Sedang berjalan di mall sendirian, Clara masuk ke salah satu toko parfum. Berjalan menyusuri etalase, ia mendengar beberapa orang berbisik-bisik membicarakan filmnya yang masih beberapa hari lagi akan tayang."Trailernya aja sudah lucu. Romantis gini. Yang main Azka lagi, cocok ya sama Naomi Clara. Aktingnya keren juga.""Naomi Clara ini yang sering main FTV kan?""Iya. Aku kalau dirumah gak ada kerjaan, suka nonton FTV dia.""Aku udah lama follow sosmed dia."Clara senyum-senyum sendiri mendengarkan percakapan orang itu. Rupanya ia cukup dikenal di masyarakat."Selamat siang, Kak Clara," sapa staf toko parfum itu."Siang," sahut Clara.Beberapa orang yang tadi asik membicarakan Clara, langsung menengok. Rupanya mereka adalah staf toko parfum itu juga. Tanpa pikir panjang, mereka langsung meminta foto bersama."Makasih ya Kak buat fotonya," ucap mereka bergantian."Sama-sama," sahut Clara kemudian meminta tolong dicarikan parfum yang biasa ia pakai.Setelah membayar parfum itu di kasi
Hari yang begitu dinantikan oleh Mas Bramana dan seluruh pemain serta kru akhirnya tiba juga. Hari ini film yang Clara dan Azka mainkan akan diputar serentak di seluruh bioskop Indonesia. Clara, Lisa, Papa, Bu Iin dan juga Bi Asih telah berada di bioskop."Bu Iin duduk di sini ya. Di samping Azka," ucap Clara mengantarkan Bu Iin duduk di samping Azka. Tempat duduk yang seharusnya ia tempati. "Yang bener, Mbak?" Bu Iin tak percaya."Bener, Bu. Dia juga pasti gak keberatan. Bu Iin ka fans dia," ucap Clara melirik Azka."Silahkan, Bu. Dengan senang hati," sambut Azka.Clara lalu naik satu anak tangga, duduk tepat di belakang Azka bersama Lisa, Papa, dan Bi Asih.Menikmati film dengan durasi satu setengah jam itu, Clara di buat bahagia dengan komentar dan ekspresi dari semua pengunjung bioskop. Film dengan genre romantis itu berhasil membuat pengunjung baper."Selamat ya, Cla." Papa merangkul dan mencium kening putri semata wayangnya itu."Makasih, Pa.""Papa bangga sama kamu, Cla."Clar
Duduk dengan yang lain di ruang tunggu, Clara menikmati bekal roti yang dibikinkan oleh Bu Iin."Makan sendiri aja," sapa Azka duduk di samping Clara."Memangnya kamu mau makan bekas gigitan aku?" tanya Clara menyodorkan roti yang telah ia gigit."Kalau kamu mau, ya aku mau," ucap Azka santai.Terdengar suara pemberitahuan dari speaker. Untuk penumpang tujuan Yogyakarta agar masuk ke dalam pesawat."Sini aku bawain," kata Azka membawakan tas milik Clara yang masih asyik makan."Yuk," ajak yang lain.Masuk satu per satu ke dalam pesawat Clara mendapatkan nomor kursi di deretan depan."Aku di samping kamu. Kamu mau duduk dimana? Dekat jendela?""Jangan bercanda? Masih banyak kursi lain kan?" protes Clara."Kalian berdua ini ada apa sih? Cepet duduk, penumpang yang lain juga mau masuk," ucap Anisa yang masih berdiri menunggu Azka duduk baru ia bisa menuju kursinya.Dengan sangat terpaksa Clara duduk di dekat jendela, tentunya dengan Azka di sampingnya."Ini lo tiketnya, nomor kursinya ini
Beberapa menit lagi film akan segera dimulai dan Azka belum juga masuk ke dalam bioskop. Masih ada dua kursi kosong di sebelahnya yang memang disediakan untuk Azka. Karena penasaran, Clara berjalan keluar."Mau kemana?" tanya Mas Bramana yang melihat Clara mengendap-endap."Toilet bentar, Mas," sahut Clara.Begitu keluar dari pintu, Clara berjalan beberapa langkah dan mendapati Azka dan wanita itu juga sedang berjalan mendekat ke arah Clara. Sempat terdiam beberapa detik, Clara lalu kembali berjalan dengan cueknya agar tak terlihat kaget."Kamu mau kemana? Bukannya sudah mau mulai?" tanya Azka menegur."Mau ke toilet," sahut Clara ketus."Ya udah kita tungguin. Toiletnya ada di situ," kata Azka seraya menunjuk letak toilet yang tak jauh dari tempat mereka berada."Gak usah kalian masuk aja," sahut Clara masih dengan nada ketus. Meski wanita yang berada di samping Azka tersenyum ramah padanya.Dengan cepat Clara masuk ke dalam toilet. Kondisi toilet yang cukup ramai saat itu membuat Cl
Duduk hingga jam dua pagi di bar, Clara mendengarkan cerita Azka mengenai orang tuanya yang menyimpan rasa marah padanya. Tapi Azka hanya menceritakan sebagian kisahnya saja."Tapi kan kamu sudah buktikan sama orang tua kamu, kalau kamu juga bisa berkarya dan menghasilkan di dunia entertainment. Karir kamu melejit," kata Clara menimpali."Tapi tetap aja itu semua gak ada artinya," sahut Azka."Orang tua kamu juga gak bakal selamanya marah. Tinggal kamu aja, gimana caranya buat semua keadaan itu jadi berubah," kata Clara bijak.Azka tersenyum. Sedikit demi sedikit ia mulai menciptakan suasana nyaman antara mereka berdua."Ngobrol sama kamu enak juga ya," cetus Azka dengan jari telunjuk memainkan ujung bibir gelas minumnya yang telah kosong."Lalu kamu pikir aku sudah welcome gitu sama kamu?""Maybe," sahut Azka menaikan kedua bahunya."Tidak semudah itu.""Kamu sudah lupa? Kamu masih punya hutang sama aku," ucap Azka mengingatkan.Clara yang tadinya sudah beranjak dari kursi, kini jadi
Kembali mendarat di ibukota, mereka meninggalkan pesawat lebih dulu karena duduk di kursi paling depan."Siapa yang jemput, Cla?" tanya Azka seraya mengambil koper Clara."Papa," sahutnya singkat."Setelah ini kamu siap-siap ya. Karena akan ada banyak kesempatan untuk kita kembali bersama," ucap Azka seraya mengedipkan mata dan berlalu lebih dulu."Apa maksudnya," gumam Clara bingung.Anisa dan beberapa rekan artis lainnya saling pamit pulang ketika jemputannya telah tiba."Maaf Papa agak telat ya, Cla," kata Papa menghampiri Clara."Gak papa. Di bengkel lagi sibuk, Pa?" tanya Clara."Gak juga. Kamu mau langsung pulang?" Papa mengemudikan mobil meninggalkan bandara."Iya, Pa. Pengen istirahat. Clara gak bawa apa-apa ya, Pa.""Papa juga gak minta apa-apa," sahut Papa sambil tertawa.Setelah menurunkan Clara di rumah, Papa kembali lagi ke bengkel. Menarik kopernya masuk ke dalam rumah, Clara segera menemui Lisa yang sedang santai di ruang tengah bersama Bu Iin sambil menonton tivi."Akh
Pulang dari salon, Clara dan Lisa menyempatkan diri pergi ke salah satu toko pakaian bermerek di mall untuk membeli beberapa pakaian untuk dipakai besok. Clara termasuk salah satu orang yang enggan memakai pakaian yang sama secara berkali-kali apalagi untuk acara live di stasiun tivi, kecuali untuk pakaian sehari-harinya."Ini kayaknya bagus, Cla. Gak terlalu formal, cocok buat acara live besok," ucap Lisa menunjukkan satu stel pakaian berwarna hitam dengan bahu yang sedikit terbuka."Ambil aja. Kamu gak mau belanja juga?' tanya Clara berjalan di depan Lisa."Baju aku masih banyak, Cla. Banyak yang belum kepake juga. Baju-baju yang kamu kasih juga masih nangkring di lemari, gak tau mau dipakai kemana," sahut Lisa. Selain mendonasi pakaian ke beberapa tempat yang membutuhkan, Clara juga membebaskan Lisa untuk memilih pakaian yang memang sudah tidak dipakai lagi."Ya kan bisa kamu pakai kalau ada acara nikahan keluarga," kata Clara memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam tas belanja
Duduk di depan meja riasnya, Clara memilih untuk berdandan sendiri daripada harus datang beberapa jam sebelum acara dimulai untuk didandani di sana. Peralatan make up dan kosmetiknya cukup lengkap untuk berdandan yang maksimal untuk tampil di depan layar kaca."Tambah sedikit lagi blush on nya, Cla," kata Lisa saat masuk kamar."Gini udah pas?" tanya Clara selesai memoles blush on di pipinya."Udah pas. Tadi gak keliatan warnanya," ucap Lisa, "ini baju kamu ya, Cla. Aku keluar ya."Clara memastikan lagi penampilan telah sempurna di depan kaca. Memutar badannya ke kiri lalu ke kanan, Clara segera menyusul Lisa yang telah menunggunya di ruang tamu."Pertanyaan apa aja nanti?" tanya Clara seraya menatap diri di cermin kecil yang ia bawa."Seputar film paling. Tapi mereka nanya, apa boleh nanya masalah pribadi.""Masalah pribadi?" ulang Clara."Luar-luar doang, Cla. Paling ditanya lagi deket sama siapa. Terus nanya tentang foto-foto yang beredar di sosmed. Foto kamu sama Azka. Itu aja si
Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga
Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka
Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu
Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata
Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera
Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita
Bima stand by di bandara untuk menjemput Azka. Setelah kesana kemari mencari tiket keberangkatan pesawat di hari yang sama, Azka akhirnya tiba juga di Bandara. Mengenakan sweater hitam serta topi lengkap dengan kacamata, ia berhasil keluar dari bandara tanpa ketahuan siapa-siapa."Makasih ya, Bim," ucap Azka begitu masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan kursi, mencari posisi terenaknya.Bima hanya mengangguk."Kita langsung ke rumah Clara ya," lanjut Azka.Sama seperti tadi, Bima hanya mengangguk."Lagi sakit, Bim? Gak ada bunyi dari tadi." Azka merasa Bima tak seperti biasanya."Maaf, Mas," lirih Bima. "Buat apa minta maaf, Bim?""Maaf, Mas. Aku ngasih nomor ponsel Clara sama Ibunya Mas Azka," tukas Bima dengan nada penuh penyesalan."Huft. Ibu dapat nomor Clara dari kamu rupanya, Bim. Pantesan Ibu bisa nelpon Clara.""Maaf banget, Mas. Aku gak ada pilihan lain. Usaha orangtua dan sekolah adikku jadi taruhannya. Kalau Bude sampai marah, Mas Azka pasti tau apa akibatnya," lirih Bima pas
Dengan perasaan yang penuh emosi, Ibu duduk di ruang tamu dan meraih ponselnya. Ia membuka pesan Bima yang telah mengirimkan nomor ponsel Clara."Liat apa yang Ibu lakukan," gerutu Ibu menempelkan ponsel di telinganya setelah menekan gambar gagang telepon di ponselnya. Nomor ponsel yang ia tuju tak langsung terhubung. Namun di percobaan kedua, suara Clara telah ia dengar di ujung telepon."Maaf, dengan siapa saya bicara?" tanya Clara kala tak mendengar suara dari panggilan masuk itu."Halo, selamat pagi," ucap Clara lagi."Rupanya telepon saya waktu itu gak ada pengaruhnya buat kamu ya," ucap Ibu begitu ketus."Maaf ini dengan siapa? Mungkin salah sambung," sahut Clara tak berpikir aneh-aneh."Saya Ibunya Azka. Kamu tahu? Saya Ibunya Azka," ucap Ibu berulang kali penuh penekanan."Oh maaf saya gak tahu, Tante. Tante apa kabar? Sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Clara berusaha ramah."Jangan tanya-tanya soal itu! Saya minta kamu jauhi anak saya, karena dia sudah saya jodohkan dengan
Sedang santai di menonton film, Bima dikejutkan dengan panggilan masuk dari Ibunya Azka."Hah, tumben Bude telepon? Bukannya Bude lagi di rumah sakit," gumam Bima. Awalnya ia sedikit ragu untuk mengangkat, tapi ponselnya terus menerus berdering. Berpikir ada hal yang penting, Bima akhirnya menerima panggilan itu."Selamat pagi, Bude," ucap Bima."Pagi, Bim.""Ada apa ya, Bude? Bude sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Bima."Bude masih di rumah sakit. Bude mau minta tolong sama kamu," ucap Ibu."Minta tolong apa ya, Bude?" tanya Bima dengan perasaan yang kurang enak. Takut Bude nya itu akan minta tolong yang aneh-aneh."Bude minta nomor ponsel pacarnya Azka. Sekarang kamu kirim sama Bude," ucap Ibu. Dari nada suara yang Bima dengar, ia bisa membayangkan wajah Bude nya itu pasti sedang melotot.'Aduh, ini pasti ada yang gak beres' gumam Bima dalam hati."Bima gak punya nomor ponsel Clara, Bude," sahut Bima berbohong. Padahal pada kenyataannya ia menyimpan nomor ponsel Clara."Gak mung