Share

4. Mata

Penulis: AYAS
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-14 11:37:35

Bianca melenggang menuju kamarnya, santai seperti biasa. Beberapa meter di depan Bianca, Gerald melangkah tergesa-gesa. Ada banyak amarah tersirat dari gesturnya, tapi Bianca tidak peduli. Bianca tidak salah sama sekali. Kalau ada yang harus disalahkan, maka itu adalah keteledoran keluarga Lagrave yang sengaja mengabaikannya. Sialan, apa ini masih di SMA? Bagaimana bisa mereka membully-nya dengan tindakan kolot itu?

'Jika Ayah tau aku diperlakukan seperti tadi, dia akan menjemputku pulang dan meninggalkan para bajingan ini sendirian.' Bianca membatin sambil mengingat ekspresi kejam seorang Warren Dawson. Ayahnya mungkin pria gila yang terobsesi pada pekerjaan, tapi dia sangat menjaga nama baiknya. Bila dia tau darah dagingnya diperlakukan dengan hina, dia akan sangat marah. Bukan berarti dia menyayangi Bianca sih, lebih kepada dia sangat menjaga nama baiknya sendiri.

Dijemput pulang mungkin opsi yang menyenangkan, tapi itu tidak berarti aman. Clarissa masih harus berkuliah, Bianca tidak mau mengorbankan masa depan adiknya hanya karena dia tidak bisa bertahan di antara para bajingan ini.

Bianca merenung dan merenung situasinya hingga...Brugh!

Keningnya menabrak punggung Gerald. Suaminya yang beraroma manis itu, berhenti tiba-tiba dan berbalik menatapnya. Sebelum Bianca bicara, Gerald sudah maju dengan telunjuk teracung di depan wajahnya. "Kau sangat senang membuat masalah, ya?"

"Senang? Aku?" Bianca tergelak akan tudingan itu. "Apa yang sudah aku lakukan?"

"Kau bahkan pura-pura tolol!"

"Pertama-tama, tuan Gerald yang terhormat..." Bianca menunjuk Gerald kembali menggunakan jari telunjuknya yang lentik. Ia mendorong dada pria itu mundur dan cukup terkejut saat merasakan kalau Gerald mempunyai otot yang cukup kuat, mencuat di balik kemeja hitamnya.

Sempurna. Mengapa dia sempurna?

Sialan, jangan terdistraksi dengan hal tidak penting, Bia!

"Pertama-tama...," ucap Bianca kembali, "Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Apa aku salah sudah mengatakan kalau pelayanan kalian terhadap keluarga baru kalian sangat buruk?"

"Kau tidak diposisi yang berhak untuk mengatakan apa pun!"

"Tapi aku istrimu, loh. Kau baik-baik saja dengan istrimu diperlakukan dengan tidak adil? Apa kau bajingan?"

"Bianca..." tekan Gerald, ia menapak satu langkah lebih dekat kepada gadis itu, ekspresi dingin seperti balok es di samudera atlantik. "Bagian mana dari ucapanku semalam yang kau lupakan?"

"..." Bagian mana?

"Kau hanya istriku di atas kertas. Jangan percaya diri dan menganggapku suamimu sungguhan. Aku tidak pernah menganggapmu lebih dari sekedar hama di rumah ini."

Kalau begitu mari bercerai!--adalah kata yang ingin Bianca katakan, tapi tak mampu ia ungkapkan. Ia tidak bisa kalah di pertempuran ini pada hari pertama pernikahannya.  Dia tidak boleh menyerah begitu saja.

"Hanya karena itu pandanganmu, bukan berarti aku harus menatap hubungan ini sesuai sudut pandangmu." Bianca menghela napas, menahan gemas. "Di mataku, kau adalah suamiku sungguhan. Aku sudah bersumpah di depan Tuhan akan menjadi istrimu dalam keadaan suka maupun duka. Aku tidak akan mengkhianati Tuhan hanya karena kau bersikap seperti bajingan."

"Apa-apaan?" Gerald syok atas bantahan Bianca yang tiba-tiba membawa Tuhan kedalam konversasi mereka. Sejak kapan gadis itu menjadi sosok yang religius? Tunggu, apa dia memang sosok yang religius? Gerald sama sekali tidak tau.

Jika Bianca adalah pribadi yang agamis, apa itu berarti Bianca akan mengabdikan dirinya dengan tulus dalam hubungan ini? Sebagaimana ia sudah berjanji di depan Tuhan kemarin?

'Apa dia akan..., benar-benar..., bertekad menjadi istriku? Serius?'

Pemikiran tentang Bianca yang enggan melepaskannya, menempelinya seperti wanita-wanita di drama romansa, membuat Gerald jijik setengah mati. Ia tidak mau mempunyai hama menempeli hidupnya sampai dia tua. Lagipula, Gerald tidak ada niat mencintai Bianca. Ia berencana menceraikan gadis itu setelah kerja sama dengan keluarga Dawson berjalan mulus.

"Bianca..." Menyela perdebatan di antara Bianca dan Gerald, Erina muncul dengan suara lembutnya yang menyejukkan hati Gerald saat itu juga. Benar, istri idaman Gerald adalah Erina, bukan Bianca. Ia tidak seharusnya memedulikan Bianca dan omong kosongnya barusan.

"Ada apa, Erina?" Bianca menoleh dan merasa lega setelah menemukan Erina di ujung lorong kamarnya. Setidaknya, ia tidak perlu memperpanjang perdebatannya dengan Gerald. Itu menjemukan dan merusak mood paginya.

"Ibu menunggumu di ruang kerjanya."

"Apa karena tadi?" Bianca menyuarakan isi hatinya dan itu membuat dia ditatap sengit oleh Gerald. Pria itu selalu saja menjengkelkan!

"Apa?" Bianca menantang Gerald seperti mengajak pria itu berkelahi. Ia menggulung lengan blouse-nya setinggi siku, siap memukul pria itu. Gerald menatap tingkah Bianca dan menggeleng-gelengkan kepala.

Betapa kekanakan. Ia tidak menyangka wanita itu sudah berusia 26 tahun. Mengapa dia terlihat seperti remaja puber yang tolol?

***

"Pertama-tama, maafkan Ibu atas kejadian tadi pagi,"--merupakan kata sambutan yang didengar Bianca ketika ia menghadap Melisa. Duduk manis dengan secangkir teh di atas meja.

Bianca menyimak ucapan wanita itu dengan anggukan ringan, karena jujur saja, Bianca sudah move on dari kejadian tadi pagi. Ia tidak mau terlalu berlarut-larut pada situasi yang sudah terjadi. Toh, dia menang tadi pagi. Jadi tidak masalah.

"Ibu sudah lalai dan memberikan pelayanan buruk padamu. Padahal ini adalah hari pertamamu bergabung bersama kami, Ibu merasa bersalah sudah membuatmu merasa terabaikan."

'Tidak, daripada merasa diabaikan, aku memang diabaikan.' Bianca membatin sambil memamerkan cengiran sopan. Bianca pikir, tidak ada baiknya memperburuk situasi dengan ibu mertuanya. Jadi..., mari memperbaiki imejnya sekali lagi.

"Aku tidak menyalahkan Ibu sepenuhnya pada apa yang sudah terjadi," ucap Bianca, sengaja memperlembut tuturnya. "Lagipula, Ibu tidak sendirian di sana. Ada Gerald dan Olliver, bahkan Ayah juga ada di sana. Ibu tidak perlu menanggung masalah tadi pagi seorang diri."

Melisa mengangkat wajahnya dan menatap Bianca. Ia terpana, begitu terpana. Kendati penuturan menantunya itu lembut dan bermaksud untuk menenangkan, Melisa mengartikannya sebagai Bianca memang menyalahkan mereka semua menyangkut masalah tadi pagi. Dia sama sekali tidak ada niat untuk menyalahkan dirinya sendiri dan bersikap rendah hati. Walaupun dia di posisi yang benar, ketika berada di depan orang tua, dia sudah seharusnya mengalah, kan? Dia seharusnya meminta maaf juga!

Betapa arogan.

"Ibu?"

"Hmm?"

Bianca menggaruk pipi, ia merasa agak kikuk ketika suasana menjadi sunyi. "Apa ada hal lain yang ingin Ibu katakan padaku?"

"Oh, benar juga...," Melisa tersenyum hambar. "Junie, silakan masuk."

Setelah memanggil seseorang dari luar, Melisa kembali menghadap Bianca.

"Ibu mempunyai hadiah untukmu."

"Oh?" Apa ini semacam warisan keluarga? Sambutan untuk menantu baru? Hmmm, apa itu?

Bianca agak antusias ketika Junie--wanita muda dengan ekspresi tenang itu memasuki ruangan. Dia menghadap Bianca sebentar dan menundukkan kepala, penghormatan singkatnya membuat Bianca tersenyum ceria. Dia merasa seperti princess dari negeri dongeng.

"Bianca,"

"Ya, Ibu?"

"Ini Junie," kata Melisa, "Dia akan menjadi asisten pribadimu di sini."

"Hah?"

Orang? Jadi hadiahnya..., orang? Bukan gelang atau berlian?

"Kau bisa mengatakan apa pun yang kau butuhkan kepada Junie, dia akan mengajarkanmu beberapa hal tentang keluarga ini juga. Hal-hal yang perlu kau lakukan dan hal-hal yang tidak perlu kau lakukan."

"Begitukah?" Bianca mendongak menatap Junie, menilai wanita itu dari ujung rambut ke ujung kaki. "Aku mengapresiasi hadiah Ibu, tapi..., apa ini baik-baik saja?"

Bianca tidak pernah memperoleh pelayan pribadi sebelumnya. Bahkan selama berada di Dawson, seluruh pelayan bekerja untuk semua orang. Bianca merasa sudah diperlakuan secara eksklusif, dan eksklusif tidak selalu berarti baik. Itu bisa berarti dia dikecualikan, dipisahkan.

"Jangan merasa sungkan," ujar Melisa, "Setiap orang di rumah ini mempunyai pelayannya pribadi."

"Ah..., kalau memang seperti itu..."

Bianca tidak bisa menolak kalau situasinya memang seperti yang Melisa katakan. Ugh, sialan. Lama-lama di rumah ini, Bianca menjadi paranoid.

"Junie," sapa Bianca. Ia menyodorkan tangannya kepada si pelayan muda. "Mohon bantuanmu kedepannya. Aku agak cerewet, jadi aku harap kau mampu bertahan di sampingku."

Junie menjabat tangan Bianca ragu-ragu, canggung. "Aku akan bekerja keras."

"Jangan terlalu keras," canda Bianca. "Aku tidak akan memintamu melakukan sesuatu yang luar biasa."

"Ah..."

"Hanya berada di sisiku dan menjadi temanku, aku akan sangat mengapresiasikan bantuanmu."

Menatap keramahan Bianca pada Junie di ruang kerjanya, ketegangan di tubuh Melisa agak mereda. Ia lega Bianca tidak mencurigainya ini itu dan tidak menolak tawarannya. Setidaknya, dengan Junie berada di sekitar Bianca, ia bisa memastikan kalau menantunya itu tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya tanpa sepengetahuan mereka. Sesuatu semacam mencemarkan nama baik mereka, menyabotase dan merusak ketentraman di sini.

Junie akan menjadi mata yang sempurna.

***

Bab terkait

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   5. Sore Yang Tenang (1)

    Mengenang kembali mengapa Bianca harus menikah dengan si bajingan Gerald Lagrave, semuanya bermula ketika Warren Dawson pulang ke rumah dengan senyum lebar terpatri di wajahnya. Pria itu begitu ceria sampai-sampai ia memberikan kecupan kuat di kening Bianca dan kening Clarissa. "Sempurna, sangat sangat sempurna! Kita akan menjadi bagian dari keluarga paling besar di Richmond, Clarissa!" Warren menangkup pipi puteri bungsunya tersebut seperti menangkup permata, sentuhannya penuh kehati-hatian, takut sosok Clarissa akan retak di dalam sentuhannya. "Ayah sepertinya begitu bahagia, apa yang terjadi?" Tidak seperti Warren, Bianca merasakan firasat buruk merayap di tulang belakangnya. Membuat ia menjadi sangat waspada. Sosok Clarissa ia tarik ke balik punggungnya. "Ah, benar juga. Bianca, Bianca..., kau sebaiknya mempersiapkan dirimu untuk event sangat besar yang akan segera terjadi." "Ya?" "Keluarga Lagrave," kata Warren, suara

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   6. Sore Yang Tenang (2)

    "BIANCA DAWSON!" Seruan Gerald mengheningkan suasana, mencekamkan atmosfir teduh di sore hari itu. Tidak ada suara menginterupsinya, seakan-akan seluruh waktu terjeda. Gerald berseru keras dengan amarah yang sudah memenuhi ubun-ubunnya. "Jaga ucapanmu!" tekannya, tatapan meruncing berbahaya. Peringatan yang keluar dari bibir Gerald seperti sebilah pisau tajam, nada suaranya dingin dan menikam. Gerald sangat marah, tapi Bianca yang menatapnya seperti memantulkan kemurkaan yang sama. "Lihat..." Bianca mendudukkan dirinya kembali, tangan mengipasi wajahnya yang memerah karena emosi. "Apa aku yang memulai ini?" "Bi-Bianca..., aku tau kau sangat marah, tapi menuding Gerald sebagai pedofil adalah tindakan yang keterlaluan. Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada suamimu." Erina mencoba mendamaikan dua suami istri yang baru saja bertikai sengit, tapi..., sebagai tanggapan untuk kelembutan suaranya, ia menerima lirikan kesal dari Bianca. "Jangan ikut campur, Erina. Apa kau konseling pern

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   7. Pertahanan

    Hari ketika Bianca mengkritik pelayanan di rumah keluarga Lagrave adalah hari ketika perubahan besar-besaran mulai dilakukan di rumah itu. Tidak hanya meja makan yang menjadi panjang dan mampu menampung hingga sepuluh orang, kini sofa di ruang tamu, ruang keluarga, bangku di balkon bahkan bangku di taman, berubah ukuran. Bianca takjub pada perubahan itu, tapi ia tidak merasa segala hal perlu diubah, jujur saja. Seperti bangku di balkon saja, tidak semua mereka akan pernah berkumpul di sana, karena itu, perubahan tidak perlu dilakukan. Namun, malas memperpanjang masalah, Bianca memilih diam dan menikmati satu-persatu tirai di rumah itu terganti dengan warna baru. "Rasanya seperti pergantian musim," kata Bianca, dia berbicara pada Junie yang berdiri di dekatnya. Nyaris satu minggu Bianca menjadi menantu di rumah itu dan meskipun satu minggu sudah berlalu, Bianca masih merasa seperti ia baru sehari di sana. Sofa-sofa dan tirai di rumah ini bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-17
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   8. Isi Hati

    Sebuah keajaiban terjadi hari ini. Keajaiban yang tidak menyenangkan sama sekali..., karena, mengapa Gerald ikut menemaninya mengantar Clarissa ke bandara? Bianca merasa, semangatnya yang 100 persen, terpangkas 20 persen begitu Gerald berada di sisinya. Bianca tau kalau Gerald tidak mau menemaninya ke bandara dan itu sangat terbaca dari ekspresi muak pria itu yang kentara. Bianca tau Gerald tidak mungkin akan menjadi pria baik hati yang mengantar istrinya bepergian, jadi, siapa yang sudah usil di sini? Apa Melisa? "Kgh," Bianca mau mengacak rambutnya habis-habisan karena frustasi, tapi melakukan itu hanya akan membuat rambutnya berantakan. Junie akan membunuhnya kalau dia melakukan itu. Bianca masuk ke mobil Gerald dan menghela napas panjang-panjang. Gerald yang berada di sisinya seketika melemparkan tatapan penghakiman. Mengapa gadis itu bersikap seperti berada bersama Gerald adalah hukuman? Apa dia tidak tau seberapa banyaknya wanita

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   9. Bungkam

    Setelah berpisah dengan Clarissa di bandara, Bianca merasakan kehampaan luar biasa. Kesedihan yang melingkupinya membuat ia hening sepanjang perjalanan pulang, Gerald--untungnya--tidak memancing emosinya lagi dengan perdebatan yang tidak penting. Pria itu bungkam, tampak mempunyai banyak beban pikiran. Bianca tidak tau apa, tapi dia tidak begitu peduli juga. Setiba di rumah, Gerald yang berekspresi muram langsung bersemangat saat melihat Erina menyambutnya di ruang tengah. Intonasi suaranya turun beberapa oktaf, lemah, lembut, dan bersahabat. Bianca menatap interaksi mereka sejenak sebelum berlalu dan menuju kamarnya di lantai dua. Bianca hanya ingin tidur dan melupakan realita kalau sekarang, ia jauh dari Clarissa. Ia tidak mempunyai sosok yang mampu menjadi pelipur laranya berada di dekatnya. Ia tidak memiliki siapa pun sekarang. Ia... "Bia..." Samar-samar, sapaan seseorang menyapa telinganya. Memanggil ia yang entah bagaimana, berada di anta

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   10. Hiburan

    Gerald sudah pasti gila. Tidak ada penjelasan yang lebih masuk akal dari tindakannya selain dia gila, pria itu konslet di kepala. Bianca masih syok luar biasa ketika Gerald tiba-tiba menciumnya, dan ketika ciuman itu terlepas, ia menemukan sepasang manik kopi Gerald menyorot sinis ke arahnya, seakan-akan mengejeknya. "Selamat, kau sudah mendapatkan perhatian yang kau inginkan, apa kau puas sekarang?" "Per-per-apa?" Bianca ternganga, isi kepalanya seperti rubik jenga yang tumbang berantakan. "Apa maksudmu?" Tidak membiarkan Gerald berlalu dari hadapannya, Bianca spontan menarik kerah leher Gerald hingga pria itu tercekik bajunya sendiri. "Mengapa kau menciumku? Apa maksudmu perhatian? Siapa mencari perhatian?" "Tsk!" Gerald menepis tangan Bianca dari lehernya, matanya menatap Bianca dengan kekesalan kentara. "Jangan berlagak tolol," tukas Gerald. Ia menundukkan wajahnya sama rata dengan tatapan Bianca. "Bukankah kau mengusikku dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   11. Beradaptasi

    Ketika Bianca keluar dari butik bersama putera-putera Lagrave dan Erina, Bianca keluar setelah membeli 5 buah dress dengan warna-warna dominan seperti biru sapphire dan hijau tua. Ia juga membeli 3 pasang sepatu, beberapa pita rambut yang tidak dihitungnya sama sekali karena Gerald memborong seisi meja, dan beberapa lagi adalah benda yang tidak Bianca ketahui apa karena Gerald dan Olliver memencar kesana-kemari mencarikan barang yang pas untuknya. Jujur saja, daripada mengatakan Bianca lah yang berbelanja, lebih tepat untuk mengatakan kalau Olliver dan Gerald lah yang bersaing untuk menghabiskan uang mereka di sana. Bianca hanya menonton mereka bersama Erina yang lebih senyap dari biasanya. "Erina, apa kau mendapatkan barang-barang yang kau suka?" Bianca bertanya setelah memperhatikan kalau Erina hanya keluar membawa dua buah paperbag, sementara Bianca malah membutuhkan mobil terpisah untuk mengantarkan barang belanjaannya ke rumah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   12. Kecemburuan

    "Sebenarnya aku memimpikan mendiang ibuku belakangan ini. Jadi..., daripada mengatakan aku menangis karena masalah hidupku dan Gerald, rasanya agak..., tidak tepat? Aku hanya merindukan ibuku." Ucapan Bianca terdengar samar dari balkon lantai dua. Gerald yang berdiri di balik pintu menyimak ucapannya dengan raut yang ambigu. Gerald berniat bersantai dan menghirup udara segar di balkon lantai dua, tadinya. Namun, setelah melihat Bianca dan ibunya sedang bercengkerama serius di sana, langkah Gerald terjeda. Ia bersembunyi dalam bayang-bayang, menyimak perbincangan mereka yang masih berkaitan dengan dirinya. Saat itu, andai saja Erina tidak datang dan hendak menghampirinya, Gerald mungkin saja akan mendengarkan perbincangan Bianca dan Melisa sampai akhir. Namun, karena Erina melangkah mendekatinya, Gerald terpaksa meninggalkan posisinya dan segera membawa Erina meninggalkan balkon lantai dua. Menjauh dari Bianca dan Melisa. Gerald penasar

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22

Bab terbaru

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   64. Dilema

    "Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   63. Apa?

    "Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   62. Refleksi

    "Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   61. Cokelat dan Wine

    Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   60. Tahun Baru

    Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   59. Kepingan

    "Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   58. Surat Cinta

    Gerald berniat mengajak Bianca makan siang bersama di luar hari ini.Di pikiran Gerald, atau lebih tepatnya, dari jawaban yang ia temukan di internet, Gerald menemukan jawaban kalau keakraban dapat terjalin tergantung seberapa sering dua orang menghabiskan waktu bersama, bertukar obrolan dan terbuka pada satu sama lain.Bukan berarti Gerald adalah pribadi tolol yang tidak tau cara bersosialisasi. Namun, bersosialisasi dalam bentuk formalitas dan bersosialisasi untuk mendekati wanita adalah dua hal yang berbeda.Gerald ingin menerapkan pengetahuannya tersebut pada proyek yang akan ia jalankan mulai hari ini. Sebuah proyek yang ia namakan sebagai 'Meruntuhkan tembok pertahanan Bianca', sebuah awal dari masa depan mereka yang sudah berdamai.Gerald berniat mengajak Bianca keluar, tapi ketika ia masuk ke kamar Bianca, ia dihadapkan pada realita yang tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Bianca, dalam keadaan bertiarap di tempat tidur, terlelap tanpa melepaskan mantelnya. Surai hitam ikalny

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   57. Tidak Seperti Itu

    'Akhirnya...'Suara batin Bianca tertuang jelas dalam ekspresinya. Kelegaan menyeruak di dadanya, terima kasih pada pemandangan mansion keluarga Lagrave yang kini berada di depan hidungnya. Akhirnya, pikir Bianca, ia bisa kembali ke kamarnya pribadi, jauh-jauh dari suaminya yang bersikap unik dan terus-terusan menggodanya.'Hanya karena kami menghabiskan malam panas bersama...' Bianca membatin lalu ingin membentur kepalanya ke dinding. Tidak peduli seberapa keras ia ingin menyepelekan perihal itu dengan melabelinya sebagai 'Hanya'. Ingatan ketika ia merintih gerah di bawah Gerald muncul di benaknya, mempermalukannya. Bagaimana bisa bersikap sevulgar itu?"Gerry..., kalian akhirnya kembali." Menyambut Gerald dan Bianca, Erina muncul dengan cengiran manis yang menyegarkan mata. Bianca segera menapak selangkah lebih jauh dari Gerald yang sejak tadi menempeli punggungnya. Ia merasa risih memamerkan kemesraan yang hei, apa ini kemesraan?Bianca tidak tau apa pun, demi Tuhan. Ia hanya tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   56. Sudah Terjadi!

    Sebelum Bianca bertemu muka dengan Gerald, pria yang dirumorkan akan menjadi calon suaminya, reputasi pria itu sudah mencapai telinga Bianca terlebih dahulu. Bahwa, Gerald Lagrave adalah pematah hati wanita, balok es yang mengambang di lautan antartika, ketampanannya mengintimidasi, tatapannya membekukan nyali.Bianca--sejak awal--selalu memandang Gerald berdasarkan imej pria itu.Setelah mereka menikah pun, Bianca menyadari kalau reputasi Gerald bukan sekedar omong besar orang-orang. Gerald memang pria dingin dan paling menyebalkan, dia juga pria bengis dengan sikap mengiritasi.Gerald adalah pria minim ekspresi dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Bianca sudah tidak meragukan itu lagi. Tidak sampai ia melihat pria itu tertawa riang begitu tubuhnya melayang di udara, melakukan bungee jumping dengan senyuman lebar mekar di paras batunya.Bianca berpikir, 'Oh, Gerald ternyata bisa tertawa juga!'. Lalu, ia memperhatikan kedekatan Gerald dan Erina, Bianca melihat Gerald kerap ters

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status