Pagi harinya,Dewa terbangun dengan kepala yang teramat pening. Lelaki itu memijit kepalanya sembari mengedarkan pandangannya. Ia terbelalak saat pandangan nya menangkap sosok yang tak asing baginya. Maura,adik iparnya itu meringkuk di ranjangnya tanpa sehelai benang pun dengan tubuhnya yang penuh dengan bekas merah hasil karyanya....
Gadis itu meringkuk semalaman menangisi nasibnya yang tragis di tangan kakak iparnya sendiri. Belum selesai keterkejutan Dewa,lelaki itu di buat semakin terkejut dengan noda merah di bawah area pinggul Maura....
"Apa yang kulakukan padanya??" Dewa menyugar rambutnya dengan kasar."Apa aku sudah menodainya??tidak..!!ini tidak mungkin!!" Dewa terus menggeleng,lelaki itu seakan tak percaya dengan apa yang terjadi sebenarnya....Dewa beranjak dari ranjang,ia meraih boxer di lemari lalu memakainya. Setelah itu ia mengambil kemeja baru dari lemari dan menutupkan ke tubuh Maura....
"Dek..!!bangun..!!Maura..!!are you oke??" Dewa menepuk nepuk pipi Maura."Astaga..!!kamu demam dek!!"gumam Dewa.Lelaki itu meletakkan punggung tangannya di kening Maura,panas. Kening gadis itu terasa panas."Apa aku terlalu kasar padanya semalam??"gumam Dewa lagi.Lelaki itu bingung,ia segera memakaikan kemejanya pada Maura dan langsung mengangkat tubuh gadis itu lalu di bawa ke kamar tamu."Sakitt ...hiks...mas Dewa jahat."lirih Maura.Gadis itu mengigau saat Dewa mulai menidurkannya di kamar tamu.Mendengar igauan gadis itu,Dewa benar -benar di landa rasa bersalah. Ia sangat menyayangi Maura seperti adiknya sendiri,tapi justru ia juga yang merusak masa depannya....Dewa yang masih mengenakan boxer itu lalu keluar kamar tamu dan menuju dapur. ia mengambil alat kompres untuk Merawat Maura yang demam...."Dasar b*doh..!!kenapa kamu jadi br*ngs*k seperti ini Dewa??"umpat lelaki itu merutuki kebodohannya.Lelaki itu kembali ke dalam kamar tamu di mana Maura tengah meringkuk di atas ranjang tersebut."Maura,maafin mas ya!!"gumam Dewa.Lelaki itu mulai mengompres kening Maura.Dengan telaten Dewa merawat adik iparnya tersebut. Perasaan bersalah menggelayuti pikirannya. Ia benar benar tak sadar melakukan hal segila itu dengan iparnya sendiri....Setelah di rasa kondisi Maura mulai membaik,Dewa pun keluar dari kamar itu menuju kamarnya. Ketika memasuki kamar,bertepatan dengan itu ponselnya berdering."Mauli..??"gumam Dewa.Dengan perasaan berdebar Dewa menjawab panggilan,apa yang akan terjadi jika Mauli melihat keadaan sang adik seperti ini karena ulahnya?? Dewa cemas karena sudah hampir seminggu ini Mauli tidak pulang,bisa saja teleponnya kali ini karena minta di jemput di bandara....Menghela nafas dalam sebelum akhirnya Dewa menggeser tombol hijau dalam ponselnya yang menyala."Halo sayang!"'Kenapa lama sekali sih mas jawabnya??' Mauli langsung mengomel."Iya maaf sayang,aku lagi di kamar mandi tadi." Dewa berkilah."Ada apa sayang??mau di jemput??kapan??sekarang??"tanya Dewa. pertanyaan itulah yang selalu Dewa lontarkan setiap kali Mauli menghubunginya."Aduh..maaf mas,aku belum bisa pulang. Jadwal photo shoot ku di tambah. Kayaknya dua atau tiga hari lagi baru bisa pulang."Lega,itulah yang di rasakan oleh Dewa karena sang istri tak jadi pulang hari ini. Meskipun ada rasa kecewa juga karena ia sudah rindu pada sang istri,namun ia lega karena mengingat kondisi Maura saat ini. Ia belum mempersiapkan diri untuk memberi penjelasan pada sang istri tentang perbuatannya ke Maura....Belum lagi ia tak tau seperti apa reaksi Maura nanti setelah pulih dari demamnya. Apakah gadis yang sudah ia renggut kesuciannya tersebut akan mengamuk kepadanya??atau akan meminta pertanggung jawabannya??...Dewa pusing dengan hanya memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini dalam rumah tangganya.Lelaki itu memilih menyegarkan diri agar pikirannya sedikit fresh.Usai menyegarkan diri dan berpakaian biasa,Dewa kembali ke kamar tamu. Ia ingin mengecek kondisi Maura apakah demamnya sudah membaik....Kebetulan ini akhir pekan,Dewa libur dari aktivitasnya di kantor sehingga lelaki itu memiliki waktu penuh untuk mengurusi Maura.Dewa memasuki kamar Maura tanpa mengetuk pintu karena takut mengganggu jika gadis itu masih terlelap."Astaga...!!Mauraa..!!!" pekik Dewa saat pintu kamar berhasil terbuka.Lelaki itu begitu terkejut melihat adik iparnya."Maura..!!Astaga..!Apa yang kau lakukan??!" Dewa memekik ketika berhasil membuka pintu kamar di mana Maura berada. Dewa merasa panik melihat pemandangan yang ada di hadapannya.Gadis itu sudah menggores pergelangan tangannya sendiri.Darah segar mengalir dari pergelangan tangan gadis itu.Dewa segera berlari mendekati Maura yang terduduk di lantai sambil memegang cutter.Dengan gerakan cepat Dewa merebut cutter itu dari tangan Maura dan melemparnya.Lelaki itu menggenggam kuat pergelangan tangan Maura yang berdarah. Tanpa pikir panjang,lelaki itu merobek kaos yang di pakainya dan segera mengikatkan robekan kaosnya tersebut pada luka Maura."Dek..!!kamu apa -apaan sih??kenapa kamu nekat kaya gini??kita bisa bicarakan masalah kita baik -baik!!"ucap Dewa panik.Sang ipar terlihat sangat kacau,gadis itu tak bersuara namun air mata tak henti mengaliri di kuda matanya. Maura terus menatap Dewa tanpa berkedip,ia menyaksikan bagaimana seorang Dewa perhatian kepadanya,panik melihat keadaannya,dan bagaimana Dewa benar -benar peduli kepadanya.Pantaskah ia mendapatkan semua perhatian,kebaikan,kekhawatiran dari kakak iparnya tersebut??apakah saat ini ia sedang menjadi gundik di antara hubungan kakak dan kakak iparnya??Entahlah...Dewa merengkuh tubuhnya dan membawanya untuk di baringkan ke kasur. Dengan hati -hati Dewa merebahkan tubuh Maura."Mas Dewa kenapa tega lakuin ini sama aku??apa salah ku mas??""Kamu enggak salah dek,mas yang salah. mas terlalu mabuk semalam dan tidak sengaja melakukan hal itu ke kamu. maafin mas yah?"sahut Dewa dengan cepat."Apa dengan maaf bisa balikin dunia aku yang terlanjur hancur mas??"tanya Maura dengan bibir bergetar."Aku tau Maura,,aku..aku memang bod*h,maafkan aku.."jawab Dewa lirih."Aku hancur mas!!aku udah nggak suci lagi sekarang!!aku udah jadi sampah sekarang!!hiks..hiks...lepasin..!!biar aku mati aja!!aku nggak berguna..!!"teriak Maura menarik tangannya dari Dewa.Gadis itu berusaha beranjak turun dari ranjang namun Dewa segera menahannya. Lelaki itu tau bahwa Maura akan kembali mengambil cutter yang sudah ia lempar ke sudut kamar tadi."Enggak dek,mas nggak akan biarin kamu melakukan hal itu. Nyawa kamu berharga,jangan sia -siakan hal itu!!"Dewa berusaha mencegah Maura turun dari ranjang.Tentu saja ia tak akan membiarkan gadis itu mengakhiri hidupnya tetap di hadapannya sendiri."Lepasin mas!!lepasin aku..!!aku hancur..!!hiks..Maura terus memberontak sambil terisak,sampai akhirnya Dewa terpaksa memeluknya.Lelaki itu memeluk Maura dengan erat. Maura yang semula terus memberontak akhirnya mulai tenang. Gadis yang baru saja hilang kesucian itu menangis sesenggukan dalam pelukan kaka iparnya.Nyaman,itulah yang di rasakan oleh Maura saat ini. Pelukan kakak iparnya begitu hangat dan nyaman,yang pasti juga sangat menenangkan.Gadis itu membalas pelukan Dewa sambil sesekali masih terisak. Maura membenamkan wajahnya di dada bidang sang Ipar. Bolehkah Maura egois kali ini saja??ia tak ingin melepas pelukannya sedetikpun karena mulai menemukan kenyamanan."Dek,udah ya nangisnya..!mas obati dulu ya luka kamu,takutnya nanti infeksi kalau nggak segera di obati."Seakan tak rela melepas pelukannya,Maura menggeleng masih dalam posisi yang sama. Dengan sabar Dewa terus membujuk Maura agar mau di obati lukanya. Hingga akhirnya gadis itupun mulai mengurai pelukannya.Dewa yang memang pada dasarnya selalu lemah lembut dan penuh kasih itu menatap iba pada sang ipar. Ia belai kepala Maura dengan lembut. Lelaki itu juga menghapus jejak air mata di pipi Maura yang sembab dan terlihat matanya agak bengkak karena menangis semalaman."Udahan nangis nya,mata kamu jadi bengkak. Kan nggak cantik lagi jadinya."gurau Dewa mencoba mencairkan suasana.Maura tak menyahut,sesekali gadis itu masih terisak."Aku ambil kotak obat dulu ya,tunggu sebentar!"kata Dewa lalu beranjak dan memungut cutter yang tergeletak di sudut kamar. Tentu saja ia harus mengamankan barang itu,jangan sampai Maura berbuat nekat lagi.Lelaki itu keluar dari kamar dan beberapa saat kemudian kembali dengan kotak p3k di tangannya.Dengan telaten dan hati hati Dewa membersihkan luka di tangan Maura. Gadis itu hanya terdiam melihat dan mengamati Dewa yang begitu fokus dan hati hati membersihkan luka di tangannya."Auwh...sshh...sakit mas..!"rintih Maura kala Dewa mulai mengoleskan obat pada luka di pergelangan tangannya."Maaf dek,apa mas terlalu kuat menekan kapasnya??"tanya Dewa kemudian meniup -niup luka Maura.Maura tak menyahut,ia fokus pada rasa perih dan panas pada luka sayatan yang kini di sapukan obat merah oleh iparnya.Beruntung tadi Maura sempat ragu -ragu ketika menggoreskan cutter di tangannya. Lukanya tak terlalu dalam,bahkan mungkin hanya luka luar saja belum sampai menyayat nadinya,namun darahnya lumayan membuat Dewa panik karena lelaki itu paling tidak bisa melihat wanita terluka sedikit saja."Tahan ya,mas pelan -pelan kok!"ucap Dewa kembali menyapukan kapas yang sudah ia olesi lagi dengan obat merah."Sshh..auw..." Maura kembali merintih.Dewa menatap Maura tak tega,lelaki itu segera meniup lukanya lagi."Mas...kalau aku hamil gimana??"Deg....Pertanyaan Maura sukses membuat degup jantung Dewa berpacu dengan kuat.Ia belum memikirkan hal itu karena terlalu panik dan khawatir pada keadaan Maura saat ini.Apa yang akan ia lakukan jika hal itu benar terjadi??...Bersambung......Hai semua,aku author baru nih..sapa aku dong,.."Dek,,tenanglah..!aku...aku akan bertanggung jawab jika kamu hamil nanti." "Tanggung jawab seperti apa yang kamu maksud mas?apa kamu akan menikahi ku dan menceraikan mbak Mauli,begitu??"tanya Maura. Dewa menelan ludahnya dengan kasar. Ini adalah pilihan yang sulit. Ia sangat mencintai Mauli,apakah ia harus merelakan wanita itu demi tanggung jawabnya pada Maura karena sudah menodainya?? "Dek,aku...aku.." Dewa tergagap. Lelaki itu bingung,lidahnya terasa kelu untuk memutuskan. "Sudahlah mas!lupakan saja.!!aku akan pergi dari hidup kalian. Lupakan juga tentang kejadian gila semalam. Aku tidak akan hamil. Kalau aku hamil akan ku gugurkan bayi ini agar tidak menjadi duri dalam rumah tangga mas Dewa dan kak Mauli."ucap Maura dengan mata berkaca kaca. Dewa terbelalak mendengar penuturan Maura. Mana mungkin ia membiarkan hal itu terjadi. Memiliki anak adalah keinginan terbesarnya yang belum tercapai sampai sekarang. Hingga saat ini,Mauli masih belum mau mengabulkan permintaannya untuk
Usai menerima telepon dari sang oma,Dewa pun berusaha menghubungi Maura,namun sayang wanita itu tak mau menjawab panggilan dari iparnya.Pantang menyerah,Dewa terus mengulang panggilan terhadap iparnya tersebut,ia berharap Maura mau sekali saja menjawab panggilannya agar ia tau jika gadis itu baik -baik saja."Angkat dong dek!!please..!!"geram Dewa dengan tangan terkepal.Lelaki itu benar -benar resah dan gelisah karena tak kunjung mendapat jawaban dari seberang sana padahal panggilan terhubung.Karena tak kunjung mendapat jawaban,akhirnya Dewa memutuskan untuk melacak keberadaan nomor sang ipar.Tak butuh waktu lama,Dewa sudah berhasil menemukan lokasi keberadaan Maura saat ini. Gadis itu sudah berada di Semarang juga namun bukan pulang ke rumah neneknya. Mungkin Maura berada di rumah temannya.Segera Dewa bergegas meninggalkan kantor dan melacak keberadaan sang ipar. Dengan fokus lelaki itu berselancar di ponselnya mencari tau keberadaan adik iparnya tersebut sambil menyetir.Perjal
"Awas kaki mu mas!!" Maura mendorong tubuh lelaki yang sedang mengganjal pintu dengan kakinya.Lelaki itu dengan cepat meraih tangan Maura dan menariknya hingga Maura pun akhirnya ikut keluar."Mas..""Maura sayang!!aku kesini mau minta penjelasan dari kamu!"ucap lelaki itu."Nggak ada yang perlu di jelasin mas,kita sudah berakhir. Kita putus !!""Itu menurut kamu Maura!!aku nggak mau kita putus!!kenapa kamu tiba tiba kaya gini??apa kamu lupa rencana indah kita??"tanya lelaki itu."Maaf mas Bayu!!tapi aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita!aku....aku bukan pilihan yang baik buat kamu!"ucap Maura mati-matian menahan air matanya agar tak jatuh.Lelaki bernama Bayu itu merogoh saku celananya dan mengeluarkan kotak perhiasan kecil berbahan beludru berwarna maroon. Ia lalu membukanya."Kamu lihat ini sayang!Cincin yang akan kita pakai di acara lamaran nanti udah jadi sesuai dengan desain yang kamu mau,lihat ...!"Bayu mengeluarkan Cincin itu dan menunjukkan pada Maura.Cincin itu adalah c
"Mas Bayu,lebih baik kamu pergi dari sini!"seru Maura sambil terus memeluk Dewa,takut kalau lelaki itu kembali menghantam mantan kekasihnya yang Barus ia putuskan tiga hari yang lalu tersebut."Maura..aku nggak akan pergi sebelum kamu jelasin semua!siapa laki laki ini??apa karena dia kamu mutusin aku??"Mendengar penuturan lelaki yang baru saja dia beri bogem mentah itu,Dewa terhenyak. Benarkah laki laki itu adalah kekasih dari iparnya??lalu apakah benar mereka putus karena dirinya??"Aku mohon mas!pergilah dulu. Aku janji lain hari akan ku jelaskan semuanya!tapi untuk sekarang pergilah!"mohon Maura.Bayu tertunduk lemas,ia tak ingin memaksa pujaan hatinya untuk sekarang. Ia sangat tahu dan paham bagaimana sifat Maura. Gadis itu Taka akan bisa di paksa atau pemaksaan itu akan membuatnya marah kepadanya. Biarlah kali ini ia menurunkan egonya dan mengalah."Baiklah,aku akan pergi. Tapi ingat janjimu untuk menjelaskan semuanya. Kita mengawali hubungan dengan cara yang baik,aku harap jika
"Mas,jangan gila ya kamu!!aku nggak mau merusak hubungan kalian!sudahlah..lupakan kejadian malam itu!lanjutkan rumah tangga yang damai dengan mbak Mauli!""Dek,kamu nggak tau seperti apa rumah tanggaku yang sebenarnya,aku dan kakakmu sebenarnya...""Sebenarnya apa mas??" Maura jadi penasaran karena Dewa menggantung ucapannya.Dewa menggeleng,ia merasa ragu untuk menceritakan perihal rumah tangganya yang sebenarnya sudah mulai hancur semenjak setengah tahun terakhir.Ia mengetahui perselingkuhan sang istri dengan manajernya sendiri.Dewa diam bukan lantaran tak punya harga diri sehingga diam saja mengetahui jika dirinya di selingkuhi. Lelaki itu hanya ingin mempertahankan rumah tangga yang ia bina dengan penuh cinta bersama wanita yang memang ia inginkan sejak dulu.Dewa terus memendam perasaannya dalam diam sambil terus berpura-pura tak mengetahui apa-apa.Sampai akhirnya kejadian malam itu,kesalahan yang ia lakukan bersama iparnya,saat itulah ia menyadari kenyamanan lain ia temukan da
Tiba di rumah Omanya,Maura langsung keluar dari mobil Dewa dengan tergesa dan buru-buru.Otaknya masih traveling kemana -mana mengingat video sang kakak yang usai ia tonton tadi. Seketika ia teringat adegan di mana sang ipar merenggut kesuciannya."Dek...!!"panggil Dewa saat Maura hendak menutup pintu mobilnya."Apa..??"sahut Maura melongokkan kepalanya ke dalam mobil lagi."Mas enggak di ajak masuk??"tanya Dewa sambil melepas seatbelt nya."Lah...mas Dewa kan punya kaki,mau masuk ya jalan lah sendiri!"sahut Maura ketus."Astaghfirullah,,,galak banget sih dek!"seru Dewa lalu mulai ikut menuruni mobil.Tentu saja lelaki itu harus ikut masuk sekedar beramah tamah dengan Oma mertuanya."Oma..aku pulang..!!"seru Maura sambil mengetuk pintu dengan keras."Assalamualaikum dek...!" Dewa mengingatkan adab kesopanan.Maura melirik sebal pada iparnya tersebut."Iya masss...Oma..!! assalamualaikum..!!"teriak Maura.Dewa menggeleng melihat kelakuan iparnya tersebut. Maura yang sempat frustasi dan
Maura yang mendapat telepon dari Bayu itu hanya mondar mandir sambil memijit pelipisnya yang terasa pening.Wanita itu tak segera menjawab panggilan itu dan membiarkan ponsel nya terus berdering hingga panggilan itu berakhir."Huuftt...." Maura menghela nafas saat ponselnya berhenti berdering.Baru beberapa saat ponsel itu diam,tiba tiba kembali menyala dan berdering lagi. Panggilan berasal dari nomor yang sama. Tak ada pilihan lain bagi Maura selain menjawabnya.Maura menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab panggilan tersebut. Setelah merasa agak tenang,Maura pun menggeser tombol berwarna hijau pada ponselnya."Halo Assalamualaikum."[ Wa Alaikum salam Maura, Alhamdulillah akhirnya kamu mau menjawab panggilanku.]"Hmm...iya mas,maaf lama jawabnya. Tadi lagi di kamar mandi!" dusta Maura.[ Iya nggak papa,kamu mau terima panggilanku aja aku udah seneng! ]"Iya,ada apa mas?"tanya Maura pura pura tak tau maksud dari Bayu menghubungi dirinya.[ Maura,sesuai janji kamu tadi,aku masih m
"Mas!!mas Bayu udah janji kan nggak akan marah??jangan ingkar janji!!"seru Maura saat melihat kilatan amarah pada Bayu usai mendengarkan cerita tentang hal yang ia alami."Maura,ini udah kelewatan! kakak ipar kamu sudah melecehkan mu,dia udah menodai kamu!harusnya kamu tuntut dia!bukannya malah diam saja seperti ini,dan kamu malah putusin aku??" Bayu semakin berang."Mas Bayu,aku diam bukan berarti aku terima saja di lecehkan oleh iparku mas,tapi aku nggak mau mbak Mauli tau hal ini dan berujung menyakiti perasaannya!dan aku mutusin kamu karena aku sadar diri dan sadar posisi,aku udah nggak suci lagi,aku nggak pantas buat kamu mas!aku tau itu!"Maura mulai ikut tersulut emosi lantaran Bayu seolah menyalahkan dirinya atas semua hal yang terjadi.Gadis itu bahkan ikut berdiri dengan nafas tak beraturan karena emosi."O..oke...maaf sayang!aku..aku hilang kendali,.maafkan aku!" Bayu mulai melunak,lelaki itu tak bisa menghilangkan kebiasaannya untuk memanggil Maura dengan panggilan Sayang.
Dewa kembali dari kantin dengan membawa beberapa jenis kue kering berbahan coklat. Lelaki itu berharap, Maura bisa memakan kue itu dan tidak muntah walau sedikit.Sekembalinya di ruang perawatan Maura, Dewa melihat gadis itu duduk termenung di tepian brankar."Dek, kenapa nggak tiduran aja? ""Aku capek tiduran terus mas. Kepalaku pusing. Aku mau pulang. " rengek Maura yang merasa mulai bosan di rumah sakit tersebut.Dewa menghela nafas, "Tapi kondisi kamu masih lemah dek, ""Tapi aku udah sehat mas, aku gapapa. " Maura pun mulai ngeyel. Gadis itu benar-benar sudah bosan di ruangan itu."Ya sudah, mas tanyakan ke dokter ya, udah boleh pulang apa belum,. Tapi kalau dokter bilang masih harus di rawat dulu, kamu harus nurut ya! Jangan bandel.!" ucap Dewa menepuk puncak kepala Maura dengan gemas.Sebelum menemui dokter yang menangani Maura,Dewa meminta agar gadis itu mencoba memakan kue kering yang ia belikan tadi."Ya sudah,mas Dewa tanyakan dokter sama. Aku bisa makan sendiri kok."celet
"Tante..." lirih Maura sambil mengusap pipinya yang memerah dan memanas akibat tamparan keras dari Tante Rindi."Mulai detik ini, jauhi anakku! dasar ipar penggoda!" sinis Tante Rindi menatap tajam pada Maura.Wanita itu lalu meninggalkan ruangan Maura.Sepeninggal Tante Rindi dari ruangan Maura, gadis itu menangis tersedu-sedu. Rupanya mama dari sang kekasih sudah mengetahui kehamilannya, dan lagi anak semata wayangnya harus di rawat di rumah sakit itu juga lantaran babak belur di hajar oleh lelaki yang sudah menghamili Maura, yaitu Dewa."Sudah dek, jangan nangis terus. Mata kamu bisa bengkak nanti. Bagus kalau ibu pacar kamu itu minta kalian putus, sebentar lagi aku nikahin kamu , jadi nggak usah sedih."Dewa mencoba menenangkan gadis itu.Maura menatap tajam ke arah Dewa."Semua ini gara - gara kamu mas!!hidupku hancur karena kamu!!semua orang meninggalkan ku sekarang!!aku nggak punya siapa-siapa lagi.!!hiks..hiks..."Maura kembali terisak usai mengomeli Dewa.Dewa duduk di tepi bra
"Kondisi janin lemah saat ini tuan,ini baru awal kehamilan,janin masih sangat rentan,saya harap tuan lebih memperhatikan istri anda lagi agar kejadian ini tak terulang lagi atau akan berakibat fatal. Kenapa anda ceroboh sekali sampai membiarkan istri anda terjatuh..??istri anda harus di rawat beberapa hari di sini agar kondisinya membaik dan janinnya tidak l mah seperti sekarang ini,kami harus terus memantau kandungannya." Dokter itu menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi Maura sambil mengomeli Dewa."Lakukan yang terbaik untuk anak dan istriku dokter,berapapun biayanya,aku tak peduli,yang penting istri dan bayiku sehat!!"seru Dewa."Tentu saja tuan,itu sudah menjadi tugas kami. Kami akan memindahkan istri anda ke ruang perawatan,silahkan anda selesaikan administrasinya."ucap dokter itu lalu meninggalkan Dewa.Belum sempat Dewa beranjak dari depan ruangan tersebut,brankar yang berisikan Maura di dorong keluar oleh para suster.Dewa pun memilih mengikuti Maura ke ruang VIP dulu sebe
Sahutan Dewa semakin membuat Bayu geram. Lelaki itu pun menghempaskan Maura dan langsung menghujani pukulan bertubi -tubi pada Dewa."Mas Bayu stop..!!"Maura kembali menahan lengan Bayu,namun lelaki yang sudah kalap itu mendorong tubuh Maura dengan kuat hingga gadis itu jatuh tersungkur."Bruugh...!!""Aaakhh....!!"Maura memekik saat bokongnya mendarat dengan keras menghantuk lantai."MAURAA..!!"teriak Dewa.Lelaki yang semula sudah tak berdaya di hajar Bayu itu mendadak mendapatkan kekuatan kembali setelah melihat Maura terjatuh."Apa kau gila hah..!!Maura sedang hamil..!!kau berusaha mencelakainya..!!"Dewa langsung mm brutal dan mengganas menghajar Bayu tanpa ampun. Lelaki itu bahkan tak memberi kesempatan pada Bayu untuk menangkis pukulannya.Kedua lelaki itu tak peduli telah menimbulkan keributan dan menyita perhatian pengunjung restoran yang lain. Aksi mereka menjadi tontonan gratis bagi para tamu resto yang lain. Bahkan pihak keamanan resto pun tak bisa menghentikan keduanya.Ma
"Mas Bayu..."lirih Maura saat melihat siapa yang telah menarik lengannya dengan kasar."Maura..kenapa kamu ada di sini??dengan kakak iparmu??"Bayu memicingkan matanya pada Dewa."Mas...mas Bayu aku bisa jelasin. Ini..aku.."Maura gelagapan seperti seseorang yang sedang kepergok pacar sedang selingkuh."Maura,besok aku akan datang ke rumah bersama mamaku untuk melamar mu,tapi kamu..."Bayu nampak sangat emosi melihat Maura bersama Dewa di restoran itu."Hei,,bisa tolong lepaskan tanganmu??kau menyakiti lengan Maura!!"Dewa menepis tangan Bayu dari lengan Maura yang di pegang."Jangan ikut campur ya!!dasar ba****an..!!kamu sudah merusak masa depan Maura!!"tiba-tiba Bayu melayangkan pukulan ke wajah Dewa dan mengenai sudut bibir lelaki itu."Aakhh....mas Bayu..!!"pekik Maura terkejut."Mas,..mas Dewa gapapa??"Maura langsung memeriksa wajah Dewa yang terkena pukulan.Rupanya pukulan Bayu berhasil membuat sudut bibir Dewa berdarah.Maura terbelalak di buatnya."Mas Bayu..!!apaan sih??aku cuma
Gadis itu berulang kali mengucek matanya,tak percaya jika Dewa berada di hadapannya. Mungkin saja rasa laparnya membuat ia berhalusinasi."Auwh..."Maura memekik saat ia mencubit pipinya sendiri."Kenapa di cubit dek??"tanya Dewa sambil mengusap pipi Maura yang gadis itu cubit sendiri."Ini..beneran mas Dewa??aku nggak lagi mimpi??"tanya Maura masih tak percaya.Dewa tersenyum simpul dan mengangguk.Maura ikut tersenyum dan langsung memeluk erat lelaki itu."Mas Dewa baik -baik saja kan??mas Dewa belum mati kan??"tanya Maura melepas pelukannya dan meraba seluruh wajah lelaki yang berjongkok di hadapannya tersebut."Auwhh..sshh..."Dewa mendesis saat Maura tanpa sengaja menekan luka di keningnya yang masih di balut perban."Aduh..mas Dewa maaf!!aku nggak sengaja..!!sakit yah..??"Maura langsung panik dan mengipasi kening mantan iparnya tersebut.Sebenarnya hanya sedikit nyeri saja,namun lelaki itu suka dengan kekhawatiran dan perhatian gadis di hadapannya tersebut hingga lelaki itu pura -
"Maura..!!"teriak Dewa saat tersadar dari pingsannya.Lelaki itu siuman setelah hampir satu jam tak sadarkan diri."Mas dewa!!"seru Mauli segera beranjak menghampiri Dewa."Mauli..di mana Maura??"tanya Dewa mencengkeram kedua pundak mantan istrinya tersebut ."Maura..??mana ku tahu mas!!lagian buat apa kamu menanyakan perempuan tak tahu diri itu?"tanya Mauli."Jangan bicara sembarangan kamu Mauli!!Maura perempuan baik -baik." Dewa tak suka dengan ucapan Mauli yang menjelekkan adiknya sendiri."Mana ada wanita baik -baik menggoda iparnya sendiri sampai hamil di luar nikah mas??""Jaga bicara mu Mauli!!Maura tak pernah menggodaku!!semua murni kecelakaan saat aku mabuk!!semua salahku,jangan pernah menuduh Maura seperti itu!!dia jelas tak seperti dirimu yang murahan!!!" Dewa yang baru sadar itu benar -benar emosi dengan setiap ucapan yang terlontar dari bibir mantan istrinya tersebut.''Apa bedanya aku dengan Maura mas??kalau aku murahan,Maura pun sama hal nya dengan ku,dia juga murahan k
"Maura please jangan nekat,mas mohon!!"gumam Dewa dalam perjalanan mengejar mobil taksi yang membawa Maura pergi.Dewa benar -benar takut jika Maura nekat lagi dan mencoba mengakhiri hidupnya. Tentu saja Dewa tidak ingin kehilangan bayi dalam kandungan Maura,bayi itu adalah keinginan Dewa sejak lama,memiliki keluarga kecil yang bahagia adalah impian setiap insan,walaupun hamilnya Maura karena insiden kecelakaan di malam terkutuk waktu itu,namun Dewa sudah bertekad akan bertanggung jawab untuk menikahinya jika sampai gadis itu benar -benar hamil. Dan ternyata,insiden malam itu benar -benar membuat Maura hamil.Seolah alam sedang mendukung,konfliknya dengan Mauli pun berakhir dengan perceraian di meja hijau. Hal ini tentu saja membuat Dewa semakin bertekad untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan menikahi Maura,terlebih saat ini ia tak terikat dengan siapapun.Hanya tinggal sedikit lagi,mobil Dewa akan berhasil menyalip taksi yang membawa Maura,namun saat hendak menyalip,dari a
Sore ini,suasana berkabung masih begitu kental menyelimuti keluarga Oma Gayatri.Jenazah sang Oma baru saja di kebumikan,para warga yang datang melayat pun mulai satu persatu meninggalkan rumah duka.Mauli yang sedang pemotretan pun ikut hadir di pemakaman sore itu. Wanita itu mengundur jadwal pemotretannya di luar kota karena meninggalnya sang Oma."Plaaak...!!!"Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Maura hingga membekas kemerahan."Aku nggak nyangka dek!!ternyata kamu itu ipar maut!!"seru Mauli penuh emosi setelah mendengar kebenaran kehamilan Maura yang menyebabkan sang Oma serangan jantung dan langsung meninggal.Maura hanya bisa menangis dan menggeleng."Mauli cukup..!!Maura lagi hamil,jangan buat dia tertekan!"seru Dewa menarik tubuh mantan istrinya menjauh dari Maura yang terduduk di lantai setelah berlutut dan meminta maaf pada kakaknya tersebut karena telah mengandung benih iparnya."Nggak usah bela dia mas!!dia sengaja goda kamu kan??makanya kamu ngotot menceraikan aku,ru