan ekspresi wajah Maria dan bertanya. "Bagaimana kabar Stevani?" tanya Park dengan senyum. Maria tersenyum dan membalas. "Dia baik, dia akan pergi ke Maladewa bersama Scot dan Aunty Preya katanya." Park mengangguk dan bertanya lagi. "Bagaimana dengan Scot dan Preya? Apakah mereka sudah...?" Maria memperhatikan pertanyaan Park dan tersenyum. "Aku tidak tahu, Park. Aku pikir mereka masih dalam proses mengenal satu sama lain. Tapi aku senang melihat mereka dekat dengan Stevani." Park mengangguk dan membalas. "Ya, aku juga senang melihat mereka dekat dengan Stevani. Tapi aku juga penasaran, apakah Scot sudah memiliki perasaan yang lebih dalam terhadap Preya?" Maria tersenyum dan berkata. "Aku tidak tahu, Park. Tapi aku pikir kita harus menunggu dan melihat bagaimana hubungan mereka berkembang." Park, suami Maria, tersenyum dan memandang ke arah jend
Scot mengajak Preya makan siang di sebuah restoran yang elegan. Mereka duduk di meja yang nyaman, menikmati pemandangan kota yang indah. Saat mereka makan, banyak orang yang melihat mereka dan berpikir bahwa mereka adalah pasangan suami istri. Mereka terlihat sangat nyaman dan akrab, seperti pasangan yang telah bersama selama bertahun-tahun. Scot dan Preya tidak memperhatikan orang-orang yang melihat mereka, mereka terlalu sibuk menikmati makan siang dan berbicara tentang berbagai hal. "Aku sangat senang kamu bisa mengajar Stevani tentang fotografi," kata Scot dengan senyum. "Dia sangat menyukainya." Preya tersenyum dan membalas. "Aku juga sangat senang bisa membantu Stevani. Dia sangat berbakat dan memiliki semangat yang besar." Mereka terus berbicara dan menikmati makan siang, tidak memperhatikan orang-orang yang melihat mereka dengan rasa penasaran. Preya memandang Scot dengan senyum dan berkata, "Scot, aku ingin berbagi sesuatu denganmu. Aku telah memutuskan untuk pergi
Scot terus berbicara dengan Maria, membicarakan tentang kabar Stevani dan rencana mereka untuk masa depan. Mereka berbicara dengan santai dan nyaman, seperti biasa. Setelah beberapa lama berbicara, Scot dan Maria memutuskan untuk mengakhiri panggilan telepon. Scot merasa lega karena bisa berbicara dengan Maria dan memastikan bahwa Stevani baik-baik saja. Scot kemudian berjalan ke kamar tidurnya, merasa lelah setelah hari yang panjang. Dia berbaring di tempat tidur dan memikirkan tentang rencana masa depannya dengan Preya dan Stevani. Dia merasa bahwa dia telah menemukan kebahagiaan lagi, dan dia ingin memastikan bahwa Preya dan Stevani juga merasa bahagia. Scot tersenyum dan memejamkan mata, merasa lega dan bahagia. Esoknya... Scot mengajak Stevani ke sekolah fotografi milik Preya. Stevani sangat bersemangat karena dia ingin belajar fotografi dari Preya. "Aku senang sekali, Ayah!" kata Stevani dengan mata yang berbinar. "Aku ingin belajar fotografi dari Aunty Preya!" Scot
Dariell berjalan menuju ruang makan, ingin melaporkan hasil meetingnya dengan Aiden Group kepada Scot. Namun, saat dia melihat ke dalam ruang makan, dia tertahan sejenak. Scot sedang tertawa bersama Preya, dan suasana di ruang makan terlihat sangat hangat dan nyaman. Dariell tidak bisa tidak merasa senang melihat tuannya tidak kesepian lagi. "Ah, Tuan Scot terlihat sangat bahagia," pikir Dariell, dengan senyum di wajahnya. Dariell memutuskan untuk tidak mengganggu Scot dan Preya, dan memilih untuk menunggu sampai mereka selesai makan malam. Dia berharap bahwa Scot akan lebih bahagia dan santai setelah bertemu dengan Preya. Setelah selesai makan malam mereka kembali ke ruang keluarga. Preya bertanya kepada Scot dengan penasaran, "Scot, aku ingin bertanya, kenapa Stevani tidak belajar saja di sekolah ku? Aku memiliki sekolah anak-anak khusus fotografer, dan aku pikir Stevani akan sangat menyukainya." Scot terlihat terkejut dengan pertanyaan Preya, tapi kemudian dia tersenyum. "