Pulang dari salon, Clara dan Lisa menyempatkan diri pergi ke salah satu toko pakaian bermerek di mall untuk membeli beberapa pakaian untuk dipakai besok. Clara termasuk salah satu orang yang enggan memakai pakaian yang sama secara berkali-kali apalagi untuk acara live di stasiun tivi, kecuali untuk pakaian sehari-harinya."Ini kayaknya bagus, Cla. Gak terlalu formal, cocok buat acara live besok," ucap Lisa menunjukkan satu stel pakaian berwarna hitam dengan bahu yang sedikit terbuka."Ambil aja. Kamu gak mau belanja juga?' tanya Clara berjalan di depan Lisa."Baju aku masih banyak, Cla. Banyak yang belum kepake juga. Baju-baju yang kamu kasih juga masih nangkring di lemari, gak tau mau dipakai kemana," sahut Lisa. Selain mendonasi pakaian ke beberapa tempat yang membutuhkan, Clara juga membebaskan Lisa untuk memilih pakaian yang memang sudah tidak dipakai lagi."Ya kan bisa kamu pakai kalau ada acara nikahan keluarga," kata Clara memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam tas belanja
Duduk di depan meja riasnya, Clara memilih untuk berdandan sendiri daripada harus datang beberapa jam sebelum acara dimulai untuk didandani di sana. Peralatan make up dan kosmetiknya cukup lengkap untuk berdandan yang maksimal untuk tampil di depan layar kaca."Tambah sedikit lagi blush on nya, Cla," kata Lisa saat masuk kamar."Gini udah pas?" tanya Clara selesai memoles blush on di pipinya."Udah pas. Tadi gak keliatan warnanya," ucap Lisa, "ini baju kamu ya, Cla. Aku keluar ya."Clara memastikan lagi penampilan telah sempurna di depan kaca. Memutar badannya ke kiri lalu ke kanan, Clara segera menyusul Lisa yang telah menunggunya di ruang tamu."Pertanyaan apa aja nanti?" tanya Clara seraya menatap diri di cermin kecil yang ia bawa."Seputar film paling. Tapi mereka nanya, apa boleh nanya masalah pribadi.""Masalah pribadi?" ulang Clara."Luar-luar doang, Cla. Paling ditanya lagi deket sama siapa. Terus nanya tentang foto-foto yang beredar di sosmed. Foto kamu sama Azka. Itu aja si
Baru saja selesai olahraga di teras belakang, Clara berjalan masuk menuju dapur dengan keringat membasahi seluruh badannya."Habis olahraga, Mbak Clara kelihatan segar," ucap Bu Iin menyuguhkan segelas air minum."Iya, Bu. Jadi ngerasa ringan. Udah lama gak olahraga juga," sahut Clara.Sayup-sayup terdengar suara sering ponselnya dari ruang tengah."Gak usah, Bu," kata Clara cepat saat Bu Iin hendak beranjak mengambilkan ponselnya.Sayang begitu tiba di ruang tengah, ponselnya sudah tak berdering lagi."Nomor siapa ini?" tanyanya saat melihat panggilan masuk tadi dari nomor yang tak terdaftar di kontaknya. Baru saja meletakkan ponselnya di atas meja, terdengar kembali suara dering ponsel."Halo, siapa ya?" Clara menerima panggilan itu seraya berjalan menuju dapur kemudian duduk di meja makan."Nyambung juga. Clara kan?" suara seorang pria terdengar di seberang sana."Betul. Ini siapa ya?"Pria di seberang sana memperkenalkan diri sebagai pemilik salah satu rumah produksi yang memprodu
'Kayaknya bener yang dibilang Lisa' gumam Clara dalam hati saat melihat jelas Azka duduk di meja yang sama dengan Mas Punja. Ia benar-benar bimbang, mau mundur itu artinya ia akan melewatkan kesempatan besar, kalau maju itu artinya dapat dipastikan ia akan bertemu terus dengan Azka di kemudian hari."Kenapa jadi sulit begini sih?" gusar Clara.Dari arah kejauhan, Mas Punja yang tak sengaja melihat Clara berdiri tak jauh dari tempatnya segera melambaikan tangan ke arah Clara. Dengan langkah gontai ia berjalan menghampiri Mas Punja."Kirain kamu nyasar nyari tempat ini, Cla," kata Mas Punja mempersilahkan Clara duduk di sampingnya."Nggak, Mas," sahut Clara memasang senyum."Makan dulu aja ya kita," ucap Mas Punja memanggil pelayan."Pesen aja ya, jangan malu-malu," ucap Mas Punja."Pasti, Mas," sahut Azka.Menyebutkan beberapa menu makanan, pelayan itu lalu pergi membawa buku menu."Selamat ya, film kalian sukses," ucap Mas Punja membuka pembicaraan."Makasih, Mas," jawab Azka dan Clar
"Bangun, Cla. Gimana mau dapat rezeki kalau kamu bangunnya siang kayak gini? Yang ada rezeki kamu bakal dipatok sama ayam duluan," ucap Lisa membuka lebar gorden kamar Clara. Membiarkan cahaya matahari pagi masuk ke dalam.Tampak Clara menggeliatkan tubuhnya lalu menarik kembali selimutnya."Bangun, Cla. Kerjaan kamu hari ini lumayan banyak," kata Lisa menarik paksa selimut yang Clara gunakan."Astaga, Lis. Kerjaan apa sih? Kamu bilang hari ini aku gak ada jadwal buat ketemu siapa-siapa," ucap Clara sewot meraih bantal guling lalu mendekapnya."Emang gak ada. Cuman kamu harus posting beberapa endorse yang masuk. Kamu sendirikan yang bilang kamu sudah mulai terima endorse lagi," ucap Lisa.Memejamkan matanya kuat-kuat, Clara lalu bangkit dari atas tempat tidur."Mandi biar segar," kata Lisa seraya keluar kamar.Sementara Clara bersiap-siap mandi dan ganti baju, Lisa menyiapkan barang endorse yang akan Clara posting di akun sosial pribadinya. Mulai dari pakaian, aksesoris, hingga bebera
Melihat lagi dirinya di depan cermin, Clara meraih ponselnya dan berjalan langsung menuju ruang tamu. Badannya tak bisa bergerak saat melihat siapa yang duduk di kursi ruang tamunya. Menoleh, menatap dirinya, lalu tersenyum."Pagi, Cla," sapanya seraya beranjak dari kursi."Ngapain kamu ke sini pagi-pagi? Jangan bilang kamu mau numpang mandi lagi?""Kamu gak liat aku sudah rapi dan wangi begini?" Pria itu mendekat. Ya. Tamu yang dimaksud Bu Iin tadi adalah Azka."Ngapain kamu ke sini?" tanya Clara lagi jutek dengan tangan terlipat di depan dada. Clara merasa kesal pada Bu Iin yang tidak langsung mengatakan kalau tamu yang datang itu adalah, Azka. Kalau ia tahu yang datang adalah Azka, sudah pasti ia akan lebih lama mengulur waktu untuk membuat Azka menunggu dirinya lebih lama"Jemput kamu," sahut Azka santai."Aku dijemput sama Lisa. Kamu gak usah sok perhatian ya," kata Clara.Azka tersenyum. "Tadi aku ketemu dia di jalan. Ban mobilnya kempes, jadi dia minta aku untuk jemput kamu. K
Menunggu hingga pesawat yang Ayu tumpangi landing, Azka dan Clara beberapa kali meladeni permintaan foto dari pengunjung bandara."Kayaknya Ayu sudah sampai," ucap Azka saat melihat ponselnya ada panggilan tak terjawab dari Ayu.Clara melirik jam tangannya."Kita tunggu di sana aja," ajak Azka berjalan lebih dulu.Beberapa menit kemudian, Ayu datang mengejutkan mereka."Yu, kamu bikin kaget aja," kata Azka memeluk adik perempuannya itu.Ayu tersenyum. "Ada Kak Clara juga.""Iya," sahut Clara ramah.Membawakan koper milik Ayu, mereka berjalan menuju parkiran mobil."Eh, gapapa. Kak Clara di depan aja," kata Ayu saat Clara berjalan melewati pintu depan mobil hendak membuka pintu dan duduk di kursi belakang."Jangan. Jangan," ucap Clara menolak."Berarti kita berdua duduk di belakang, Kak?" kata Ayu."Kenapa pada mau duduk di belakang sih? Kalian pikir aku supir?" protes Azka."Kak Clara di depan aja," ucap Ayu langsung masuk dan duduk di kursi belakang.Kembali duduk di depan, Clara jad
Di teras rumahnya, seorang wanita dengan rambut panjang berwarna hitam sedang memperhatikan layar ponselnya. Dia adalah Sasya-penyanyi pendatang baru yang sampai sekarang masih suka dikait-kaitkan dengan Azka."Jadi sebenarnya kamu sama Azka apa? Belakangan ini Azka mulai terlihat jalan dengan wanita lain. Wanita yang jadi lawan mainnya di filmnya itu," kata Ika-asisten Sasya."Aku suka sama dia, Ka. Tapi gimana ya setiap kali aku coba deketin, dia kayak ngehindar gitu.""Ya itu tandanya dia emang gak mau kamu deketin, Sya. Kenapa kamu masih ngebet," tukas Ika."Habisnya aku penasaran sama dia, Ka. Pertama kali ketemu itu kan waktu ada acara syukuran sinetron dia, aku diundang buat nyanyi di sana. Kita sempat ngobrol, tukeran nomor ponsel juga," cerita Sasya."Berarti setelah acara itu kalian lanjut?" "Iya. Sempat jalan beberapa kali. Kan kamu liat foto aku sama dia di beberapa akun gosip. Itu aku emang jalan sama dia.""Tapi nyatanya sekarang dia jalan sama itu, si Clara. Kamu sudah