"Akan aku lakukan!"Tentu saja, Bella sekarang mulai tidak patuh padaku, aku tidak suka wanita yang tidak patuh, kalau kau sebagai istri bisa memberikan apa yang aku mau? Aku akan membuang sekretaris sialan itu!Ucapan Ronan dilanjutkan pria itu di dalam hati. Sementara itu, wajah Riska berseri ketika mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami.Sebenarnya, bukan ingin menjadi wanita posesif dan pecemburu. Riska melakukan itu karena merasa Bella bukan wanita baik-baik.Jika Bella wanita yang baik, tentu saja tidak akan kerap menghubungi suaminya saat di luar jam kerja. Riska seringkali memergoki suaminya menerima telpon dari sang sekretaris, dini hari pula. Bagaimana tidak membuat Riska jadi kesal?"Aku harap, kamu benar-benar menepati janji kamu, Pi.""Tergantung, kalau kamu bisa memberikan apa yang aku mau, mana mungkin aku akan menciptakan masalah."Riska menghela napas. Masalah keturunan laki-laki, masih menjadi momok menakutkan bagi dirinya. Padahal, andai saja Ronan berpikir
"Dengan kata lain, lu lebih memilih keluarga Pak Rizmawan dihancurkan oleh kunyuk itu?"Rico membuang napas dengan kasar, seolah tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Zeon padanya."Kalo lu emang tega ngebiarin keluarga orang tua angkat lu hancur, ya udah, gue kagak bisa berbuat banyak, emang kagak bisa dipaksa itu hak lu, gue cuma mencoba ngasih masukan doang.""Oke! Oke! Gue akan pulang!!" Dengan suara meninggi, akhirnya, Rico bicara demikian, dan Zeon tersenyum penuh arti mendengarnya."Ya, udah, abis makan pulang, inget kata-kata gue tadi, lu boleh memperjuangkan impian lu tapi jangan lupakan manusia itu kudu bisa bisa balas budi kalo emang punya hati."Zeon mengucapkan kalimat itu sambil membersihkan kembali gitarnya sambil bersiul. Tanpa mempedulikan, Rico yang menatapinya dengan perasaan yang bercampur aduk.***Bella turun dari motor pemberian Ronan ketika sudah sampai di depan sebuah rumah yang tidak begitu besar tapi asri karena banyak terdapat tanaman hias di depan ru
"Kenapa tidak bisa menjawab? Apakah, pernikahan kalian ini tidak berlandaskan saling cinta?"Suara Bella membuat Aoi tergagap. Perempuan itu menarik napas panjang."Aku mencintainya.""Lalu Rifky?"Aoi terdiam lagi, sulit sekali ia mengatakan sebuah kebohongan kalau ia ingin mengucapkan bahwa Rifky sang suami mencintainya padahal yang ia tahu sebenarnya Rifky belum bisa mencintainya.Jemari tangan Aoi saling bertaut, saling memilin dan itu terdeteksi oleh Bella hingga Bella tersenyum di dalam hati, merasa sudah menang telah membuat istri Rifky jadi merasa tertekan."Kenapa tidak dijawab?" tanyanya ketika sudah beberapa saat Aoi tidak juga kunjung menjawab."Aku-""Aku mencintai Aoi! Tentu saja, kalau aku tidak suka dan cinta kami tidak akan menikah."Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar dan disusul kemunculan Rifky yang sudah menyajikan segelas juice di atas meja."Ah, kamu sudah selesai, aku balik ke belakang ya, aku mau menyelesaikan masakan aku."Aoi buru-buru pamit. Tanpa memped
Mendengar apa yang dikatakan oleh sang istri, Rifky melangkah mendekati wanita tersebut.Kedua tangannya memegang pundak sang istri dan meminta wanita itu menatapnya dengan benar, hingga mau tidak mau Aoi menengadahkan kepalanya, agar pandangan mereka bisa bertemu."Apa yang kamu katakan mungkin benar, apalagi saat awal menikah, tapi aku serius dengan ucapan aku, Aoi, meskipun belum sebesar pria yang sepenuh hati mencintai kamu, tapi aku sudah bisa merasakan tidak mau kehilangan kamu, merasa kesepian kalau kamu enggak ada, merasa rindu kalau aku di kantor dan kamu di rumah, perasaan itu sekarang aku rasakan, dan aku tidak bohong...."Suara Rifky terdengar serius ketika mengucapkan kalimat itu pada sang istri. Membuat bibir Aoi tidak bisa mengucapkan kata-kata dan ia menjadi salah tingkah dengan wajah yang semakin merah ketika mendengar itu semua."Tapi, aku juga maklum kok, kalau kamu mungkin belum bisa cinta sama aku, karena perasaan itu sulit untuk dipaksa, maaf kalau aku egois ingi
Karena mempertahankan diri agar tidak terkena pukulan milik Bastian, Ahmad terpaksa meladeni serangan Bastian.Walaupun di dalam hati ia merasa tidak ber-etika saat melakukan perlindungan diri karena diserang, lantaran membuat keributan di pemakaman, tapi itu terpaksa dilakukannya untuk melumpuhkan Bastian.Pria yang pernah merantau lama di Jepang itu benar-benar ahli ilmu bela diri hingga Ahmad harus ekstra keras untuk mencoba membuat Bastian berhenti menyerang, sampai akhirnya Bastian tiba-tiba menghentikan serangannya dengan wajah terkejut dan kedua mata terbelalak menatap ke arah makam almarhum Rizky.Bastian benar-benar sudah menghentikan serangannya pada Ahmad dan berdiri terhuyung sambil melotot ke arah makam sahabatnya tersebut.Ahmad heran. Ia mengarahkan pandangannya ke makam almarhum Rizky, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Tetapi, kenapa ia melihat Bastian seperti orang yang terkejut melihat sesuatu yang tidak masuk akal?"Ada apa? Apa yang kau lihat?" tanyanya pada Basti
[Kalau dipikir-pikir, apa yang kamu katakan itu benar juga, apa ada orang yang mengaku-ngaku almarhum sampai Bastian yakin Kak Rizky masih hidup?]Ahmad membalas pesan Mitha setelah ia berpikir beberapa saat.Karena bisa jadi ada hal yang demikian terjadi hingga Bastian sampai kukuh bersikap demikian berkeras mengatakan bahwa Rizky masih hidup.[Bisa jadi, mungkin untuk tujuan tertentu, ya Allah kalau bahas ginian aku suka sedih, kalau ada orang yang ingin banget dia masih hidup selain keluarga besar almarhum, aku orangnya, tapi kita enggak boleh memikirkan hal yang sebenarnya itu kita tahu sendiri jawabannya, bikin keluarga besar almarhum juga akan merasa sesak, kasian....]Pesan Ahmad dibalas Mitha. Ahmad mengiyakan, ia setuju dengan apa yang ditulis oleh Mitha padanya. Rasanya mustahil jika almarhum masih hidup, untuk apa manipulasi berita, untuk apa menggelar doa bersama jika itu cuma akting, seperti tidak ada kerjaan, hanya saja melihat kemarahan dan keyakinan Bastian, rasanya
Ahmad terkejut mendengar permintaan yang diucapkan oleh Riska. Terkejut karena perkiraannya bahwa Riska tidak sedang baik-baik saja seperti mulai terbukti.Memalsukan surat keterangan dari dokter? Ahmad tidak pernah melakukannya, namun sekelas Riska bisa meminta hal demikian, artinya sudah tidak bisa dianggap enteng. Pasti ada yang tidak beres."Kak, bukan tidak mau membantu, tapi apakah aku bisa tahu sebenarnya ada apa? Masalah surat yang direkayasa, sebenarnya itu sebuah pelanggaran, tapi akan jadi lain ceritanya kalau aku tahu masalah yang sebenarnya, tentu saja ini jadi tanggung jawab aku sebagai dokter, aku juga tidak akan menanggapi perkara seperti ini kalau orang itu bukan orang yang aku kenal baik dan aku paham karakternya."Ahmad bicara demikian sembari memperhatikan ke kiri dan ke kanan, khawatir ada petugas medis yang mendengar pembicaraan mereka.Riska jadi paham situasi."Kamu benar-benar punya waktu untuk itu?""Ada, aku juga sampai lebih cepat di sini.""Ikut aku."Ahm
"Tidak tahu, yang jelas dia keras, tapi aku rasa dia juga tidak akan berbuat hal yang tidak pantas seenaknya karena kedudukannya itu pertimbangannya.""Apakah Kakak yakin, siap menghadapi segalanya?""Aku sudah memikirkannya, Mad. Aku akan siap. Bagaimana dengan diri kamu sendiri?""Aku juga sudah memikirkannya, dan ini tidak ada sangkut-pautnya dengan rumah sakit, ini murni aku sendiri yang bertanggung jawab, jadi, kalau ada hal yang terjadi, Kakak kasih tau aja aku secepatnya."Riska menganggukkan kepalanya sembari mengucapkan banyak terimakasih untuk yang kesekian kalinya.Saat itulah, Rara terjaga. Ia mengerjapkan matanya ketika sudah membuka mata. Melihat ibu dan kakaknya, bocah itu langsung bangun. Riska mengeluarkan tissue dari tas yang ia bawa dan membersihkan mulut anaknya yang belepotan dengan coklat es krim."Mami udah peliksa?" tanyanya pada sang ibu dengan ucapan cadel khas anak kecil."Iya, sudah. Adik ngantuk sampai bobo sama Om?" sahut Riska sambil merapikan rambut p
"Tidak! Apa maksudmu?" Wajah Ronan terlihat tidak senang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Bella."Hanya ingin membuktikan apakah aku ini bermasalah atau tidak!""Aku tidak mau!""Ya, sudah! Aku tidak tahan jika didesak ayah dan ibu kamu, lalu aku yang disalahkan, kita periksa bersama, kita buktikan bahwa kita memang benar-benar sehat.""Jika memang kita sehat, lalu kenapa kau tidak bisa hamil?""Berarti Tuhan ingin kamu istighfar, introspeksi diri, kamu sudah punya anak tiga perempuan dahulu tapi kau menelantarkan mereka, mungkin dengan minta maaf, dan mereka mau memaafkan kamu, kita bisa mendapatkan keturunan.""Kau percaya hal semacam itu? Yang benar saja. Itu hanya mitos. Tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula, mereka selalu bilang kalau mereka sudah memaafkan aku, apalagi?""Mungkin memaafkan tapi masih sakit hati.""Sudahlah, kalau memang kamu tidak percaya aku tidak bermasalah, ayo kita periksa, aku berani menjamin, aku itu tidak bermasalah, aku berani bertaruh akan hal
"Bicara apa? Masalah kehamilan itu takdir dari Tuhan, kalau kita belum dikasih, artinya ada sesuatu yang indah dipersiapkan Allah untuk kita."Dengan bijak Rifky mengatakan hal itu pada sang istri dan ini membuat Aoi terenyuh. Meskipun mereka menikah bukan karena saling cinta, tapi hari demi hari Aoi merasa perlakuan Rifky semakin lembut dan perhatian. Tanpa kata-kata saja, Aoi sudah merasa perlahan tapi pasti hati sang suami mulai melunak. Aoi berdoa semoga saja ketika hati mereka sudah semakin bertaut erat, anugrah itu akan mereka dapatkan. Begitu doa Aoi setiap hari.***Kabar kelahiran anak Riska dengan Mark yang berjenis kelamin laki-laki membuat Ronan kesal dan marah. Berulang kali ia memastikan bahwa kabar itu tidak benar, namun bagaimana mungkin itu bisa ditampik, karena anak Riska dan Mark memang laki-laki.Sekarang, Ronan sedang menunggu Reva pulang dari sekolah, ketika ia habis bertengkar dengan Bella karena masalah sang istri yang belum hamil juga. Pertengkaran yang sa
"Ya, tidak bisa dong, Sayang. Kita menikah memang tujuannya itu, kau paham, kan? Aku bercerai dari Riska, karena aku tidak mendapatkan anak laki-laki dari dia, jadi aku tidak mau kejadian serupa juga terjadi padamu.""Kejadian serupa?""Iya.""Kalo gitu, ayo dong ikut aku periksa! Kita periksa bareng-bareng! Aku sudah menunjukkan hasil pemeriksaan aku, sekarang tinggal kamu, beres, kan?""Aku bilang jangan bahas masalah itu lagi di hadapan aku! Aku sehat, Bella ingat itu! Tidak perlu periksa, kau saja yang harus ketat konsultasi dengan dokter!Kemarahan Ronan kembali terpancing.Ia meninggalkan Bella dan melangkah masuk ke kamar mandi, membanting pintunya membuat Bella hanya mengusap dada. Ronan benar-benar sudah membuat dirinya kesal.***"Mau kopi?" tanya Tedi, teman Ari ketika melihat Ari mampir ke rumahnya."Boleh."Tedi segera masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan leader fans club GSB itu untuk duduk.Beberapa saat kemudian, Tedi keluar dengan kopi di tangan. Kopi itu i
Ronan bicara demikian dan itu membuat Riska mengerutkan keningnya."Kamu ini bicara apa?" katanya dengan wajah tidak mengerti. "Kamu ke klinik ini agar kamu bisa hamil, kan? Lihat istriku, sudah hamil, anak kami laki-laki, tidak perlu program, karena aku dan dia sama-sama sehat, kamu hanya membuang waktu saja mengikuti program hamil, Riska. Buang uang."Ronan masih mengira Riska datang untuk mengikuti program kehamilan, hingga ia bicara demikian.Riska geleng-geleng kepala. "Aku ke sini untuk cek kandungan sudah jadwal, jadi bukan untuk ikut program kehamilan.""Apa? Kamu hamil?"Ronan seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Riska hingga pria itu bicara demikian sambil menatap ke arah perut Riska yang masih ramping. "Iya, alhamdulillah, baru dua Minggu, bagaimana kandungan istrimu? Sehat? Jangan sering kau tinggalkan, cukup aku yang kamu perlakukan seperti itu Ronan, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan anakmu sendiri.""Bohong! Kamu hanya akting bahwa sedang ham
Ia ingin marah, tapi Riska segera menggamit lengan sang anak untuk mengikuti dirinya naik ke atas motor. Riska tidak peduli dengan wajah Ronan yang terlihat marah. Ia tidak mau terpancing kemarahan lagi, meskipun ia sudah dinyatakan sembuh oleh sang dokter setelah beberapa waktu lamanya berjuang melawan penyakit, Riska tetap harus menjaga kesehatannya jangan stress dan banyak pikiran karena dua hal itu akan memicu penyakit yang dideritanya kambuh kembali. Akhirnya, Ronan hanya bisa membiarkan Riska dan Reva meninggalkan dirinya. Kemarahan yang dirasakan oleh Ronan membuat pria itu bertekad akan hidup lebih bahagia bersama Bella, agar ia bisa memamerkan kebahagiaannya itu pada sang mantan istri. ***Beberapa bulan setelah Ronan menikah, Riska akhirnya menikah dengan Mark. Pernikahan mereka digelar tidak besar-besaran karena menurut Riska lantaran sekarang mereka sedang berusaha untuk membuat kehidupan mereka bangkit lagi, uangnya lebih baik digunakan untuk kehidupan mereka setelah
"Aku akan berusaha, kau bisa percaya padaku, Bella."Ronan memberikan janji meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia bisa mengembalikan kehidupan seperti saat sebelum ia masuk penjara pada Bella, namun yang jelas Bella tidak boleh meninggalkan dirinya. Riska sudah tidak menerima dirinya kembali, jadi Ronan tidak boleh kehilangan Bella, jadi meskipun sedikit tidak yakin apakah ia bisa mengabulkan keinginan Bella yang menuntutnya tetap memberikan kehidupan yang mewah, Ronan tetap optimis ia bisa asalkan Bella tidak meninggalkan dirinya.***Pernikahan Ronan akhirnya berlangsung beberapa bulan kemudian semenjak Ronan keluar dari penjara. Meskipun dibantu orang tuanya yang kembali memberikan Ronan kesempatan untuk membangkitkan perusahaan bermodalkan pinjaman dan beberapa harta yang dijual namun, kembali hidup mewah memang belum bisa dilakukan lagi oleh Ronan dan Bella. "Bella, terima kasih, kamu mau menikah dengan Ronan, meskipun Ronan tidak sekaya dulu lagi, tapi kau harus percaya, s
"Aku tahu, aku berjanji jika aku diperkenankan untuk kembali dengan Riska, aku akan berubah.""Sudah terlambat, Riska sudah banyak menderita karena keegoisan kamu, sekarang mending kamu belajar menata hidup lagi, nikah saja dengan selingkuhan kamu itu, Riska tidak bisa aku biarkan untuk kembali bersama dengan kamu, Ronan!"Setelah bicara demikian sang ibu meminta Rico untuk meminta Ronan untuk pergi. Wanita itu berbalik dan tidak mempedulikan lagi Ronan yang memintanya untuk mendengar apa yang dikatakannya.Rico segera meminta Ronan untuk pergi tanpa peduli pria itu bicara apa untuk membujuknya agar Rico mau berpihak padanya.Rico sudah tidak peduli dengan kata-kata mantan kakak iparnya itu karena sekarang yang terpenting baginya adalah mengejar mimpinya bukan lagi tentang yang lain.Dalam rasa kecewanya, Ronan berbalik dan ingin melangkah pergi meninggalkan rumah orang tua Riska, namun motor Mark masuk ke pekarangan rumah itu, dan berhenti tepat di hadapannya.Mark baru saja membawa
Riska menghela napas mendengar apa yang dikatakan oleh Rifky. Perempuan itu mengusap wajahnya perlahan, dan Rifky sangat tahu sekarang sang kakak sangat merasa tertekan."Aku nolak Mark karena aku rasa aku tidak cukup baik untuk dia.""Siapa bilang? Kakak itu sudah sangat baik untuk Kak Mark, dia juga masih sangat mencintai Kakak, dan yang paling penting dia itu tulus sama Kakak, beda sama Ronan yang selalu menuntut Kakak ini dan itu."Rifky merespon perkataan Riska dengan sangat yakin dan tegas."Aku tahu, Mark baik, sejak dulu sampai sekarang, dia enggak pernah menyakiti, justru aku yang menyakiti dia dengan menikah bersama Ronan, tapi, aku benar-benar tidak percaya diri untuk menerima dia kembali, Rifky, kamu tahu sendiri, meskipun sekarang dokter bilang aku sembuh, aku tetap enggak bisa punya anak lagi, bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan dia sementara aku enggak bisa memberikan keturunan buat dia?""Emangnya, dia mempermasalahkan hal itu? Aku lihat, dia akrab dengan Reva,
Setelah bicara demikian, Bella berlalu pergi meninggalkan Ronan yang hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan sepatah katapun karena tidak tahu harus bicara apa.Meskipun marah, tetap saja Ronan harus berterima kasih pada Bella sebab, perempuan itu tidak menuntutnya hingga hukumannya menjadi ringan. Apakah ia bisa hidup di penjara? Mau tidak mau, Ronan harus bisa karena memang tidak ada cara lain untuk membebaskan ia sebab bukti tidak bisa membuat ia lepas dari hukuman.***Riska dan Rifky akhirnya bahu membahu untuk membuat perusahaan ayah mereka bangkit kembali, meskipun harus berhutang banyak untuk menutupi dana yang digelapkan oleh Ronan.Mark adalah orang yang paling banyak membantu Riska untuk dana meskipun ia sendiri bukan orang kaya. Namun, karena Mark seorang pekerja keras, ia bisa meminjamkan tabungannya untuk Riska yang digunakan Riska untuk membiayai perusahaan sang ayah agar bisa kembali beroperasi.Akan tetapi, tentu saja itu tidak mudah. Karena beberapa pemegang saham