Home / Thriller / BROKEN / Pshycotic Disorder

Share

Pshycotic Disorder

Author: Eluna
last update Last Updated: 2022-03-07 20:13:05

"Laporan terkini, kasus hutan terlarang yang telah ditutup lama berhasil terungkap. Seseorang gadis dari Lago Sul dikabarkan pergi ke hutan bersama tokoh legendaris bernama Nick Erhan. Mereka berhasil keluar dengan membawa tiga tersangka hidup dari suku wanita yang membunuh dan memperkosa siapa saja kaum pria yang datang ke sana. Dari ...." Suara reporter dari saluran televisi terputus. Dev menatap hampa layar yang telah berubah hitam tersebut 

"Lihatlah, Dad! Sebentar lagi dunia akan meminta maaf kepadamu." Setelah berkata demikian, ia bangkit dan memutuskan pergi ke suatu tempat.

Dengan memakai hoodie, topi, dan kacamata, dia berhasil sampai tanpa gangguan. Dilihatnya intens sosok wanita yang mengurusnya sejak kecil. Tidak ada kehidupan yang tercetak di wajah pucat wanita kurus tersebut. Ia menghela napas, memancarkan seberkas rindu yang coba dielak.

"Apa kau keluarganya?" Dev mengangguk saat seorang wanita berseragam polisi datang menghampirinya.

"Ada yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • BROKEN   Permohonan Maaf dan Belasungkawa untuk Kematian Nick

    "Ini tidak mungkin, Nak." Michele mengingkari apa yang tengah berlayar di kedua indera penglihatannya."Itulah yang terjadi, Paman.""Lalu, makam siapa yang berada di sampingnya?""Ibu kandungku." Michele menoleh penuh kejut sebelum akhirnya Dev menceritakan segalanya pada lelaki kurus itu.Dev menatap hampa hamparan yang menjadi tempat bersemayamnya jasad-jasad para tokoh kebanggaan negara. Tempat yang begitu indah dan terawat, tetapi mengandung banyak kesedihan."Setelah sekian lama, aku harus melihatnya di tempat yang tidak pernah kusangka-sangka. Semoga ia mendapatkan tempat yang indah di sisi Tuhan." Sebuah suara mengisi keheningan. Dev dan Michele membalik punggung. Sesosok laki-laki berjenggot lebat sedang berdiri di antara mereka. Sebuah wajah asing bagi Dev yang memperlihatkan bela sungkawanya."Mehmet? Kau di sini?" Michele bertanya dengan alis bertaut."Aku mengikuti kalian. Dev, apa kau mengingatku?" Devada mengangkat sebela

    Last Updated : 2022-03-13
  • BROKEN   Muntah Belatung

    Cairan merah keluar deras dari mulut Jess. Dev dan semua yang ada di ruangan lengang itu tampak sangat syok menyaksikan keadaan Jess yang sangat mengerikan."Mom!" Dev menyambar sapu tangan yang terulur dari tangan Michele. Dengan itu dia membersihkan mulut ibunya."Tolong bantu aku bersihkan itu!" ucap Michele kepada dua pria yang bekerja di rumah sakit itu seraya mengarahkan tangannya pada genangan darah yang telah mengalir ke mana-mana."Tapi, Dok ... tidakkah kau lihat darah itu seperti genangan air yang berisi ribuan cacing nyamuk?" celetuk sang perawat."Kenapa kau cerewet sekali?" balas sang dokter."Cepat!" Sentakkan Miche membuat mereka berjingkat. Dua wajah yang diliputi rasa ragu itu pun dengan terpaksa melakukan perintah sang dokter."Dev, ini pakaian baru untuk ibumu. Segera gantikan. Aku akan segera kembali. Aku harus menyiapkan obat untuknya terlebih dahulu." Dev mengangguk dan langsung mengurus Jess penuh kasih sayang. Dia sama sekali ti

    Last Updated : 2022-03-18
  • BROKEN   Katakan atau Mati?

    "Aku harus membawa ibumu ke rumah sakit. Entah mengapa semua alat kesehatan mendadak rusak.""Tidak! Aku akan membawanya pulang. Semua tempat tidak aman untuknya saat ini. Kau lihat dua orang yang kau suruh membersihkan darah itu kehilangan kesadaran tanpa sebab. Semua orang di sini menjadi aneh.""Dev, aku mengerti. Aku tidak tahu mengapa terjadi sesuatu yang tidak masuk akal di tempat ini. Tapi, kau tidak bisa menyamakan semua tempat tidak aman. Jess butuh pertolongan secepatnya. Bagaimana kau akan merawatnya di rumah sedangkan ....""Apa bagimu aku terlihat sangat bodoh?""Tidak, bukan seperti itu! Hanya saja ....""Aku tidak peduli!" Setelah Dev mempertahankan egonya, dia berlalu menggendong ibunya yang tidak berhenti kejang-kejang. Michele pun hanya bisa menggeleng karena tidak dapat mencegahnya.Di Paranoa, Dev membawa ibu tirinya. Wanita itu tidak lagi mengalami kejang atau pun muntah-muntah melainkan sudah hilang kesadaran. Dia membaringkan tubuh keras ibun

    Last Updated : 2022-03-20
  • BROKEN   Teror

    Melihat semua itu, Dev memegangi kepala seolah beban berat tengah bertumpu di sana. Tiga kaplet pil yang dikeluarkan dari saku celana ia telan tanpa air. Sementara dia melanjutkan perjalanan, di gedung kebanggaan mendiang Nick, Mehmet mulai merasakan keganjilan."Happy death day to you! Happy death day to you!" Mehmet mengedar saat lirik tersebut mengalun lembut di telinganya."Let's sing!""Siapa?" Mehmet bertanya kepada pemilik suara, tetapi sang empunya hanya memperdengarkan tawa menggemaskan khas anak berusia lima tahunan.Mehmet memeriksa tiap sudut kamar. Tidak ada anak kecil di sana. Hanya dia dan Jess yang tengah mendengkur pulas. Pria bercambang tersebut melangkah keluar, tetapi suara petikan gitar menahannya. Mehmet menoleh, lalu mengamati alat musik yang tergantung di sisi lemari kaca hias.Dari situlah, hal ganjil makin terasa. Satu per satu hiasan giok berbentuk berbagai macam binatang bergerak-gerak seolah memiliki kaki. Pertunjukan abnormal te

    Last Updated : 2022-03-22
  • BROKEN   Meletusnya Leher Yerin Kang

    Langit-langit berubah layaknya sebuah layar yang mempertontonkan adegan yang mencolok mata."Kau akan menyesal karena melakukan ini padaku, Bitch!" Suara menyedihkan itu berasal dari adegan mengerikan di sana. Di mana seorang gadis dikuliti hidup-hidup oleh seseorang dengan jenis kelamin yang sama.Mata Dev mengembang merah, ingin mengatakan sesuatu, tetapi yang terdengar hanya gelembung air yang keluar masuk dari mulut.Detik-detik berikutnya, seluruh kepala Dev terbenam sempurna. Adegan kanibal di atas kepalanya pun perlahan meredup seiring dengan kesadarannya yang perlahan hilang.Di bawah alam sadar, beberapa sosok berkelebat memenuhi otaknya seperti klip yang berisi aneka macam potret. Dalam kegelapan matanya, sosok setan kecil membayang dengan tawa, lalu berganti dengan suku pembunuh, lalu berganti dengan seekor naga yang ditunggangi kilat api, lalu berganti dengan ...."Elfara!" Dev tersentak ketika wajah terakhir yang ada adalah kakaknya sendiri.

    Last Updated : 2022-03-29
  • BROKEN   Terpaksa Kembali Menjadi Wanita

    Setelah beberapa lama bangun dari pingsannya, Dev melihat jam dinding. Sejurus dengan itu, dia teringat dengan Jess. Seberkas sinar masuk ke celah fentilasi. Pada saat itulah, dia menyadari bahwa dirinya tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama."Mommy!" Tubuhnya masih terhuyung, tetapi tidak separah hari kemarin.Dia berjalan ke kamar Jess dan melihat wanita itu sedang termangu di sisi ranjang. Entah apa yang dipikirkan, Jessy terlihat begitu kosong. Dev menyentuh lembut bahu ibunya dan dengan gerakan pelan, wanita kurus itu menoleh.Dev terkejut mendapati seluruh mata ibunya menghitam juga bibir yang pecah-pecah. Sepuluh detik mata mereka beradu, telinga Dev mendengar suara Jess seperti pukulan gong."Mommy!" Dev terhenyak ketika dia mengumpulkan keping kewarasannya yang tengah melayang entah ke mana."Mommy?" Dia mengatur napas. Berkali-kali, dia berusaha memahami apa yang terjadi, tetapi dia gagal sebab yang terlihat saat ini adalah Jess yang seut

    Last Updated : 2022-04-05
  • BROKEN   Bukan Urusanmu

    "Baiklah, tapi kau harus berjanji. Kau tidak akan membuat masalah apa pun. Kalau kau ketahuan melakukan perbuatan yang buruk, aku tidak akan pernah memaafkanmu." Akhirnya, Dev dapat bernapas lega karena Nania mau menerimanya. Dia harus menggunakan kesempatan tersebut sebaik mungkin."Terimakasih. Aku berjanji tidak akan membuat masalah apa pun," sahut Dev kemudian."Sekarang bantu aku membereskan kekacauan ini." Mata Dev hampir meloncat dari kelopaknya."Aku bahkan belum membersihkan wajahku," gerutu Dev dengan aksen yang sengaja dibuat tidak jelas. Nania menggeram seolah mengerti keluhannya."Iya, tapi aku perlu mencuci wajahku terlebih dahulu." Dev segera berlalu dari hadapan Nania yang terlihat kembali terlarut dalam lamunan.Malam menjelang, Dev berbaring di kursi bambu di ruang depan. Berpura-pura tidur ketika Nania mengendap-endap keluar dari rumah. Diam-diam, dia mengikuti jejak Nania. Gadis manis itu melenggang ke tepi air terjun."Apa yang dia

    Last Updated : 2022-04-17
  • BROKEN   Villa Jebakan

    "Kau sudah merusak waktuku, Dev!""Aku hanya mengkhawatirkanmu saja. Tidak lebih." Nania menghela napas. Beberapa saat, sepasang matanya kembali teduh."Terima kasih, kau sudah begitu peduli padaku." Senyum kecil mengembang, tetapi kilauan di mata hitam itu membuat Dev gagal memahami."Hanya sesuatu yang kecil. Tidak masalah," sahut Dev. Ada degup yang lepas kendali ketika tiba-tiba Nania menyentuh punggung tangannya."Terkadang sesuatu yang kecil itu sangat berarti untuk orang lain. Tapi, Devada, aku memiliki urusan yang harus segera kuselesaikan.""Tapi ....""Aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Kau tidak usah mencemaskanku." Usai merapikan diri, Nania kembali pergi. Dev hanya diam. Bukan ingin menuruti perkataan Nania, tetapi menunggu waktu yang tepat untuk mengikutinya diam-diam.Nania berjalan memasuki kota. Dari kejauhan Dev dapat melihat gadis tersebut masuk ke sebuah vila. Dengan hati-hati, dia mendekati pagar yang di sana sama s

    Last Updated : 2022-04-20

Latest chapter

  • BROKEN   Akhir hidup Ezhar

    “Callin?” Dev tersenyum miring mendengar suara gelisah Ezhar.“Kau menyentuh bonekaku?”“Tenanglah, aku hanya sebentar saja memainkannya!” Ezhar menjawab.“Tinggalkan kami, Ezhar! Aku ingin memainkannya sendiri.” Setelah berkata demikian, Ezhar mulai menghitung langkah dengan sorot mata penuh pertanyaan.Beberapa saat setelah kepergian Ezhar, Callin memulai aksinya. Ruangan 3x4 meter itu penuh dengan raungannya. Tidak ada apa pun yang bisa menjadi tempat pelampiasannya kecuali Dev. Callin menjadikan adiknya seperti mainan yang tidak diinginkan. Sesekali, tinju-tinjunya dilayangkan pada wajahnya sendiri. Hal itu membuat kepala Dev dipenuhi tanda tanya.“Apakah dia sedang mengingat penderitaannya?” gumam Dev.“Cih, untuk apa aku peduli soal dia!” Dev menggeliatkan sedikit badannya yang dipenuhi darah. Walaupun sedikit, pergerakannya membuat besi rantai yang membelenggu tangannya bergemerincing. Callin yang tengah berusaha untuk tenang seketika menoleh. Membalik badan dan menusuk Dev den

  • BROKEN   Rumah Penyiksaan

    Boom!Dentuman menggelegar meriuhkan jagat. Angin berdebu mengaburkan penglihatan dalam sejenak. Dalam satu pukulan itu, Callin berhasil membuat seluruh tempat menjadi porak-poranda."Dev!" Michele kembali berteriak saat dia melihat Dev bertelengkup dan mengangkat kepala dengan lemah."Jika kau ingin selamat, diam dan pergilah!" Callin berkata dingin kepada Michele. Dia kemudian menyeru semua anggota yang tersisa dan mengisyaratkan Ezhar untuk pergi."Dev!" Teriakan Michele terdengar pilu. Dia harus menyaksikan Callin menyeret Dev seperti menyeret babi hutan.Di sebuah tempat tersembunyi di São Paulo, Dev diasingkan. Rumah kayu yang tak bersekat di sana akan menjadi tempat baru yang sangat mengerikan untuk Dev. Bayangan Callin akan mengulitinya hidup-hidup terus berputar di kepala dan mungkin itu akan terwujud saat Callin muncul dengan tombak bermata tiga di tangannya."Apa kau merasa lelah dengan perjalanan kita sampai kau harus tidak sadarkan diri dalam waktu selama itu?" Callin ber

  • BROKEN   Kekalahan Dev

    "Dasar anak bodoh!" Elios membuka mata dan melihat Dev sudah ada di depannya."Kau? Apa kau berubah pikiran?" Elios menebak. Dev mendecak. Tidak bisa memahami jalan pikiran pemuda latin itu."Ikut aku!""Tidak! Aku harus mencari Devada.""Lupakan dia!""Hei, apa kau sudah gila?" Elios mendecih. Terlihat sangat tidak suka dengan perkataan Dev."Ikut aku jika kau ingin selamat." Elios memberi tanda penolakan dengan menggeleng."Kau bukan Tuhan yang menjamin keselamatanku. Bagaimana mungkin aku mengikuti orang yang tidak kukenal sementara gadis yang aku cintai sedang dalam bahaya?" Dada Dev kembang kempis. Ingin memukul Elios, tetapi pemuda itu tidak sepenuhnya salah."Kau terlalu banyak membual, Elios!" Dev berkata dingin."Membual? Apa kau tidak pernah mencintai seseorang sehingga kau bertindak seperti orang yang tidak punya hati?""Hei ... dia sudah mati!" Seketika, bentakan Dev membuat tangan Elios melayang keras ke pipi Dev."Dev! Sudah!" Michele menahan tangan Dev yang sudah terkep

  • BROKEN   Pernyataan Michele

    "Devada? Di mana Devada?" Seorang pemuda terbangun cemas setelah pingsan dari perjalanan menuju tempat tersembunyi."Diamlah, Elios!" Dev menghentikan aktivitas tangannya. Elios terhenyak, tetapi bukan karena suara dingin Dev melainkan laki-laki yang tergeletak tak berdaya di depan Dev."Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada orang itu?" Elios tersudut pada dipan yang menjadi dinding rumah yang mereka singgahi.Dev memutar badannya, lalu menumpahi Elios dengan tatapan kesal. Selanjutnya sebuah tanggapan dia haturkan, "Seharusnya aku meninggalkanmu saja di tempat terkutuk itu!"Dev mengangkat beban tubuhnya meninggalkan Elios yang belum pulih dari rasa syok. Hanya sebentar saja mengambil secawan air putih dia ambil dari mata air di area yang tidak jauh, lalu kembali lagi ke ruangan di mana Elios berada."Minumlah!" Dev mengulurkan gelas bambu pada Elios."Terima kasih!" balas Elios, keruh di wajahnya sudah hilang."Katakan kalau kau merasa lebih baik." Dev membalas."Maaf, aku sudah sala

  • BROKEN   Saat Semua Yang Mati Kembali Hidup

    "Apa hasilnya?" Dev menatap punggung seorang dokter yang baru saja memeriksa keadaannya. Dia beringsut dari brankar, lalu duduk."Tunggulah! Kau pasti akan mengetahuinya. Sekarang, kau hanya perlu pulang dan istirahat." Dokter perempuan itu berkata sambil berkutat dengan pekerjaannya."Aku tidak memiliki banyak waktu, Dokter!""Sepertinya kau tidak kalah sibuk dengan Jair Bolsonaro yang seorang pria nomor satu di Brazil." Dokter itu kemudian terbahak. Namun, keadaan menjadi hening ketika Dev menghentakkan telapak tangannya di meja."Ternyata kau sama keras kepalanya dengan ayahmu!""Jika aku menjadi pemilik rumah sakit ini, aku tidak akan membiarkan orang sepertimu menjadi tenaga kerja." Ucapan Dev membuat dokter itu mengunci tatapannya dalam sekejap."Apa kau benar-benar siap untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya, Dev Sasaka Erhan?" Mata tajam Dev seketika jatuh pada perempuan berseragam di seberangnya. Tidak disangka, dokter itu sudah terlebih dahulu menusuknya.Ketegangan meng

  • BROKEN   Bercinta Dengan Iblis

    "Siapa kau?" Perempuan telanjang itu bergeming dan terus mendekati Dev dengan membawa ular di tubuhnya. Dev mengelak saat perempuan aneh itu mengendusnya."Menyingkir dariku, Jalang!" Dev terlihat marah. Akan tetapi, lawan bicaranya hanya tersenyum, memamerkan gigi taring. Saat melihat itu, seketika Dev mengerti bahwa dia sedang berhadapan dengan iblis. "Apakah kau yang mereka panggil dengan sebutan dewi?" Dev mengejek."Jika kau makin banyak bicara maka aku akan makin tertarik. Mulutmu sangat wangi dengan bau Asmodeus. Kau sudah memakan jatahku malam ini dan kau harus menggantinya." Perempuan itu berkata sambil mengendus leher Dev. Jilatan lidahnya membuat Dev merasa sedikit terlena."Apa maksudmu?" tanya Dev."Raja Asmodeus, kau adalah raja kegelapan. Setiap tatapanmu adalah mutiara. Engkau Bapak penguasa singgasana neraka. Birahi dan napsu tunduk di bawah kakimu. Aku datang sebagai kekasihmu, naungi aku dengan geloramu. Berkati aku dengan keringatmu. Aku mempersembahkan seluruh ke

  • BROKEN   Hilang Kesucian Di Ranjang Succubus

    Dev masih menunggu orang-orang itu melepas topeng. Dengan sabar, dia menyimak obrolan yang mungkin akan memberinya petunjuk. Seseorang datang menduduki kursi agung. Sepertinya ia adalah pemimpin kelompok. Ia berkata, "Apa kalian sudah menjalankan tugas dengan baik?" Dari suaranya Dev tahu bahwa orang itu adalah perempuan."Tentu. Semua berjalan seperti yang kau inginkan. Jess sudah mati setelah melewati penderitaan yang pantas." Seorang laki-laki menjawab. Dev merasa tidak asing dengan suara tersebut."Bagus. Semua berkat Dewi Lilith. Haimm untuknya." Wanita itu menyeru."Wanita cantik, Lilith! Kau adalah angin malam. Ketika rambut panjangmu mengalir tanpa suara, tatapanmu menusuk hati para pria. Dalam kegelapan bayanganmu tumbuh. Dark Moon Lilith, ular yang menyiksa. Aku mengagumimu tanpa rasa takut. Dewi, kau penting dan kaulah yang aku hormati. Ibu Lilith yang selamat dari sisa-sisa waktu, roh dari semua yang liar. Perwujudanmu kematian Ilahi. Aku datang sebagai anakmu. Lindungi aku

  • BROKEN   Bisikan Asmodeus

    "Kau pikir aku tertarik dengan dunia sihir?" Elfara memandang gusar pada Dev."Aku tidak bertanya seperti itu, kan? Aku menemukannya di kamarmu.""Terserah kau, aku tidak peduli." Elfara berkata dingin dan Dev memilih diam. Tidak ingin memperburuk suasana hati Elfara.Sesampainya di rumah, keduanya saling diam hingga malam menjelang. Keanehan pun kembali terjadi. Dev di dalam kamarnya beberapa kali mendengar eraman naga, tetapi tidak bisa melihat wujudnya.Dalam keresahan, Dev menutup kedua lubang telinganya. Entah mengapa, tiba-tiba rasa panas mulai mengalir ke seluruh tubuhnya. Keringat mulai lolos dari pori-pori. Tetiba, Dev sangat membenci audio yang Mehmet setting putar otomatis setiap pagi, siang, dan malam. "Argh!" Dev mulai menggelinjang dan mulai merasakan listrik bertegangan rendah menyengat kakinya."Asmodeus!" gumamnya. Dia melihat makhluk berkepala tiga pada pantulan lemari kaca dengan wajah yang sangat murka."Mehmet é um inimigo em um cobertor! Você tem que matá-lo!" A

  • BROKEN   Sigil Lilith di Bawah Ranjang Elfara

    "Elfara!" Dev tergopoh-gopoh ke kamar rawat kakaknya. Gadis itu tampak sangat ketakutan."Apa ada yang menyakitimu?" Dev berusaha menenangkan Elfara."Nania! Nania menerorku!" Elfara menjawab setelah beberapa lama terpaku sejak kedatangan Dev. Genggaman Dev terlepas dari bahu kakaknya."Tenanglah! Aku akan memastikan dia tidak akan mengganggumu lagi." Sekeluarnya Dev dari kamar rawat Elfara, dia memutuskan keluar dari gedung rumah sakit."Cari tahu kebenarannya terlebih dahulu sebelum kau melakukan sesuatu." Langkah Dev terhenti di halaman depan rumah sakit."Kau mendengar semuanya. Apa kau tidak percaya pada Elfara?" Dev bertanya dengan tatapan lurus ke depan."Orang cerdas akan bersikap bijak, bukan?""Ya, aku mengamati Nania sejak lama. Aku harap kau tidak keberatan, Paman Mehmet!""Tentu. Aku selalu berpihak pada kebenaran."Dev menyiram tubuhnya yang lengket di bawah shower. Sejak dikejutkan oleh perubahan bentuk fisiknya, dia belum merasakan segarnya sentuhan air. Di bawah guyur

DMCA.com Protection Status