Share

7. Pertahanan

Penulis: AYAS
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-17 13:50:25

Hari ketika Bianca mengkritik pelayanan di rumah keluarga Lagrave adalah hari ketika perubahan besar-besaran mulai dilakukan di rumah itu. Tidak hanya meja makan yang menjadi panjang dan mampu menampung hingga sepuluh orang, kini sofa di ruang tamu, ruang keluarga, bangku di balkon bahkan bangku di taman, berubah ukuran.

Bianca takjub pada perubahan itu, tapi ia tidak merasa segala hal perlu diubah, jujur saja. Seperti bangku di balkon saja, tidak semua mereka akan pernah berkumpul di sana, karena itu, perubahan tidak perlu dilakukan. Namun, malas memperpanjang masalah, Bianca memilih diam dan menikmati satu-persatu tirai di rumah itu terganti dengan warna baru.

"Rasanya seperti pergantian musim," kata Bianca, dia berbicara pada Junie yang berdiri di dekatnya.

Nyaris satu minggu Bianca menjadi menantu di rumah itu dan meskipun satu minggu sudah berlalu, Bianca masih merasa seperti ia baru sehari di sana. Sofa-sofa dan tirai di rumah ini bisa saja berganti, tapi perlakuan orang-orang di rumah ini terhadapnya masih sama. Gerald masih memandangnya seperti hama, Melisa dan Roman memperlakukannya penuh formalitas seperti dia adalah orang luar, dan jangan lupakan Erina..., gadis itu selalu menatapnya was-was. Itu menjengkelkan.

Seolah-olah Bianca akan menerkam dan menggigit kepalanya sampai putus saja!

"Apa pendapatmu pada perubahan ini, Miss. Bia?" Junie bertanya. Tanpa ada niat mengganti caranya memanggil Bianca, Junie masih melabeli nonanya tersebut dengan kata Miss. Bianca sudah malas menegurnya, jadi ia membiarkan Junie memanggilnya begitu.

"Hmmm? Nada." Nada, dalam artian bahasa Spanyol, tidak ada. Bianca tidak begitu peduli pada hal-hal yang terjadi di rumah ini.

"Sama sekali tidak ada? Bagaimana dengan warnanya? Apa ada hal yang tidak kau sukai?"

"Suka tidak suka..., apa aku berhak mengomentari hal seperti itu di sini? Maksudku..., ada beberapa hal yang dapat kukritik, tapi kalau menyangkut selera keluarga Lagrave, kupikir itu bukan hakku sama sekali."

"Tapi kau adalah bagian keluarga Lagrave juga."

Bianca tertawa kecil, "Sepertinya kau satu-satunya orang yang mengetahui hal itu, Junie. Waaah, apa kau jenius yang hanya terlahir seribu tahun sekali? Bagaimana bisa kau bekerja di sini?"

"Jangan menggodaku," tukas Junie, rautnya masih minim ekspresi. "Lagipula, semua orang tau kau adalah menantu keluarga Lagrave. Itu bukan rahasia."

"Hmmm, kurasa." Bianca tersenyum hambar di sana, jus jeruk yang disesapnya seperti tak berasa. "Aku hanya harus bertahan di sini," kata Bianca kembali. Lebih kepada dirinya sendiri. Ia menarik napas dan mengembuskannya panjang. "Adikku akan berangkat ke Stanford besok pagi, aku tidak boleh depresi."

"Eh, apa kau merasa depresi Miss. Bia?"

Menggeleng kuat dan memaksakan tawa, Bianca lalu berdiri dari tempat duduknya, dada membusung seperti superhero yang akan menyelamatkan dunia. "Aku? Depresi? Mustahil, Junie. Aku tidak akan pernah depresi. Aku adalah Bianca. Ingat ini baik-baik, Bianca tidak pernah depresi. Bianca adalah orang terkuat di muka Bumi. Hahahahaha!"

Sementara semangat Bianca berapi-api di balkon lantai dua itu, menciptakan keriuhan dengan tawa besarnya yang kekanakan, Gerald yang berada di lantai tiga, hendak menuju ke ruang kerja ayahnya, berhenti melangkah di depan jendela dan memperhatikan tingkah istrinya di bawah sana. Ia terpana. Sepasang manik hitamnya terpaku kepada Bianca yang kini merangkul Junie sambil bermanja-manja kepada pelayannya itu.

Dia terlihat begitu bebas, tawanya begitu lepas. Seakan-akan tidak ada beban di kepalanya, senyumnya mekar dengan ceria. Lesung pipinya yang tertanam dalam begitu ia tertawa seperti pemikat utamanya. Pesona yang membuatmu tidak mampu memalingkan kepala.

"Heeeh, ini pemandangan yang langka, bukan?" Ikut berdiri di samping Gerald, Olliver datang dan turut mengamati Bianca. "Bia kelihatannya sangat bahagia. Apa kira-kira yang sedang terjadi?"

"Kenapa kau mau tau urusannya?" Gerald mendelik ke arah kakaknya. Juga, siapa yang Olliver panggil Bia barusan? Namanya Bianca, asal tau saja, Bianca.

"Habisnya..., itu pemandangan langka." Olliver bersandar di bingkai jendela. "Aku jarang melihat orang seantusias itu sebelumnya."

Jujur saja, apa yang Olliver katakan adalah kebenaran. Keriuhan yang Bianca tunjukkan adalah sebuah pemandangan yang jarang mereka temukan di kediaman Lagrave. Bahkan di kantor pun, mereka lebih sering bertemu pada orang-orang berekspresi serius, tegang dan tenang.

"Sangat tidak anggun sama sekali," keluhan Gerald keluar dengan iritasi. Walaupun ia sempat terpaku pada pemandangan Bianca yang nampak kekanakan di bawah sana, ia merasa lebih baik bila ia mengkritik gadis itu dan memakinya. Gerald membenci Bianca, dan itu adalah hal mutlak. Ia tidak akan melumer pada hal sepele semacam lesung pipi gadis itu yang mempesona. Tidak akan! Omong kosong itu hanya dapat terjadi pada pria murahan!

"Kenapa kau sangat jahat pada Bia? Padahal dia tidak pernah melakukan apa-apa padamu."

"Apa aku perlu alasan untuk membenci orang yang sudah merebut kebebasanku?"

"Kau tau Bianca juga kehilangan kebebasannya karena menikahimu, kan? Kau dengar sendiri kalau dia menikahimu demi adiknya. Jadi jangan menyalahkannya terlalu."

"Aku tidak mempercayainya," tukas Gerald.

"Hah?"

"Dia tidak terlihat terpaksa saat memaksaku menciumnya di altar."

"Gerald, kau memang harus menciumnya."

"Tsk," malas mendebat Olliver, Gerald lalu menarik pundak saudaranya itu menjauhi jendela. Sudah cukup untuk Olliver memantau istrinya. "Lupakan saja. Membicarakan gadis itu sama sekali tidak berguna."

***

Di malam hari, Gerald diseret paksa oleh Melisa menuju ruang kerjanya. Awalnya Gerald menolak panggilan ibunya karena ia lelah sehabis bekerja, tapi karena Melisa begitu persisten, di sinilah Gerald sekarang. Ia duduk di sofa dengan lengan tersilang di depan dada. Ia sangat tidak sabar pergi dari sana.

"Aku tidak tau apa alasan Ibu memanggilku kemari, tapi aku harap Ibu menyampaikannya dengan cepat. Aku mau tidur lebih awal malam ini."

"Tidur lebih awal..., di kamar tamu?"

"Kenapa? Apa ada yang salah dari itu?"

"Gerald, kau sudah beristri sekarang. Mau sampai kapan kau mengabaikan Bianca? Dia adalah istrimu, kau tidak boleh menelantarkannya begitu."

"Karena dia adalah istriku, terserah aku mau memperlakukannya seperti apa."

"Gerald!" Melisa menggeram. "Apa Ibu pernah mendidikmu seperti itu cara memperlakukan wanita?"

"Apa ini yang ingin Ibu bicarakan? Masalah tempat tidurku?" Gerald menarik napas, "Begini, hanya karena aku menikahi Bianca, setuju mengikuti perintah Ayah untuk menikahinya, bukan berarti aku akan mengabdikan diriku sebagai suaminya. Aku sudah memenuhi tugasku untuk menikahinya, jangan harap aku akan tidur bersamanya dan mencintainya. Itu omong kosong! Hubungan kami murni hanya terjadi di atas kertas. Aku tidak akan berpura-pura melebarkan tanganku untuknya."

"Ibu memahami apa yang kau katakan, tapi Gerald..., ada nama baik yang harus kau jaga juga."

"Ugh!" Apa lagi sekarang yang ibunya inginkan?! Haruskah ia menjilat kaki Bianca sekalian agar mereka semua senang?!

"Kau tidak perlu mencintainya, tidak perlu bermesraan dengannya. Hanya...,"

"Hanya apa?"

"Perlakukan dia dengan baik, Gerald. Kau tau apa yang wanita itu pikirkan selama di sini? Dia merasa bukan bagian keluarga kita sama sekali! Dia depresi, kau tau, depresi!"

"Depresi my head, dia tidak terlihat depresi sama sekali tadi siang."

"Seseorang bisa tersenyum ceria dan masih terbenam dalam depresi, Gerald. Junie mengatakan kalau Bianca seperti nyaris gila belakangan ini. Dia tertawa sendiri, bicara sendiri, dia bahkan membenturkan kepalanya ke meja beberapa kali."

"Kedengarannya lebih seperti dia sudah gila daripada nyaris gila."

"Gerald!"

"Aku akan mengeceknya nanti, Ibu tidak perlu mencemaskan sesuatu yang tidak perlu. Wanita itu hanya sinting. Juga..., apa Ibu menanam mata-mata padanya? Bagaimana bisa Ibu memperoleh seluruh informasi tadi?"

"Ah..., itu..."

"Ibu memintaku memperlakukannya dengan baik, tapi Ibu yang men-stalking kesehariannya tidak lebih baik daripada aku yang mengabaikannya."

"Ibu hanya tidak mau ada hal buruk yang terjadi," Melisa membela diri. "Habisnya, dia sendirian datang kemari..., mengirimkannya teman untuk bicara lebih baik, kan? Junie juga seumuran dengannya, mereka menjadi akrab."

"Kalau Ibu tidak mau dia kesepian, Ibu seharusnya lebih sering mengunjunginya juga." Gerald menyandarkan punggungnya di bahu sofa, kepalanya mengingat kembali ekspresi wajah Bianca. Bagaimana gadis itu selalu tampil kuat di depannya, dan menjengkelkan. Dia selalu penuh pertahanan, seperti orang-orang akan menyerangnya. Mungkin itu yang sesungguhnya dia rasakan di sini.

Haaaa..., mendengar ucapan ibunya hanya menambah beban kepala!

"Apa ada lagi yang ingin Ibu katakan? Jika tidak ada..., aku akan kembali sekarang."

"Oh..., satu lagi." Melisa mengulum senyum kikuk ketika mata Gerald menatapnya curiga.

"Besok," kata Melisa, "Ayah menginginkanmu menemani Bianca mengantar adiknya ke bandara."

"Hah?"

***

Bab terkait

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   8. Isi Hati

    Sebuah keajaiban terjadi hari ini. Keajaiban yang tidak menyenangkan sama sekali..., karena, mengapa Gerald ikut menemaninya mengantar Clarissa ke bandara? Bianca merasa, semangatnya yang 100 persen, terpangkas 20 persen begitu Gerald berada di sisinya. Bianca tau kalau Gerald tidak mau menemaninya ke bandara dan itu sangat terbaca dari ekspresi muak pria itu yang kentara. Bianca tau Gerald tidak mungkin akan menjadi pria baik hati yang mengantar istrinya bepergian, jadi, siapa yang sudah usil di sini? Apa Melisa? "Kgh," Bianca mau mengacak rambutnya habis-habisan karena frustasi, tapi melakukan itu hanya akan membuat rambutnya berantakan. Junie akan membunuhnya kalau dia melakukan itu. Bianca masuk ke mobil Gerald dan menghela napas panjang-panjang. Gerald yang berada di sisinya seketika melemparkan tatapan penghakiman. Mengapa gadis itu bersikap seperti berada bersama Gerald adalah hukuman? Apa dia tidak tau seberapa banyaknya wanita

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-18
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   9. Bungkam

    Setelah berpisah dengan Clarissa di bandara, Bianca merasakan kehampaan luar biasa. Kesedihan yang melingkupinya membuat ia hening sepanjang perjalanan pulang, Gerald--untungnya--tidak memancing emosinya lagi dengan perdebatan yang tidak penting. Pria itu bungkam, tampak mempunyai banyak beban pikiran. Bianca tidak tau apa, tapi dia tidak begitu peduli juga. Setiba di rumah, Gerald yang berekspresi muram langsung bersemangat saat melihat Erina menyambutnya di ruang tengah. Intonasi suaranya turun beberapa oktaf, lemah, lembut, dan bersahabat. Bianca menatap interaksi mereka sejenak sebelum berlalu dan menuju kamarnya di lantai dua. Bianca hanya ingin tidur dan melupakan realita kalau sekarang, ia jauh dari Clarissa. Ia tidak mempunyai sosok yang mampu menjadi pelipur laranya berada di dekatnya. Ia tidak memiliki siapa pun sekarang. Ia... "Bia..." Samar-samar, sapaan seseorang menyapa telinganya. Memanggil ia yang entah bagaimana, berada di anta

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   10. Hiburan

    Gerald sudah pasti gila. Tidak ada penjelasan yang lebih masuk akal dari tindakannya selain dia gila, pria itu konslet di kepala. Bianca masih syok luar biasa ketika Gerald tiba-tiba menciumnya, dan ketika ciuman itu terlepas, ia menemukan sepasang manik kopi Gerald menyorot sinis ke arahnya, seakan-akan mengejeknya. "Selamat, kau sudah mendapatkan perhatian yang kau inginkan, apa kau puas sekarang?" "Per-per-apa?" Bianca ternganga, isi kepalanya seperti rubik jenga yang tumbang berantakan. "Apa maksudmu?" Tidak membiarkan Gerald berlalu dari hadapannya, Bianca spontan menarik kerah leher Gerald hingga pria itu tercekik bajunya sendiri. "Mengapa kau menciumku? Apa maksudmu perhatian? Siapa mencari perhatian?" "Tsk!" Gerald menepis tangan Bianca dari lehernya, matanya menatap Bianca dengan kekesalan kentara. "Jangan berlagak tolol," tukas Gerald. Ia menundukkan wajahnya sama rata dengan tatapan Bianca. "Bukankah kau mengusikku dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-20
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   11. Beradaptasi

    Ketika Bianca keluar dari butik bersama putera-putera Lagrave dan Erina, Bianca keluar setelah membeli 5 buah dress dengan warna-warna dominan seperti biru sapphire dan hijau tua. Ia juga membeli 3 pasang sepatu, beberapa pita rambut yang tidak dihitungnya sama sekali karena Gerald memborong seisi meja, dan beberapa lagi adalah benda yang tidak Bianca ketahui apa karena Gerald dan Olliver memencar kesana-kemari mencarikan barang yang pas untuknya. Jujur saja, daripada mengatakan Bianca lah yang berbelanja, lebih tepat untuk mengatakan kalau Olliver dan Gerald lah yang bersaing untuk menghabiskan uang mereka di sana. Bianca hanya menonton mereka bersama Erina yang lebih senyap dari biasanya. "Erina, apa kau mendapatkan barang-barang yang kau suka?" Bianca bertanya setelah memperhatikan kalau Erina hanya keluar membawa dua buah paperbag, sementara Bianca malah membutuhkan mobil terpisah untuk mengantarkan barang belanjaannya ke rumah.

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-21
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   12. Kecemburuan

    "Sebenarnya aku memimpikan mendiang ibuku belakangan ini. Jadi..., daripada mengatakan aku menangis karena masalah hidupku dan Gerald, rasanya agak..., tidak tepat? Aku hanya merindukan ibuku." Ucapan Bianca terdengar samar dari balkon lantai dua. Gerald yang berdiri di balik pintu menyimak ucapannya dengan raut yang ambigu. Gerald berniat bersantai dan menghirup udara segar di balkon lantai dua, tadinya. Namun, setelah melihat Bianca dan ibunya sedang bercengkerama serius di sana, langkah Gerald terjeda. Ia bersembunyi dalam bayang-bayang, menyimak perbincangan mereka yang masih berkaitan dengan dirinya. Saat itu, andai saja Erina tidak datang dan hendak menghampirinya, Gerald mungkin saja akan mendengarkan perbincangan Bianca dan Melisa sampai akhir. Namun, karena Erina melangkah mendekatinya, Gerald terpaksa meninggalkan posisinya dan segera membawa Erina meninggalkan balkon lantai dua. Menjauh dari Bianca dan Melisa. Gerald penasar

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   13. Kecemburuan (2)

    Bianca mengalami mimpi yang sama untuk kesekian kalinya hari ini. Karena mimpi itu terus menghantuinya, ia terjaga dari pukul dua dini hari sampai pagi. Bianca tidak bisa tidur dengan pemikiran dipenuhi oleh kesedihan. Hatinya seperti ditikam ketika ia mengingat bayangan ibunya di mimpi itu, menghantuinya dengan ekspresi yang sulit terdefinisi. Seakan-akan ia menampung kesedihan di ekspresinya, kerinduan dan keprihatinan. Bianca sampai berpikir, mungkin karena dirinya yang sudah tumbuh dengan payah, makanya mendiang ibunya datang dan menghantui tidurnya. Oke, teori itu Bianca buat karena dia menjadi overthinking saja. Bianca tidak tau mengapa ibunya terus hadir dalam tidurnya, ia juga tidak tau sampai kapan ia akan memimpikan ibunya. Tapi yang pasti..., perasaan yang hadir setelah mimpi itu sudah jelas tidak menciptakan kebahagiaan di hatinya. Ia merasa seperti kebahagiaan telah disedot kering dari tubuhnya, menyisakan ia dalam kerangka yang hampa dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-23
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   14. Prioritas Utama

    Tadi pagi, ketika Gerald berangkat bersama Olliver ke kantor, ia tidak bisa menahan dirinya dan menanyakan kejanggalan sikap Olliver dalam memperlakukan Bianca, wanita yang omong-omong adalah istri Gerald. Gerald saja tidak bersikap sok ramah kepada Bianca, mengapa malah Olliver yang memberikan gadis itu sapaan dan keramahan yang berlebihan? "Seingatku, kau bukan tipe pria yang peduli pada perempuan sampai segitunya. mengapa kau tiba-tiba memperlakukan Bianca seperti tadi? Apa Ibu ada memaksamu melakukan itu?" "Kalau kau tau aku tipe pria seperti apa, kau pastinya tau kalau aku tidak akan pernah menuruti permintaan Ibu kalau itu tidak masuk akal, kan?" Jawaban Olliver lebih seperti ejekan. "Haaa..., terus? Kenapa kau tiba-tiba bersikap ramah seperti tadi?" Olliver di mata Gerald, bukanlah sosok yang baik hati. Meskipun Gerald yang dijuluki berhati dingin di antara mereka, menurut Gerald, yang lebih dingin sudah pasti kakaknya terseb

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   15. Stress

    Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Bianca duduk di depan meja riasnya, mematut penampilannya di cermin sementara Junie menyisir rambutnya dan memberikan ia pijatan ringan di kepala. Mungkin karena Bianca sudah menghapus makeup di wajahnya dan hendak tidur, kantung matanya yang tertutup concealer sepanjang hari, menjadi sangat kentara di cermin. Ini memalukan. Bahkan di hari-hari ketika ia kerap berdebat dan berujung dipukul oleh Warren, penampilan Bianca tidak pernah seterpuruk ini. 'Haruskah aku pergi ke spa?' Bianca memikirkan solusi untuk tubuhnya yang terasa begitu tegang belakangan ini. Selama ia membiarkan Junie bermain dengan rambutnya, ia dikejutkan oleh dobrakan di pintu kamarnya. Untuk kesekian kalinya, pikir Bianca, sosok yang tidak tau sopan santun itu lagi-lagi mendobrak kamarnya. Bianca terkejut pada bunyi keras yang pria itu ciptakan, tapi tidak terkejut sama sekali kalau Gerald lah yang datang. "Junie, bisa kau tinggalkan kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25

Bab terbaru

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   64. Dilema

    "Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   63. Apa?

    "Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   62. Refleksi

    "Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   61. Cokelat dan Wine

    Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   60. Tahun Baru

    Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   59. Kepingan

    "Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   58. Surat Cinta

    Gerald berniat mengajak Bianca makan siang bersama di luar hari ini.Di pikiran Gerald, atau lebih tepatnya, dari jawaban yang ia temukan di internet, Gerald menemukan jawaban kalau keakraban dapat terjalin tergantung seberapa sering dua orang menghabiskan waktu bersama, bertukar obrolan dan terbuka pada satu sama lain.Bukan berarti Gerald adalah pribadi tolol yang tidak tau cara bersosialisasi. Namun, bersosialisasi dalam bentuk formalitas dan bersosialisasi untuk mendekati wanita adalah dua hal yang berbeda.Gerald ingin menerapkan pengetahuannya tersebut pada proyek yang akan ia jalankan mulai hari ini. Sebuah proyek yang ia namakan sebagai 'Meruntuhkan tembok pertahanan Bianca', sebuah awal dari masa depan mereka yang sudah berdamai.Gerald berniat mengajak Bianca keluar, tapi ketika ia masuk ke kamar Bianca, ia dihadapkan pada realita yang tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Bianca, dalam keadaan bertiarap di tempat tidur, terlelap tanpa melepaskan mantelnya. Surai hitam ikalny

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   57. Tidak Seperti Itu

    'Akhirnya...'Suara batin Bianca tertuang jelas dalam ekspresinya. Kelegaan menyeruak di dadanya, terima kasih pada pemandangan mansion keluarga Lagrave yang kini berada di depan hidungnya. Akhirnya, pikir Bianca, ia bisa kembali ke kamarnya pribadi, jauh-jauh dari suaminya yang bersikap unik dan terus-terusan menggodanya.'Hanya karena kami menghabiskan malam panas bersama...' Bianca membatin lalu ingin membentur kepalanya ke dinding. Tidak peduli seberapa keras ia ingin menyepelekan perihal itu dengan melabelinya sebagai 'Hanya'. Ingatan ketika ia merintih gerah di bawah Gerald muncul di benaknya, mempermalukannya. Bagaimana bisa bersikap sevulgar itu?"Gerry..., kalian akhirnya kembali." Menyambut Gerald dan Bianca, Erina muncul dengan cengiran manis yang menyegarkan mata. Bianca segera menapak selangkah lebih jauh dari Gerald yang sejak tadi menempeli punggungnya. Ia merasa risih memamerkan kemesraan yang hei, apa ini kemesraan?Bianca tidak tau apa pun, demi Tuhan. Ia hanya tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   56. Sudah Terjadi!

    Sebelum Bianca bertemu muka dengan Gerald, pria yang dirumorkan akan menjadi calon suaminya, reputasi pria itu sudah mencapai telinga Bianca terlebih dahulu. Bahwa, Gerald Lagrave adalah pematah hati wanita, balok es yang mengambang di lautan antartika, ketampanannya mengintimidasi, tatapannya membekukan nyali.Bianca--sejak awal--selalu memandang Gerald berdasarkan imej pria itu.Setelah mereka menikah pun, Bianca menyadari kalau reputasi Gerald bukan sekedar omong besar orang-orang. Gerald memang pria dingin dan paling menyebalkan, dia juga pria bengis dengan sikap mengiritasi.Gerald adalah pria minim ekspresi dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Bianca sudah tidak meragukan itu lagi. Tidak sampai ia melihat pria itu tertawa riang begitu tubuhnya melayang di udara, melakukan bungee jumping dengan senyuman lebar mekar di paras batunya.Bianca berpikir, 'Oh, Gerald ternyata bisa tertawa juga!'. Lalu, ia memperhatikan kedekatan Gerald dan Erina, Bianca melihat Gerald kerap ters

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status