"Apa yang harus gue lakukan? Kalo gue melakukan sesuatu, gue khawatir akan membuat situasi jadi keruh, yang bisa gue lakukan sekarang itu cuma satu, berusaha untuk memantau dia dan sesekali menegur, meskipun itu kagak membuat dia berhenti untuk melakukan sesuatu yang bikin gue kesal, tapi setidaknya gue berusaha.""Berusaha? Sudah sampai mana usaha lu? Yang gue perhatikan, keadaan justeru semakin parah, bahkan pria itu berani bersikap berlebihan sama wanita yang jadi sekretarisnya, gue yakin lu tahu soal ini, kan?"Rifky terdiam. Terkejut juga ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pria di sampingnya ini. Padahal, ia ingin merahasiakan dahulu karena masih menjaga nama baik keluarga besarnya, tapi ternyata, Zeon sudah tahu apa yang dilakukan oleh sang kakak ipar belakangan ini.Ia menarik napas berat. "Gue udah bilang, gue kagak bisa melakukan sesuatu dengan gegabah, ini menyangkut nama baik perusahaan dan juga keluarga besar, sejujurnya gue juga geram dengan apa yang terjadi belak
Ucapan yang dilontarkan oleh Mark, cukup membuat Rifky jadi terdiam seribu bahasa. Mark ternyata sudah mengetahui kegilaan Ronan, padahal, Rifky belum mau membeberkan, khawatir mantan pacar kakaknya ini semakin kepikiran setelah berusaha melepas sang kakak untuk menikah dengan Ronan, tapi ternyata....."Apa, Kak Mark melihat sendiri, sampai bisa membuat kesimpulan begitu?" tanya Rifky hati-hati."Kalau aku tidak melihatnya, aku tidak mungkin mengatakan kesimpulan itu padamu.""Maksud gue, gue pikir kata-kata Kakak tadi hanya tebakan yang belum bisa dibuktikan kebenarannya.""Aku sudah pernah melihat sendiri, Rif, itu sebabnya, aku bisa mengatakan hal itu padamu."Rifky mengusap wajahnya dengan kasar, perasaannya semakin berkecamuk, percuma untuk menyembunyikan, sang kakak ipar benar-benar keterlaluan, begitu makinya di dalam hati."Aku paham, pasti bagimu ini aib, aku tidak berpikir ke arah sana, hanya khawatir dengan kakakmu saja, aku mengikhlaskan dia menikah dengan orang lain, buk
"Rifky? Dapat informasi darimana? Sudah pernah bicara langsung dengan dia? Maksudku, biasanya kalau rekan bisnis pasti bisa rapat bersama begitu, kan? Masalah seperti ini, pasti adalah masalah yang serius kalau tidak dibicarakan, benarkan?"Meskipun terkejut, Mitha berusaha untuk merespon, sedikit terbata karena ia merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Birly.Ia sangat mengenal Rifky, sejak umurnya 15 tahun, tentu saja ia tahu luar dalam Rifky itu seperti apa meskipun mereka bukan keluarga."Itulah masalahnya, gue bilang tadi untuk bicara dengan dia, pihak perusahaan dia itu kagak pernah ngasih gue akses, setiap kali kita rapat, meskipun gue yang ke Yogyakarta, atau mereka yang ke sini, tetap aja, Rifky itu kagak bisa gue temui, misterius gitu, jadi gue terpaksa minta bantuan lu, tadinya udah minta sama Billy, tapikan lu tau, hubungan gue sama Billy itu gimana?"Mitha menghela napas mendengar penuturan Birly, perkara memberikan nomor ponsel, memang kedengarannya sepele,
Telapak tangan Rifky mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh Ronan.Niatnya yang tadi membara untuk mempersoalkan tentang tindakan sang kakak ipar yang ternyata memakai namanya untuk hal-hal tertentu benar-benar membuat dirinya kesal setengah mati.Namun, ketika ia mendengar apa yang dikatakan oleh sang kakak ipar, seluruh keyakinan Rifky untuk mempermasalahkan hal itu musnah seketika.Yah, sekarang ini, ayahnya masih perlu perawatan dan pengobatan pasca sakit karena tertipu rekan bisnisnya sendiri kala itu. Kesehatan sang ayah memang mulai membaik ketika perusahaan tertolong lantaran keputusan Riska yang menikah dengan Ronan.Namun, setiap saat, ayahnya tetap harus cek kesehatan, dan itu bukan sekedar cek biasa, tapi perawatan kesehatan sang ayah karena penyakit jantung yang dideritanya cukup mengkhawatirkan.Jika ayahnya tahu apa yang dilakukan oleh sang menantu, bagaimana reaksinya? Apalagi, ayah Rifky dikenal sebagai pria yang lurus dan jujur. Pria itu selalu mengajarkan pada
"Kalau yang kau bicarakan bukan sebuah omong kosong, baiklah, nanti kita bicara di depan kantor."Bibir Bella mengulas senyum ketika mendengar apa yang akhirnya diucapkan oleh Rifky. Rasanya tidak terkira, setelah sekian lama bermimpi untuk bisa mengajak pria itu bicara berdua, akhirnya sekarang Rifky mau menuruti kemauannya.Ia berbalik dan membentuk tanda oke dengan jarinya, sambil terus tersenyum. Rifky hanya menghela napas. Terkadang, sikap Bella terlihat sopan padanya terkadang tidak, kadang juga wanita itu kasar. Rifky tidak tahu, yang mana sifat asli Bella? Yang jelas, ia mengabulkan permintaan perempuan itu karena penasaran, apa yang ingin disampaikan oleh sektretaris kakak iparnya tersebut.Saat jam istirahat, Rifky menepati janji untuk menemui Bella di warung makan yang ada di depan kantor mereka.Ketika ia tiba di sana, Bella sudah ada di sana. Perempuan itu melambai ke arah Rifky saat melihat pemuda itu masuk ke warung tersebut.Karena Rifky membawa bekal sendiri dari rum
"Baiklah, alhamdulillah, kalau memang kamu benar-benar merasa, apa yang kemarin-kemarin kamu lakukan itu keliru.""Jadi, kita enggak musuhan lagi?""Asal kamu tepati janji kamu."Bella menyambar salah satu tangan Rifky dan menggenggamnya erat, ini membuat Rifky terkejut hingga ia menarik tangannya dengan cepat. "Eh! Maaf, aku lupa! Aku lupa kalau kamu sudah menikah."Bella buru-buru meminta maaf, sebelum Rifky yang lebih dulu bicara ketika pria itu terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan Bella padanya. Menyentuh dirinya seperti tadi.Rifky menghembuskan napas. Tidak jadi melancarkan aksi protesnya. "Sekarang, katakan apa yang kamu maksud dengan hal yang kamu ucapkan tadi, tentang keanehan yang kamu maksud."Seolah tidak mau membuang waktu, Rifky langsung melontarkan pertanyaan itu pada Bella, karena hal itulah yang membuat ia mau memenuhi permintaan perempuan itu untuk bertemu di tempat sekarang sampai ia melewatkan makannya saat istirahat."Kalau kamu enggak cepat bergerak m
Alhasil, Rifky memilih untuk tidak menceritakan lebih lanjut tentang apa yang sudah dialaminya.Ia juga tidak mau dituduh mengada-ada, karena memang hal yang tadi ia lihat itu tidak mungkin mudah untuk dipercayai oleh orang yang tidak mengalaminya sendiri. Contohnya ia dahulu juga demikian. Itulah sebabnya, Rifky memilih untuk tidak melanjutkan pembahasan itu. Namun jujur, sekarang ia mulai berpikir, apa sebenarnya isyarat yang dibawa oleh almarhum kakaknya itu pada ia dan Riska?Ketika Rifky nyaris keluar dari warung makan tersebut, suara Pak Harto membuat langkahnya terhenti."Meskipun aku tidak terlalu percaya untuk hal yang tadi kamu katakan, akan lebih baik, kamu perhatikan apapun yang sekarang kamu lakukan, bisa saja itu isyarat. Almarhum kakak kamu sangat menyayangi kalian, hingga saat sudah meninggal pun, ia tetap menjaga kamu dari dunianya."Rifky menarik napas lega ketika mendengar apa yang dikatakan oleh pemilik warung tersebut. Lega, karena setidaknya perasaannya tentang
"Aku tidak bisa....""Kenapa? Kenapa tidak bisa? Apakah kau tipe pria yang tidak bisa meninggalkan seseorang meskipun orang itu tidak menguntungkan?""Situasinya tidak sesederhana yang kau pikirkan, Bella. Perusahaan ini, milik ayah Riska, meskipun sekarang aku pemilik saham di perusahaan ini, tetap saja saham Riska itu tergabung dengan saham ayahnya, tidak akan cukup jika aku melawan."Bella tersenyum kecut mendengar pengakuan Ronan yang dinilainya terlalu bodoh. "Riska itu istrimu, kenapa kamu tidak membuat saham dia menjadi milikmu? Dengan begitu, kau bisa menjadi pemimpin tunggal di perusahaan ini?""Bella, aku tidak pernah berniat untuk melakukan hal itu kalau Riska mampu memberikan apa yang aku mau.""Lalu aku??!""Bukankah aku juga sudah memberikan apa yang kau mau? Uang?""CK! Lupakan saja! Mulai sekarang, jangan urus dengan siapa aku dekat kalau kamu tetap tidak bisa membuat aku mendapatkan identitas resmi!"Setelah mengucapkan kalimat itu, Bella berlalu kasar dari hadapan R
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham