Home / Rumah Tangga / (BUKAN) ISTRI IDAMAN / 3. Ibu Tiri Cinderella

Share

3. Ibu Tiri Cinderella

Author: AYAS
last update Last Updated: 2023-06-14 00:18:54

Pernikahan atas nama bisnis seharusnya bukan hal yang tabu dan asing lagi. Beberapa orang dan perusahaan melakukan kerja sama melalui pernikahan demi memperkuat ikatan bisnis mereka, dan itu adalah kewajaran. Demi menghindari ditikam dari belakang, demi keamanan mutlak dan demi-demi yang lain. Pernikahan seperti ini bahkan sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam, jauh sebelum Christopher Columbus menemukan Amerika. Jauh sebelum peradaban semaju sekarang.

Gerald yang sudah bekerja di bawah ayahnya selama ini seharusnya mewajarkan pilihan ayahnya yang menggunakan pernikahan untuk mengamankan kerja samanya dengan keluarga Dawson. Lagipula, pemimpin keluarga Dawson adalah pria yang sangat liar dan tak terbaca. Tidak hanya licik dan berbisa, perangai seorang Warren Dawson juga terkenal busuk luar dalam, sulit memastikan kerja sama ini akan berujung membawa keuntungan kalau dia tidak dijinakkan.

Kerja sama di atas kertas tidak cukup untuk mengendalikan pria arogan gila uang itu. Mereka butuh ikatan yang lebih erat, sebuah rantai yang mampu membelenggu Warren di dalam telapak tangan mereka. Mereka butuh puteri Warren agar kerja sama itu berlangsung dengan aman. Seorang tawanan.

Gerald tau, pernikahan adalah solusi yang tepat bila ayahnya begitu ingin menjalin kerja sama dengan keluarga Dawson. Tapi, sebuah persyaratan yang diberikan Warren Dawson membuat Gerald sangat marah.

"Aku akan memberikan puteriku kalau kau memberikan putera bungsumu."

Kenapa harus dirinya?--adalah pertanyaan yang muncul di benak Gerald berulang-ulang. Mengapa harus dia ketika Olliver siap menerima perjodohan itu dengan lapang dada? Mengapa dia harus dipisahkan dari wanita yang ia cinta?

Gerald masuk ke kamar tamu yang berada jauh dari kamarnya. Kedepannya, Gerald berencana menggunakan kamar ini sebagai kamarnya. Ia tidak mau berbagi kamar bersama Bianca. Gadis itu mengiritasinya. Gerald membenci gadis itu sebanyak ia membenci Warren Dawson yang sudah memberikan ide gila kepada ayahnya.

Juga, mungkin Bianca adalah penyebab mengapa Gerald lah yang dipilih harus menikah demi perjanjian itu. Mungkin wanita itu sangat tergila-gila padanya.

Dari penyelidikan Gerald, wanita yang seharusnya dia nikahi adalah si bungsu Dawson itu, bukan? Clarissa? Tapi karena keserakahan Bianca, dia merebut posisi adiknya. Murahan

'Dia bersikap seperti tidak menginginkan pernikahan ini, tapi di belakang dia merencanakan hal-hal nista untuk menjadi istriku.'

"Gerry?" Sebuah suara feminim menyapa Gerald ketika ia menata pakaiannya ke dalam lemari. Rapi.

"Rinie, kau belum tidur?" Gerald agak terkesiap ketika Erina tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya, mengenakan gaun tidur putih yang melekat ringan di tubuh mungilnya. Dia begitu jelita.

"Aku berencana tidur lebih awal, tapi aku mencemaskanmu." Erina melangkah masuk ke dalam kamar tamu itu, kamar yang bukan tempat Gerald seharusnya berada. "Kenapa kau berada di sini? Ini malam pertamamu, bukan? Kau akan membuat istrimu menunggu."

Gerald mendengus lemah. "Hubungan kami murni karena bisnis, aku tidak wajib memenuhi peranku sebagai suami padanya."

"Jangan begitu, Gerry. Kau akan melukainya."

Siapa yang peduli, pikir Gerald. Tapi ia tidak mau membantah ucapan Erina karena ia akan menciptakan kesan buruk di mata wanita dambaannya. "Kau sendiri, mengapa kau mencemaskanku?" Gerald mengganti topik.

"Itu hanya..., maafkan aku. Aku melihat ekspresimu tadi pagi dan berpikir kalau Gerry sepertinya tidak dalam suasana hati yang baik. Jadi..., ah, apa aku berasumsi berlebihan? Bagaimana mungkin kau tidak berbahagia di hari pernikahanmu."

Pipi Erina yang bersemu, tersipu,memancing senyum merekah tipis di wajah Gerald. Ia merasa senang Erina sudah memperhatikannya, peka terhadap perasaannya. Jika ada wanita yang seharusnya ia nikahi, maka itu seharusnya adalah Erina. Mengapa takdir membuatnya menjauh dari Erina, padahal gadis itu merupakan sosok idamannya?

Dunia sangat tidak adil.

Menyandarkan kepalanya di pundak Erina, Gerald pun memejamkan mata. Tempat ini, pundak ini adalah sandaran terbaiknya. Tempat ia merasa lega, dan berbahagia. "Terima kasih sudah memahamiku dengan baik, Rinie. Aku merasa aku akan mati hari ini, tapi berkat keberadaanmu, kupikir aku masih bisa bertahan lebih lama lagi."

"Aku...? Apa aku melakukan sesuatu?"

"Kau sudah melakukan banyak hal," ucap Gerald, suaranya seperti bisikan, menyiratkan kelegaan."Terima kasih sudah datang."

"Aku hanya datang karena lampu di sini menyala, tapi..., aku lega sudah bisa menghiburmu." Erina mendekap Gerald dan memberikan usapan lembut di surai hitam pria itu. Ia merasakan ketentraman memiliki Gerald di sisinya, sebagai sahabat yang selalu mencintainya.

***

Apa yang terjadi tadi malam adalah yang terjadi tadi malam, apa yang terjadi hari ini adalah yang terjadi hari ini. Bianca mempunyai prinsip untuk maju dengan optimis di hari pertamanya sebagai bagian keluarga Lagrave yang damai sentosa. Bianca sudah membuat keputusan, bila ia tidak bisa menjadikan Gerald kawan, maka ia akan berkawan dengan orang-orang lain di rumah ini. Gerald bukan satu-satunya orang di semesta ini yang perlu ia kejar tumitnya. Kehidupan tentram masih dapat ia temukan bila ia menjalin keakraban dengan ibu mertuanya, kan? Oh, dia juga punya kakak ipar yang begitu tampan.

"Benar juga..." Sementara Bianca memikirkan siapa saja orang-orang yang akan disapanya pagi ini, Bianca teringat pada sesosok wanita bernama Erina Miller yang dari pengetahuannya, adalah wanita idaman Gerald. Wanita yang konon katanya, adalah puteri dari sahabat ibu Gerald. Ketika ayah Erina ditangkap polisi karena terlibat kasus penipuan, Erina pun pindah kemari atas ajakan Melisa Lagrave, ibu mertua Bianca sekarang.

"Jika dia seumuranku, kami pasti gampang akrab, kan?" Bianca memikirkan probabilitas menjalin persahabatan dengan gebetan suaminya, dan itu membuat ia mau tertawa. Drama macam apa ini?

"Lupakan pertemanan, aku tidak yakin orang-orang akan menyambutku dengan ramah hari ini."

Huuuft, menarik napas dan mengembuskan napas, Bianca pun melenggang keluar dari kamarnya. Keluar dari cangkang yang memberikannya perasaan aman.

'Optimis, Bia, optimis. Ingat, Clarissa akan memulai kuliahnya minggu depan. Kau tidak boleh menjadi menantu yang mengecewakan dan merusak pendidikan adikmu. Hanya lakukan tugasmu dengan benar. Tersenyum, aku harus tersenyum lebar.'

Dengan tekad itu di kepala, Bianca pun melenggang menuju meja makan yang sudah ramai oleh anggota keluarga Lagrave.

Mengubah suaranya menjadi lebih ceria, Bianca pun bergabung bersama mereka semua. "Selamat pagi," sapanya.

"Selamat pagi, Bianca." orang pertama yang menyahut Bianca adalah Melisa, disusul oleh Erina, Roman (ayah mertuanya) dan Olliver (kakak iparnya). Gerald yang berada di sana tidak menggubris keberadaannya sama sekali.

"Aah, apa aku menyela sarapan kalian? Aku tidak tau sama sekali kalau kalian sarapan seawal ini..." Tidak hanya mereka sarapan lebih awal, mereka juga tidak menyediakan satu piring untuk Bianca di meja, tidak ada bangku juga.

Waaaah, Bianca merasa darahnya memanas gerah. Apa-apaan ini? Pagi-pagi sekali sudah memancing emosinya?

"Kau tidak menyela sama sekali, silakan berga--ah," Melisa mengatup bibirnya, baru menyadari tidak adanya ruang untuk Bianca di sana.

"Bagaimana ini? Bangkunya kurang..." Erina menyuarakan keterkejutan Melisa, hal itu membuat situasi yang mengatmosfir di antara mereka menjadi canggung.

"A-aku akan meminta pelayan mengambil satu bangku lagi dari belakang."

"Tapi Ibu, ukuran mejanya tidak cukup besar untuk enam orang." Erina menahan lengan Melisa, "Bi-biarkan aku sarapan di dapur saja, Bianca sudah seharusnya sarapan bersama kalian, kan? Ahaha..."

"Jangan berdiri, Erina." Gerald ikut berbicara, "Kau adalah bagian dari keluarga ini, bukan salahmu kalau tempat di sini tidak cukup. Salahkan seseorang yang sudah memaksakan dirinya masuk ke dalam rumah ini, dia harusnya sadar diri dan bangun lebih awal untuk mempersiapkan ruang untuk dirinya sendiri."

"Waaaah," Bianca terpesona, seriusan, terpesona. Ada apa dengan segala permusuhan ini? Apa dia ibu tiri Cinderella? Mengapa orang-orang memperlakukannya seperti penjahat Disney yang kejam dan suram?

Tidak bisa. Mustahil Bianca bisa mendiamkan ini semua. 'Persetan menjadi menantu baik hati, aku akan menjadi ibu tiri Cinderella di sini!'

"Aku terharu pada kebaikan, Erina." ucap Bianca, akhirnya. "Dia tau kalau dia bukan keluarga Lagrave, jadi dia menyumbangkan bangkunya untukku."

"Bianca!" Gerald meninggikan suaranya.

"Tapi maaf, Erina..., Erina bukan? Aku sedikit sulit mengingat nama orang?" Bianca mencolek makanan di meja dan tersenyum jenaka.

"Ma-maaf apa?"

"Hanya maaf, aku tidak menerima sumbangan dari orang lain." Bianca menghela napas lelah. "Lagipula, apa aku akan bernafsu untuk makan kalau sambutan pertamaku di sini seperti ini?"

"Bianca, ini hanya kesalahan kecil. Maafkan aku sudah tidak memperhatikan situasi di rumah ini dengan mendetail tadi pagi. Kami hanya kelelahan karena acara kemarin." Melisa mencoba menetralkan situasi, memperbaiki atmosfir yang berantakan sejak Bianca datang.

"Kalian ingat sudah lelah karena pernikahanku kemarin, tapi anehnya, tidak ada yang mengingat kalau aku sudah menjadi bagian dari keluarga ini."

"Bianca, berhenti membesar-besarkan masalah." Gerald berdiri dan mencekal lengan Bianca, hendak menyeret gadis itu pergi dari sana.

Namun, tidak seperti Bianca akan membiarkan itu terjadi. Bianca berdiri kokoh menahan diri. "Aku akan memaklumi situasi ini karena bagaimanapun, tidak ada keluarga yang sempurna di dunia. Keluarga Lagrave juga, ternyata, memiliki kekurangannya juga."

Ekspresi Roman berubah begitu Bianca menyindirnya secara sengaja.

"Setidaknya, di kediaman lamaku, kami memiliki pelayanan yang lebih baik dari ini." tambah Bianca, sengaja menuang bensin ke api.

"Bianca Lagrave," Roman membuka suara, alat makannya ia letakkan di meja. "Aku mengerti kau marah pada pelayanan di rumah ini, karena itu, aku meminta maaf atas kecerobohan istri dan sikap tidak sopan anak-anakku."

Mendengar ayahnya meminta maaf, Gerald merasa darah mendidih di kepalanya, membakarnya. Ayahnya tidak seharusnya meminta maaf. Bukan salahnya kalau Bianca tidak mempunyai tempat di antara mereka, Bianca memang tidak pantas berada di antara mereka!

"Kedepannya, aku akan berusaha memberikanmu pelayanan dan kesan yang lebih baik hingga kau akan melupakan kejadian hari ini."

"Hmmm, baiklah. Aku senang mendengarnya."

"Namun," ucapan Roman berikutnya membuat sebelah kening Bianca terangkat.

"Aku akan sangat menghargai kalau kau menghormati dan tidak meremehkan keluarga kami, karena bagaimanapun, kau adalah bagian dari kami sekarang."

Senyum Bianca mengembang, tak gentar sama sekali kendati sudah mendapat kecaman dari Roman. "Aku sangat memahami statusku sebagai istri dan menantu dari keluarga Lagrave," ujar Bianca. "Karena itu aku memberikan pendapatku, meskipun kedengarannya agak lancang. Aku..., sebagai seorang Lagrave, seharusnya mendapat perlakuan yang tepat, bukan?"

***

Related chapters

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   4. Mata

    Bianca melenggang menuju kamarnya, santai seperti biasa. Beberapa meter di depan Bianca, Gerald melangkah tergesa-gesa. Ada banyak amarah tersirat dari gesturnya, tapi Bianca tidak peduli. Bianca tidak salah sama sekali. Kalau ada yang harus disalahkan, maka itu adalah keteledoran keluarga Lagrave yang sengaja mengabaikannya. Sialan, apa ini masih di SMA? Bagaimana bisa mereka membully-nya dengan tindakan kolot itu?'Jika Ayah tau aku diperlakukan seperti tadi, dia akan menjemputku pulang dan meninggalkan para bajingan ini sendirian.' Bianca membatin sambil mengingat ekspresi kejam seorang Warren Dawson. Ayahnya mungkin pria gila yang terobsesi pada pekerjaan, tapi dia sangat menjaga nama baiknya. Bila dia tau darah dagingnya diperlakukan dengan hina, dia akan sangat marah. Bukan berarti dia menyayangi Bianca sih, lebih kepada dia sangat menjaga nama baiknya sendiri.Dijemput pulang mungkin opsi yang menyenangkan, tapi itu tidak berarti aman. Clarissa masih harus berkuliah, Bianca tid

    Last Updated : 2023-06-14
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   5. Sore Yang Tenang (1)

    Mengenang kembali mengapa Bianca harus menikah dengan si bajingan Gerald Lagrave, semuanya bermula ketika Warren Dawson pulang ke rumah dengan senyum lebar terpatri di wajahnya. Pria itu begitu ceria sampai-sampai ia memberikan kecupan kuat di kening Bianca dan kening Clarissa. "Sempurna, sangat sangat sempurna! Kita akan menjadi bagian dari keluarga paling besar di Richmond, Clarissa!" Warren menangkup pipi puteri bungsunya tersebut seperti menangkup permata, sentuhannya penuh kehati-hatian, takut sosok Clarissa akan retak di dalam sentuhannya. "Ayah sepertinya begitu bahagia, apa yang terjadi?" Tidak seperti Warren, Bianca merasakan firasat buruk merayap di tulang belakangnya. Membuat ia menjadi sangat waspada. Sosok Clarissa ia tarik ke balik punggungnya. "Ah, benar juga. Bianca, Bianca..., kau sebaiknya mempersiapkan dirimu untuk event sangat besar yang akan segera terjadi." "Ya?" "Keluarga Lagrave," kata Warren, suara

    Last Updated : 2023-06-15
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   6. Sore Yang Tenang (2)

    "BIANCA DAWSON!" Seruan Gerald mengheningkan suasana, mencekamkan atmosfir teduh di sore hari itu. Tidak ada suara menginterupsinya, seakan-akan seluruh waktu terjeda. Gerald berseru keras dengan amarah yang sudah memenuhi ubun-ubunnya. "Jaga ucapanmu!" tekannya, tatapan meruncing berbahaya. Peringatan yang keluar dari bibir Gerald seperti sebilah pisau tajam, nada suaranya dingin dan menikam. Gerald sangat marah, tapi Bianca yang menatapnya seperti memantulkan kemurkaan yang sama. "Lihat..." Bianca mendudukkan dirinya kembali, tangan mengipasi wajahnya yang memerah karena emosi. "Apa aku yang memulai ini?" "Bi-Bianca..., aku tau kau sangat marah, tapi menuding Gerald sebagai pedofil adalah tindakan yang keterlaluan. Kau tidak seharusnya mengatakan itu pada suamimu." Erina mencoba mendamaikan dua suami istri yang baru saja bertikai sengit, tapi..., sebagai tanggapan untuk kelembutan suaranya, ia menerima lirikan kesal dari Bianca. "Jangan ikut campur, Erina. Apa kau konseling pern

    Last Updated : 2023-06-16
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   7. Pertahanan

    Hari ketika Bianca mengkritik pelayanan di rumah keluarga Lagrave adalah hari ketika perubahan besar-besaran mulai dilakukan di rumah itu. Tidak hanya meja makan yang menjadi panjang dan mampu menampung hingga sepuluh orang, kini sofa di ruang tamu, ruang keluarga, bangku di balkon bahkan bangku di taman, berubah ukuran. Bianca takjub pada perubahan itu, tapi ia tidak merasa segala hal perlu diubah, jujur saja. Seperti bangku di balkon saja, tidak semua mereka akan pernah berkumpul di sana, karena itu, perubahan tidak perlu dilakukan. Namun, malas memperpanjang masalah, Bianca memilih diam dan menikmati satu-persatu tirai di rumah itu terganti dengan warna baru. "Rasanya seperti pergantian musim," kata Bianca, dia berbicara pada Junie yang berdiri di dekatnya. Nyaris satu minggu Bianca menjadi menantu di rumah itu dan meskipun satu minggu sudah berlalu, Bianca masih merasa seperti ia baru sehari di sana. Sofa-sofa dan tirai di rumah ini bisa

    Last Updated : 2023-06-17
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   8. Isi Hati

    Sebuah keajaiban terjadi hari ini. Keajaiban yang tidak menyenangkan sama sekali..., karena, mengapa Gerald ikut menemaninya mengantar Clarissa ke bandara? Bianca merasa, semangatnya yang 100 persen, terpangkas 20 persen begitu Gerald berada di sisinya. Bianca tau kalau Gerald tidak mau menemaninya ke bandara dan itu sangat terbaca dari ekspresi muak pria itu yang kentara. Bianca tau Gerald tidak mungkin akan menjadi pria baik hati yang mengantar istrinya bepergian, jadi, siapa yang sudah usil di sini? Apa Melisa? "Kgh," Bianca mau mengacak rambutnya habis-habisan karena frustasi, tapi melakukan itu hanya akan membuat rambutnya berantakan. Junie akan membunuhnya kalau dia melakukan itu. Bianca masuk ke mobil Gerald dan menghela napas panjang-panjang. Gerald yang berada di sisinya seketika melemparkan tatapan penghakiman. Mengapa gadis itu bersikap seperti berada bersama Gerald adalah hukuman? Apa dia tidak tau seberapa banyaknya wanita

    Last Updated : 2023-06-18
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   9. Bungkam

    Setelah berpisah dengan Clarissa di bandara, Bianca merasakan kehampaan luar biasa. Kesedihan yang melingkupinya membuat ia hening sepanjang perjalanan pulang, Gerald--untungnya--tidak memancing emosinya lagi dengan perdebatan yang tidak penting. Pria itu bungkam, tampak mempunyai banyak beban pikiran. Bianca tidak tau apa, tapi dia tidak begitu peduli juga. Setiba di rumah, Gerald yang berekspresi muram langsung bersemangat saat melihat Erina menyambutnya di ruang tengah. Intonasi suaranya turun beberapa oktaf, lemah, lembut, dan bersahabat. Bianca menatap interaksi mereka sejenak sebelum berlalu dan menuju kamarnya di lantai dua. Bianca hanya ingin tidur dan melupakan realita kalau sekarang, ia jauh dari Clarissa. Ia tidak mempunyai sosok yang mampu menjadi pelipur laranya berada di dekatnya. Ia tidak memiliki siapa pun sekarang. Ia... "Bia..." Samar-samar, sapaan seseorang menyapa telinganya. Memanggil ia yang entah bagaimana, berada di anta

    Last Updated : 2023-06-19
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   10. Hiburan

    Gerald sudah pasti gila. Tidak ada penjelasan yang lebih masuk akal dari tindakannya selain dia gila, pria itu konslet di kepala. Bianca masih syok luar biasa ketika Gerald tiba-tiba menciumnya, dan ketika ciuman itu terlepas, ia menemukan sepasang manik kopi Gerald menyorot sinis ke arahnya, seakan-akan mengejeknya. "Selamat, kau sudah mendapatkan perhatian yang kau inginkan, apa kau puas sekarang?" "Per-per-apa?" Bianca ternganga, isi kepalanya seperti rubik jenga yang tumbang berantakan. "Apa maksudmu?" Tidak membiarkan Gerald berlalu dari hadapannya, Bianca spontan menarik kerah leher Gerald hingga pria itu tercekik bajunya sendiri. "Mengapa kau menciumku? Apa maksudmu perhatian? Siapa mencari perhatian?" "Tsk!" Gerald menepis tangan Bianca dari lehernya, matanya menatap Bianca dengan kekesalan kentara. "Jangan berlagak tolol," tukas Gerald. Ia menundukkan wajahnya sama rata dengan tatapan Bianca. "Bukankah kau mengusikku dengan

    Last Updated : 2023-06-20
  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   11. Beradaptasi

    Ketika Bianca keluar dari butik bersama putera-putera Lagrave dan Erina, Bianca keluar setelah membeli 5 buah dress dengan warna-warna dominan seperti biru sapphire dan hijau tua. Ia juga membeli 3 pasang sepatu, beberapa pita rambut yang tidak dihitungnya sama sekali karena Gerald memborong seisi meja, dan beberapa lagi adalah benda yang tidak Bianca ketahui apa karena Gerald dan Olliver memencar kesana-kemari mencarikan barang yang pas untuknya. Jujur saja, daripada mengatakan Bianca lah yang berbelanja, lebih tepat untuk mengatakan kalau Olliver dan Gerald lah yang bersaing untuk menghabiskan uang mereka di sana. Bianca hanya menonton mereka bersama Erina yang lebih senyap dari biasanya. "Erina, apa kau mendapatkan barang-barang yang kau suka?" Bianca bertanya setelah memperhatikan kalau Erina hanya keluar membawa dua buah paperbag, sementara Bianca malah membutuhkan mobil terpisah untuk mengantarkan barang belanjaannya ke rumah.

    Last Updated : 2023-06-21

Latest chapter

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   64. Dilema

    "Apa?" tanya Bianca, delikan matanya menyerang Gerald yang nampak kesusahan menahan senyuman.Iya, Gerald Lagrave yang terkenal dingin dan tak berperasaan itu sekarang cekikikan di sampingnya, meliriknya dengan tatapan jenaka yang menggoda. Jika saja Bianca tidak sedang kesal dengan Gerald, dia mungkin akan menganggap ekspresi pria itu begitu menawan dan memukaukan sekarang. Namun...Namun...Kekesalannya terhadap pria itu lebih mendominasinya, dan kekesalan tersebut bukan muncul tanpa alasan.Gerald Lagrave, suaminya yang memiliki energi dan stamina layaknya binatang buas di hutan sabana, sudah mengerjainya kemarin pagi, kemarin sore, kemarin malam dan oh, jangan lupakan tadi pagi juga. Dia terlalu bersemangat, demi Tuhan, dan semangatnya itu menakutkan.Permainan yang awalnya menyenangkan bagi Bianca, sesuatu yang menurutnya luar biasa, sekarang berubah menjengkelkan dan sangat melelahkan. Itu berubah menakutkan.Bianca jengkel setengah mati karena Gerald susah dibuat berhenti!Apa

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   63. Apa?

    "Kalian dari mana?"--merupakan pertanyaan yang menyambut Bianca dan Gerald begitu mereka sampai di rumah. Si penanya--Erina--berdiri di ruang tamu, menyambut mereka dengan penampilan yang begitu segar dan mengagumkan. "Kami baru saja selesai berjalan-jalan," Gerald berujar sambil merangkul Bianca rapat ke arahnya. Rangkulan itu pula membuatnya berujung disikut. Bianca masih kurang nyaman melakukan kontak fisik dengan Gerald, ia merasa nyalinya melunak dan jantungnya akan meledak. "Awww, kalau aku tau kalian akan berjalan-jalan, aku akan ikut." Erina mengerucutkan bibir. "Aku sangat suka jalan-jalan pagi." "Kau masih bisa jalan-jalan," Bianca menimpali. "Sekarang masih jam setengah tujuh, bukan? Gerald..., kau mau menemani Erina?" "Huh?" reaksi Gerald menyiratkan keterkejutan dan sedikit..., penolakan? Dia nampak tidak menyukai ide tersebut. "Aku baru saja berjalan-jalan denganmu. Aku berencana tidur kembali setelah ini." "Tidur lagi?" "Aku kurang tidur semalam." Semalam, ya? O

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   62. Refleksi

    "Ugh..."Langit masih gelap di luar sana ketika Bianca terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 5. Ketika ia seharusnya kembali memejamkan mata, tidur dan membiarkan hangat selimut dan lengan Gerald melingkupinya, Bianca malah memutuskan bangun.Ia beranjak perlahan-lahan dari posisi berbaringnya, berusaha lepas dari dekapan Gerald tanpa membangunkan singa tidur tersebut.'Sialan,' pikir Bianca. Nyeri di ototnya, merah di kulitnya, membuat Bianca bertanya-tanya kegilaan macam apa yang sudah terjadi semalam? Apa yang sudah ia lakukan sampai memancing Gerald menciumnya dan menuntun mereka ke dalam pergelutan buas yang kalau Bianca ingat-ingat kembali, sangat memalukan?'Gerald adalah binatang,' Bianca sangat yakin sekarang.Pria itu mungkin mempunyai wujud manusia dengan raut tampan yang memukau dan mempesona. Namun, di balik ketenangan yang rautnya tunjukkan, ada binatang bersemayam di tubuhnya. Dia begitu liar dan tidak tau kapan harus berhenti. Tidak, mungkin dia memang tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   61. Cokelat dan Wine

    Mungkin karena terlalu asik dengan dunia menggambarnya, Bianca tidak menyadari sesosok pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya, memantaunya. Atau, mungkin karena musik yang menyumpal kupingnya juga, Bianca tidak mendengar dan menyadari kedatangan pria itu.Pria itu--atau tepatnya--Gerald Lagrave."Dan di sini aku menembus badai salju karena mencemaskannya sendirian." Gerald menghela napas panjang.Di hatinya, ia merasa lega melihat Bianca baik-baik saja sendirian di kamarnya. Sebelum ini, Gerald mencemaskan Bianca, takut gadis itu akan diliputi kesedihan karena kesepian. Habisnya, siapa yang bisa berbahagia ketika di hari orang-orang berparade di pusat kota dengan senyum sumringah ceria, dia malah terjebak sendirian di kamarnya tanpa teman untuk diajak bicara.Setelah mendengar kabar Bianca tidak pergi kemana-mana, Gerald segera meninggalkan pesta alumninya. Perjalanannya pulang sempat terhambat karena salju yang menumpuk tebal di jalanan. Ia tidak mempunyai pilihan lain selain

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   60. Tahun Baru

    Pergantian tahun tinggal hitungan jam lagi. Ketika orang-orang kerap berkumpul di pusat kota, merayakan tahun baru dengan kembang api yang menghiasi angkasa, berkumpul dengan keluarga, pergi ke restoran dan menikmati beragam hiburan, Bianca Lagrave--malangnya--terjebak di mansion keluarga Lagrave karena badai salju yang terjadi di luar.Alih-alih bergembira dan berpesta, ia terjebak di kamarnya, menatap langit-langit kamar dengan satu mug cokelat panas tergeletak di atas meja. Sendirian tanpa Junie, karena pelayannya itu mengambil cuti akhir tahun.Di luar kamarnya pun, mansion keluarga Lagrave begitu sunyi karena Melisa dan Roman Lagrave berangkat ke Newyork untuk merayakan tahun baru bersama kolega bisnis mereka di sana. Olliver, Erina dan Gerald di sisi lain, menghadiri selebrasi tahun baru yang dirayakan teman alumni sekolah mereka.Bianca--sebenarnya--bisa saja menempeli Gerald dan ikut menunjukkan wajahnya di pesta tersebut. Namun, demi mengikuti rencananya yang ingin menjadi 'i

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   59. Kepingan

    "Mau bagaimana lagi," adalah gumaman Bianca begitu ia masuk ke kamarnya dan menemukan pot pemberian Liam sudah pecah di lantai.Junie berada di lokasi pecahan tersebut, mata bergetar gugup. Setelah Bianca datang, Junie langsung bersimpuh di kakinya penuh drama, memohon ampun karena sudah tidak sengaja memecahkan hadiah natal Bianca."Aku tidak sengaja menyenggolnya ketika sedang membersihkan meja, Miss. Bia. Aku sudah bersalah. Maafkan aku, aku tidak tau mengapa aku bisa selalai ini dalam bekerja. Aku benar-benar berdosa..."Bianca ingin marah, sebenarnya. Mengingat pot tembikar pemberian Liam adalah sebuah mahakarya yang hanya ada sedikit di dunia.Pot tersebut mungkin berharga puluhan juta dan sangat berarti bagi Bianca juga, karena itu adalah hadiah dari sahabatnya. Namun, bagaimana bisa ia menyalahkan Junie ketika wanita itu mengaku tidak sengaja?Ketidak-sengajaan bukanlah kesalahan. Terkecuali ia melakukannya berulang-ulang, dan ini adalah kali pertama Junie melakukan kesalahan.

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   58. Surat Cinta

    Gerald berniat mengajak Bianca makan siang bersama di luar hari ini.Di pikiran Gerald, atau lebih tepatnya, dari jawaban yang ia temukan di internet, Gerald menemukan jawaban kalau keakraban dapat terjalin tergantung seberapa sering dua orang menghabiskan waktu bersama, bertukar obrolan dan terbuka pada satu sama lain.Bukan berarti Gerald adalah pribadi tolol yang tidak tau cara bersosialisasi. Namun, bersosialisasi dalam bentuk formalitas dan bersosialisasi untuk mendekati wanita adalah dua hal yang berbeda.Gerald ingin menerapkan pengetahuannya tersebut pada proyek yang akan ia jalankan mulai hari ini. Sebuah proyek yang ia namakan sebagai 'Meruntuhkan tembok pertahanan Bianca', sebuah awal dari masa depan mereka yang sudah berdamai.Gerald berniat mengajak Bianca keluar, tapi ketika ia masuk ke kamar Bianca, ia dihadapkan pada realita yang tidak berjalan sesuai ekspektasinya. Bianca, dalam keadaan bertiarap di tempat tidur, terlelap tanpa melepaskan mantelnya. Surai hitam ikalny

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   57. Tidak Seperti Itu

    'Akhirnya...'Suara batin Bianca tertuang jelas dalam ekspresinya. Kelegaan menyeruak di dadanya, terima kasih pada pemandangan mansion keluarga Lagrave yang kini berada di depan hidungnya. Akhirnya, pikir Bianca, ia bisa kembali ke kamarnya pribadi, jauh-jauh dari suaminya yang bersikap unik dan terus-terusan menggodanya.'Hanya karena kami menghabiskan malam panas bersama...' Bianca membatin lalu ingin membentur kepalanya ke dinding. Tidak peduli seberapa keras ia ingin menyepelekan perihal itu dengan melabelinya sebagai 'Hanya'. Ingatan ketika ia merintih gerah di bawah Gerald muncul di benaknya, mempermalukannya. Bagaimana bisa bersikap sevulgar itu?"Gerry..., kalian akhirnya kembali." Menyambut Gerald dan Bianca, Erina muncul dengan cengiran manis yang menyegarkan mata. Bianca segera menapak selangkah lebih jauh dari Gerald yang sejak tadi menempeli punggungnya. Ia merasa risih memamerkan kemesraan yang hei, apa ini kemesraan?Bianca tidak tau apa pun, demi Tuhan. Ia hanya tidak

  • (BUKAN) ISTRI IDAMAN   56. Sudah Terjadi!

    Sebelum Bianca bertemu muka dengan Gerald, pria yang dirumorkan akan menjadi calon suaminya, reputasi pria itu sudah mencapai telinga Bianca terlebih dahulu. Bahwa, Gerald Lagrave adalah pematah hati wanita, balok es yang mengambang di lautan antartika, ketampanannya mengintimidasi, tatapannya membekukan nyali.Bianca--sejak awal--selalu memandang Gerald berdasarkan imej pria itu.Setelah mereka menikah pun, Bianca menyadari kalau reputasi Gerald bukan sekedar omong besar orang-orang. Gerald memang pria dingin dan paling menyebalkan, dia juga pria bengis dengan sikap mengiritasi.Gerald adalah pria minim ekspresi dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Bianca sudah tidak meragukan itu lagi. Tidak sampai ia melihat pria itu tertawa riang begitu tubuhnya melayang di udara, melakukan bungee jumping dengan senyuman lebar mekar di paras batunya.Bianca berpikir, 'Oh, Gerald ternyata bisa tertawa juga!'. Lalu, ia memperhatikan kedekatan Gerald dan Erina, Bianca melihat Gerald kerap ters

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status