Home / Rumah Tangga / BUKAN MENANTU KAMPUNGAN / Bab 18. Kepulangan Ratih Di Pagi Hari

Share

Bab 18. Kepulangan Ratih Di Pagi Hari

Author: Jielmom
last update Last Updated: 2025-01-08 10:00:24

“Ratih? Baru pulang?” Sengaja aku tegur sebelum Ratih masuk ke dalam rumah. Aku ingin tahu apakah dia pergi semalam dengan orang yang sama.

“Eh, mbak Alea, kok ada di luar?” tanya balik Ratih kaget seperti yang kepergok telah melakukan yang salah.

“Semalam gak pulang?” Aku menegaskan kembali apa yang aku tanyakan. Sebagai kakak iparnya, aku berkewajiban untuk menegurnya, karena biar bagaimanapun juga dia adik dari suamiku, berarti adikku juga.

“Iya, mbak,” ucapnya, kemudian masuk ke dalam rumah, seperti sudah biasa melakukan hal seperti itu.

“Apa kamu tahu, kalau perempuan pulang pagi itu gak baik?” tanyaku mengikuti Ratih masuk ke dalam rumah.

“Mbak Alea, aku ini udah izin loh sama ibu, kenapa mbak Alea yang marah sama aku? Ibuku aja gak marah-marah. Emang mbak Alea siapanya aku? Cuma kakak ipar, kan? Lagian namanya kakak ipar ya cuma orang lain,” dengus Ratih.

“Astaghfirullah, Ratih, aku ini memang hanya kakak ipar, tapi mbak i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 19. Ratih si Pelakor

    “Bu, bukannya tiap awal bulan ibu ke bank?” tanyaku mengingatkan.“Ya, nanti sebentar lagi ibu mau ke bank, ambil pensiunan bapak,” ucapnya dengan tersenyum. Disaat awal bulan, adalah hari-hari dimana senyum ibu mertuaku merekah.“Oh ya Bu, Alea mau mengingatkan, ibu bilang, kalau ibu tambah uang arisan 500 ribu untuk tambah-tambah uang semester. Sekarang Ratih nagih uang semesterannya. Jadi bisa gak ya uang arisannya dipake buat bayar semesteran Ratih?”Mendengar permintaanku, langsung saja raut muka ibu mertuaku menjadi kecut.“Waktu kemaren ibu tolong kamu buatkan nasi rendang, ibu kedapatan arisan, dan karena ibu gak tahu kapan bayaran semester Alea, uangnya sudah ibu belanjakan. Jadi ibu gak ada uang lagi.”“Loh? Kan ibu sendiri yang minta tambahan uang buat arisan. Katanya kalau dapat buat kuliahnya Ratih.”“Iya, niatnya ibu begitu, tapi Allah udah kasih rezeki ke ibu sebelum waktunya Ratih semesteran, jadi gimana? Masa dit

    Last Updated : 2025-01-08
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 20. Ngelesnya Ratih

    “Astaghfirullah, Ratih!” “Jangan sok suci, mbak! Mbak itu siapa? Cuma Iparku dari kampung! Entah apa yang ada dipikiran mas Farhan buat nikahin mbak! Hanya pencuci piring! Aku sendiri malu punya ipar seperti mbak Alea!” “Walaupun mbak cuma pencuci piring, mbak lebih bermartabat daripada menjadi pelakor, Ratih! Asal kamu tahu, pihak kampus memberitahu mbak kalau kamu sering bolos. Bisa-bisa kamu di DO!” “Hei mbak! Gak usah sok nasehati deh! Ini hidup, hidup aku! Lagian mbak tahu apa soal kuliah aku? Hanya lulusan SMK saja bisa-bisanya ngajari aku! Dah sana pulang! Jangan lupa beres-beres rumah!” ucap Ratih sambil berlalu dariku dengan sedikit berlari menjauhiku. Ada rasa tidak terima Ratih menghina diriku. Ingin aku melawan ucapannya, tapi aku berusaha untuk menahan emosi, “Belum, belum waktunya, sabar, sabar Alea.” Aku mengurutkan dada supaya aku tidak terbawa emosi. Aku bergegas ke restoran sejenak untuk mel

    Last Updated : 2025-01-09
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 21. Pekerjaan Ratih

    Aku yakin, kalau suara Ratih meminta motor, itu artinya, dia hanya ingin tambahan uang dari mas Farhan. Walaupun aku tahu tingkah laku Ratih seperti apa diluar sana, tetap saja ibu mertua dan mas Farhan tidak akan mempercayaiku. “Baiklah, Ratih. Aku tidak akan ikut campur masalahmu, toh aku bukan bagian dari keluarga ini, hanya kakak ipar kampungan,” gumamku dalam hati. “Mulai sekarang, urus saja apa yang membuat hidupku bahagia!”Aku mencuci piring kotor, karena rasanya tidak enak dipandang mata. Setelah selesai, aku masuk kamar dan mulai melihat laporan yang dibuat oleh Evan. Laporannya dikirimkan melalui email, dan aku membacanya dari ponsel, sambil menunggu mas Farhan pulang.“Alea?” panggil ibu mertua di balik pintu kamarku.Aku segera membuka pintu sebelum ketukannya bertambah keras. “Ya, Bu?”“Kamu gak masak?” tanya ibu mertua.“Bukannya tadi siang aku sudah masak, Bu?”“Loh, siang ya siang. Lagian udah tinggal sisa-sisa.

    Last Updated : 2025-01-09
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 22. Igauan Mas Farhan

    Kenapa perasaanku selalu mengatakan kalau mas Farhan sudah berselingkuh? Bagaimana caranya supaya aku bisa menemukan bukti perselingkuhan mas Farhan? Aku berjalan mondar mandir di dalam kamar. Kulihat ponselnya mas Farhan sedang di charge dalam keadaan mati. Kucoba menghidupkan kembali tetapi tidak bisa karena di password. Lalu aku matikan kembali agar tidak ketahuan. “Apakah aku harus mengikuti mas Farhan kemana pun aku pergi?”Tiba-tiba, mas Farhan selesai dari mandinya, aku segera pura-pura tidur dengan memunggunginya.Mas Farhan masuk kamar dan mengambil ponsel yang sedang di charge dan menyalakannya. Namun tidak lama, ponselnya ditaruh dan mas Farhan tidur dengan segera, seperti tidak terjadi apa-apa. “Apakah aku terlalu cemburu?” Aku membalikkan tubuhku untuk menatap wajahnya. Wajah mas Farhan yang menurutku tampan, wajahnya putih, hidungnya mancung, sebab itu aku jatuh cinta dengannya. Aku mengelus pipinya secara perlahan agar tidak membangunkannya

    Last Updated : 2025-01-10
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 23. Kedatangan Kak Leo

    “Apa yang harus aku persiapkan jika Erika datang ke rumah ini? Masakan? Penampilan? Pakaian?” Hatiku benar-benar tidak menentu, tapi biar bagaimanapun aku juga ingin melihat Erika itu seperti apa.Aku keluar dari kamar dan mempersiapkan bekal mas Farhan.“Alea, nanti sore kita kedatangan tamu?” Bisik ibu mertuaku.“Iya, Bu. Mas Farhan mengundang teman kerjanya.”“Oh, kalau begitu, kamu harus masak yang enak yah?” “Ya, Bu.”Aku menghela napas panjang. Hatiku sungguh berkecamuk, bahkan ketika mas Farhan berangkat kerja pun, hati ini tidak tenang.Aku mencoba mengalihkan kecemburuanku dengan melihat isi kulkas apa yang bisa aku buatkan untuk kedatangan Erika. “Apakah aku buatkan sesuatu yang berbeda? Masakan Prancis? Indonesia?”“Kamu akan masak apa, Alea?” tanya ibu yang melihatku lama memandangi isi kulkas.“Aku belum tahu, Bu.”“Kamu kan kerja di restoran? Apa gak bisa contoh masakan yang ada

    Last Updated : 2025-01-10
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 24. Persiapan Menyambut Tamu

    “Makan malam?”“Huum!”“Dengan mertuamu yah? Sorry, aku masih harus beresin kerjaan dulu disini, sebelum besok pulang. Gak apa-apa kan?”Sebenarnya, aku berharap jika kak Leo datang ke rumah untuk makan malam bersama, pasti mas Farhan tidak akan berbuat macam-macam karena ada kak Leo, tapi sepertinya kak Leo segan kalau ke rumah ibu mertuaku, karena dasarnya dia memang tidak suka dengan mas Farhan.“Gak apa-apa sih, cuma berharap aja bisa ketemu lebih lama.”“Mungkin nanti kalau kamu pindah ke rumah baru. Aku ada rencana mau pindah ke Jakarta, tapi aku kasihan kalau ayah dan ibu masih tetap di Solo. Tar yang jaga mereka siapa.”Ayah dan ibuku tinggal di Solo, yang selalu disebut oleh mertuaku dari kampung, hingga selalu menjadi guyonan aku dan kak Leo ketika membahas rumah.Untuk seumuran ayah dan ibu, kota Solo adalah tempat yang ternyaman dibandingkan dengan kota Jakarta yang sibuk dan penuh dengan polusi. Sekarang, pe

    Last Updated : 2025-01-11
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 25. Sajian Untuk Tamu

    “Ehem.” Aku berdehem cukup keras membuat mas Farhan melirik padaku. Dengan canggung, dia memperkenalkan aku dengan Erika.“Erika, itu adalah istri mas, Alea namanya,” ucap mas Farhan menunjuk padaku tanpa pindah tempat mendekatiku.“Oh, ini istrinya mas Farhan. Kita belum pernah ketemu yah, mbak Alea,” sapa Erika menghampiriku ingin mencium pipi kiri kananku seperti kepada ibu mertua, tapi aku mengulurkan tangan. “Ini batasannya, jangan keluar batas!” batinku bergejolak.Erika yang melihatku mengulurkan tangan, yang tadinya ingin memeluk, memundurkan tubuhnya dan menjabat tanganku. Aku tahu ada percikan tidak suka dimatanya, dan inilah perang.“Senang berkenalan dengan kamu, Erika!” jawabku dengan formal.Erika terhenyak mendengar sapaanku yang formal, dia sadar bahwa kedatangannya tidak diharapkan olehku.“Sayang, Erika ini sudah banyak membantuku dalam membuat proyek. Sepertinya dua perusahaan kita akan menjalin kerjasama yang

    Last Updated : 2025-01-11
  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 26. Tamu Berbalut Pelakor

    “Tidak bisa dibiarkan. Kenapa mereka terlalu serakah?” Aku tidak habis pikir. Kuambil buah dan kupotong-potong, lalu kutaruh pada piring saji.Kusajikan creme brulee untuk Erika, mas Farhan dan aku sendiri. Sedangkan untuk ibu mertua dan Ratih aku berikan piring kecil.“Untuk ibu, karena tidak boleh banyak makan makanan yang mengandung gula, jadi makan buah saja ya? Dan untuk Ratih, katanya sedang diet, jadi sama dengan ibu, makan buah,” ucapku sebelum diprotes oleh mereka berdua.Aku tersenyum ketika mereka tidak bisa berbuat apapun karena ada Erika. Mereka harus menjaga image. Aku menikmati creme brulee yang kubuat sendiri. Pantas saja mereka mencurinya. Ini memang best seller di Homy Private Dining. Jarang-jarang mereka mendapatkan langsung dari chefnya. “Nak Erika ini sudah bercerai berapa lama?” tanya ibu mertua.“Sudah tiga tahun, Bu.”“Oh sudah tiga tahun, sayang ya baru ketemunya sekarang.”“Apa maksudmu, Bu? Ap

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 116. Akhir Sebuah Kisah

    Aku duduk di ruanganku di restoran sambil menggulir layar ponsel. Berita tentang penangkapan Joko Supriono terus muncul di berbagai platform berita online. Ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial, dan aku bisa membayangkan betapa kacaunya situasi di pihak Erika dan keluarganya saat ini. Evan baru saja kembali dari honeymoon-nya di Bali. Begitu masuk ke restoran, dia tampak lebih segar dengan senyum santainya yang khas. Aku melihatnya melangkah ke arahku sambil melepaskan kacamata hitam yang masih menggantung di wajahnya. "Hei, bos! Aku kembali," katanya dengan nada riang. "Kau merindukanku?" Aku tersenyum kecil dan mengangkat alis. "Kau hanya pergi seminggu, Evan." "Tapi tetap saja, restoran tanpa aku pasti terasa sepi, kan?" Dia tertawa, lalu menarik kursi di depanku. Namun, senyumnya sedikit memudar saat melihat aku masih sibuk menatap layar ponsel. "Kau kenapa sih? Dari tadi main ponsel terus," tany

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 115 Kisah Yang Berulang

    Aku menggeleng, mencoba tetap tenang. “Tunggu sebentar, Ratih. Maksudmu, Mas Calvin sudah tahu semua ini sejak awal?” Ratih menatapku dengan ekspresi datar, tapi aku bisa melihat ada sedikit ketegangan di sana. “Aku tidak tahu sejak kapan tepatnya. Tapi beberapa waktu lalu, suamimu menemui Mas Farhan dan menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang dikelola mbak Erika sebenarnya mendapat suntikan dana dari seseorang yang mencurigakan. Mas Farhan tidak percaya pada awalnya, tapi setelah diselidiki lebih jauh, ternyata perusahaan Erika hampir bangkrut dan di saat itulah nama mas Joko muncul.” Aku menahan napas. “Jadi, Joko yang menyelamatkan perusahaan Erika?” Ratih mengangguk. “Iya. Dan Mbak tahu sendiri siapa mas Joko, bukan?” Tubuhku membeku. Joko bukan orang baik. Aku tahu itu. Tapi yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan Mas Calvin dalam semua ini. Kenapa dia menyelidikinya? “Mbak Alea,” panggil Ratih pelan,

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 114. Hilangnya Joko Supriono

    Aku menghela napas sebelum mengangkatnya."Ada apa?" tanyaku datar."Apa yang kamu lakukan kepada Erika, Alea?!" suara Farhan terdengar penuh amarah di seberang sana.Aku mengernyit. "Apa maksud Mas Farhan?""Erika masuk rumah sakit! Dia tiba-tiba stres dan pingsan! Dia bilang ini semua gara-gara kamu!"Aku menggeleng tak percaya. "Dengar, Mas. Aku bahkan tidak bertemu Erika hari ini. Kalau dia merasa bersalah atau tertekan, itu urusannya, bukan salahku.""Jangan pura-pura tidak tahu! Kamu selalu iri dengan kebahagiaan kami, kan?! Makanya kamu sengaja membuat kekacauan!"Aku tertawa sinis. "Kebahagiaan? Mas serius? Dari awal, aku tidak pernah peduli dengan hubungan kalian. Aku sudah lama melupakan semuanya. Jadi kalau Erika merasa bersalah atau takut rahasianya terbongkar, itu bukan urusanku!""Kamu keterlaluan, Alea!" bentaknya lagi.Aku mendengus. "Mas, aku sudah cukup lelah dengan drama kalian. Kalau

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 113. Gara-Gara Joko

    Setelah pertemuan tak terduga dengan Ibu Aminah, aku menghela napas panjang, mencoba mengabaikan semua yang baru saja terjadi. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting bagiku lagi. Fokus utamaku saat ini adalah restoran. Aku segera melanjutkan keperluanku di pasar, bertemu dengan beberapa supplier yang selama ini bekerja sama dengan restoranku. Karena Evan sedang cuti menikah, akulah yang harus memastikan semua bahan baku tetap tersedia dengan kualitas terbaik. “Bu Ningsih, seperti biasa, saya pesan ayam fillet dan daging sapi kualitas premium, ya. Kirim ke restoran sore ini.” Bu Ningsih, seorang pemasok daging yang sudah lama bekerja sama denganku, mengangguk sambil mencatat pesananku. “Siap, Mbak Alea. Stok lagi bagus, jadi tenang saja.” Aku melanjutkan ke lapak sayuran, memastikan semua bahan segar yang aku butuhkan tersedia. Setelah semua pesanan sudah diatur, aku mengec

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 112. Di Pasar

    Aku mengerutkan kening dan menatap karyawan yang berbisik padaku. “Tamu?” tanyaku, memastikan aku tidak salah dengar.Karyawan itu mengangguk. “Ya, seorang pria bernama Joko Supriono. Dia bilang ingin bertemu dengan Mbak Alea secara langsung.”Jantungku berdegup lebih cepat. Nama itu bukanlah nama yang ingin kudengar di malam spesial ini. Dengan perasaan waspada, aku melangkah ke arah pintu masuk restoran.Begitu aku keluar, di sana dia berdiri. Joko Supriono, pria paruh baya dengan perut buncit dan senyum yang selalu terasa menjijikkan di mataku. Dia mengenakan kemeja mewah yang sedikit terbuka di bagian atas, seolah ingin menunjukkan kepercayaan dirinya yang berlebihan.“Lama tidak bertemu, Alea,” ucapnya dengan nada yang terdengar akrab, seolah kami adalah teman lama.Aku mengatur napas dan berusaha tetap tenang. “Pak Joko, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanyaku dengan nada datar.Dia terkekeh kecil, melirik ke sekelil

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 111. Lamaran Jadi Nikahan

    Semua orang masih larut dalam kebahagiaan setelah Nadine menerima lamaran Evan. Aku tersenyum puas melihat mereka saling menggenggam tangan dengan mata berbinar. Tapi, kejutan sesungguhnya baru akan dimulai.Aku melirik ke arah mas Calvin yang duduk di sebelahku sambil memangku Shasha. Dia mengangguk kecil, tanda bahwa semuanya sudah siap. Aku pun berdiri dan mengambil mikrofon.“Terima kasih untuk semua yang sudah datang dan menyaksikan lamaran Evan dan Nadine malam ini,” ujarku dengan suara mantap. “Tapi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan.”Semua mata kini tertuju padaku, termasuk Evan yang menatapku dengan alis berkerut. Aku menarik napas dan melanjutkan, “Setelah berdiskusi dengan keluarga Nadine dan Evan, kami memutuskan untuk mengubah acara malam ini… dari sekadar lamaran menjadi akad nikah.”Ruangan mendadak hening. Aku bisa melihat wajah Evan langsung menegang, matanya melebar karena terkejut. Sementara Nadine, meski tampak terkejut, ti

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 110. Lamaran

    Aku duduk merenung di dalam ruanganku sendiri. Bagaimana bisa Erika bersama dengan si Joko? Apa yang terjadi dengan mas Farhan? Kenapa sampai Erika mengancam untuk tidak memberitahukan kepada mas Farhan? Apakah itu artinya Erika ada main dengan si Joko? Lalu bagaimana nasib dengan Ratih? Ah… semakin dipikir membuatku semakin penasaran, tapi aku tidak ingin terlibat langsung dalam urusan rumah tangga mereka. Bukankah aku harus fokus dengan kehamilanku? Aku tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Rasanya menyakitkan jika aku harus mengalami keguguran lagi karena terlibat urusan dengan keluarga mas Farhan. “Ya! Masa bodoh dengan keluarga orang lain! Masih banyak hal yang aku harus pikirkan!” Aku mensugesti diri sendiri untuk tidak lagi terlibat dalam urusan orang lain. *** Beberapa hari berlalu, dan pikiranku tentang Erika serta si Joko perlahan mulai terkubur oleh kesibukan sehari-hari. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di re

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 109. Erika dan Joko Supriono

    Aku berdiri kaku, menatap Erika yang jelas sama terkejutnya denganku. Namun, tatapan Erika tetap dingin seperti biasanya. Wanita itu berdiri dengan perut besarnya, tetap angkuh seolah tidak ada yang perlu dijelaskan. Tapi yang membuatku jauh lebih terkejut adalah sosok pria yang berdiri di sampingnya. Joko Supriono. Pria yang selama ini ingin aku hindari... mimpi buruk di masa laluku. Mas Calvin melangkah setengah langkah ke depan, berdiri di depanku seolah menjadi pelindung. Aku bisa merasakan ketegangan di tubuhnya, apalagi saat si Joko menyunggingkan senyum licik yang sangat aku kenal. "Alea... lama tidak bertemu." Suaranya membuat bulu kudukku meremang. Aku menguatkan diri, menatap tajam tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. "Kamu... kenapa ada di sini?" suaraku terdengar bergetar, tapi aku berusaha tetap tegar. Joko melirik Erika dengan senyum samar. "Aku

  • BUKAN MENANTU KAMPUNGAN   Bab 108. Membahas Lamaran

    "Mas, Evan minta kita bantu buat nyiapin lamarannya, kamu ada ide?" tanyaku sambil melirik mas Calvin yang fokus menyetir.Suamiku menoleh sekilas, bibirnya melengkung tipis."Evan minta bantuan kamu... atau kita?" godanya.Aku mendengus pelan, melipat tangan di dada pura-pura kesal."Ya jelas kita lah, Mas! Masa aku sendiri? Kamu kan jago soal beginian."Mas Calvin terkekeh, tapi aku tahu dia memang senang jika dilibatkan."Hmm..." gumamnya sambil mengetuk-ngetuk setir, seolah berpikir."Kita bisa buat acara kecil di restoran kamu. Gak usah mewah, yang penting intimate dan berkesan."Mataku langsung berbinar, ide itu terdengar sempurna."Kayaknya Nadine tipe yang gak suka hal-hal berlebihan, ya?"Mas Calvin mengangguk kecil."Iya... dan Evan pasti pengen suasana yang sederhana tapi bermakna."Aku tersenyum, membayangkan wajah Evan yang pasti akan gugup di hari lamarannya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status