Luna yang baru saja menyelesaikan operasinya hendak beristirahat namun ia urungkan saat tiba-tiba ia teringat Lili dengan segera Luna mencari ponselnya namun tidak ada kemudian Luna meminjam ponsel rekannya untuk langsung menghubungi nomor sang papa, satu sampai dua kali nomor itu tidak memberi jawaban begitupun sang mama dan terakhir Luna menghubungi Ronald
“Hallo Nald, lo lagi dim..”
“dimana lo sekarang?” Tanya Ronald langsung memotong kalimat Luna yang hendak bertanya lebih dulu
“gue yang tanya dimana lo sekarang?” Luna masih bertanya dengan lembut tidak ingin tersulut emosi dengan kedinginan Ronald
“lo sekarang dimana!!” sentak Ronald dengan berteriak
Luna menghembuskan nafasnya untuk bersabar menghadapi Ronald “gue lagi dirumah sakit”
Jawab Luna
“rumah sakit mana?” Tanya Ronald lagi
“rumah sakit mana lagi Nald?” jawab Luna dengan malas
“keruang ICU sekarang”
“Nald, gue lagi capek, lo nggak tau dimana Lili gue matiin sekarang” putus Luna hendak mematikan ponselnya namun perkataan Ronald membuat Luna mematung dan segera berlari keruang ICU, disana Luna dapat melihat papa mamanya dan juga Ronald lalu..Luna langsung berlari menghampiri papa dan mamanya
“mana Lili pah, ma?” Tanya Luna tidak ingin menyakini firasatnya
Kedua orangtua Luna berbalik menatap Luna
“ma, dimana Lili?’ Tanya Luna lagi
“Luna, apa lagi yang kamu inginkan dari Lili?” Hendra langsung berbicara pada Luna “papa sudah bilang kasih sayang papa tidak pernah kurang untuk kamu! Papa cuma butuh kamu untuk ngerti kondisi Lili, kenapa kamu tega sama adik kamu sendiri..”
“pah” panggi Luna parau bahkan air matanya sudah menetes karena perkataan sang papa yang membuat hatinya sakit
“kamu lihat sekarang, didalam sana adik kamu sedang berjuang antara hidup dan mati” tunjuk Hendra
“apa yang terjadi pada Lili pa?” Tanya Luna dengan situasi dan kondisi seperti ini
“Lili kecelakaan” jawab sang mama
“kecelakaan” ulang Luna “bagaimana..bagaimana bisa ma?” Tanya Luna lagi karena ini seperti mimpi rasanya baru saja ia meninggalkan Lili dalam keadaan baik-baik saja
“itulah kenapa papa tidak mengizinkan Lili untuk pergi, karena kamu..kamu berjanji untuk menjaga Lili tapi apa? Dengan mencelaikainya maksud kamu, ia?!” Hendra kalap dan membentak Luna dan sontak Luna menangis histeris
“nggak pa, nggak ..nggak” Luna menggeleng dan pergi berlari meninggalkan sang papa
Luna berlari sampai ketaman menangis tersedu-sedu disana, kala mengingat keadaan Lili ditambah perkataan sang papa membuat Lili sangat terpukul dan menyalahkan diri jika seandainya Luna tidak mengajak Lili untuk pergi maka Lili tidak akan mengalami hal seperti ini dan sang papa tidak akan memarahinya.
“puas lo sekarang?” Tanya seseorang yang muncul dengan tiba-tiba penuh penekanan
Luna mengadah mendapati Ronald sedang menatapnya tajam
“Nald..gue..gue..” Luna menangis “lo bisa marahin gue sepuas hati lo, katain gue sepuas lo” ucap Luan pasrah “seharusnya gue nggak ninggalin Lili padahal papa udah percaya sama gue buat pergi sama Lili dan gue malah buat Lili kayak gini” sesal Luna
“gue nggak punya tenaga lagi buat marahin lo” ucap Ronald pelan sambil mengambil tempat duduk disebelah Luna membuat Luna terkejut dan kembali menatap Ronald
“seluruh kekuatan gue sedang berjuang didalam sana, gue nggak tau dia bakal ngelewatin pintu ICU dalam keadaan apa, Lun..mungkin suatu saat lo bakal ngerasain ketika hidup lo terpusat pada satu orang dan betapa marahnya lo ketika lo nggak mampu buat ngejain orang itu tapi gue harap lo nggak pernah ngerasain ini, selama ini gue keras sama lo karena gue nggak percaya lo bisa jagain Lili feeling gue benarkan? Lo nggak bisa jagain Lili. Kondisi Lili kritis, apa menurut lo ada keajaiban?” Tanya Ronald langsung menatap Luna
Dengan mata berkaca Luna menjawab “Lili akan baik-baik aja” yakin Luna dan itulah satu satunya yang diharapkan Luna saat ini.
Ronald berdiri dan kembali menatap Luna “gue berharap hal yang sama” setelah mengatakan itu Ronald berlalu
Luna berusaha untuk menghentikan tangisnya namun semua orang akan tahu jika Luna telah menangis dengan hebat karena hidung Luna yang kemerahan dan mata yang membengkak. Saat hendak beranjak Luna dihentikan oleh kedatangan dokter Ali yang tanpa basa basi langsung mengajak Luna untuk menemaninya,
“minum bersama?’ ajak dokter Ali mengangkat minuman kaleng yang telah ia buka pada Luna
Luna mengangguk
“hah, ini adalah pavorit saya” ucap dokter Ali pada Luna
“saya tidak tahu dokter Ali menyukai makanan pedas seperti ini” aku Luna mengibaskan tangannya di depan mulut karena Luna mencicipin makanan yang dibawa dokter Ali
Dokter Ali terkekeh “saya menyukainya saat saat tertentu”
“saya tidak akan mendekatinya lagi dok” ucap Luna hendak berlalu sebelum,
“matamu bengkak, pergilah untuk merawatnya” ucap pak Ali dengan tulus membuat Luna tersenyum dan mengangguk tidak lupa berterimakasih karena telah memperhatikannya
Lili melewati masa kritisnya dengan cepat tentu saja beserta pergerakan Lili yang tidak seperti sebelumnya karena Lili sulit untuk menggerakkan kakinya namun Lili tidak mengeluh akan rasa sakit yang dialaminya karena bagi Lili ada perasaan yang lebih sakit dari pada sakit yang terdapat di kakinya.
“nggak mau, sekali enggak tetap enggak!” teriak Lili karena seperti biasa Lili akan diberikan asupan oleh perawat namun kali ini Lili menolak sebelum bertemu sang kakak karena Lili tahu sang papa akan memarahi sang kaka katas insiden yang dialaminya tapi percayalah Lili selalalu mencintai kakaknya.
“demi kesehatanmu papa akan menyerah” ucap Hendra pasra meninggalkan ruangan
“mama senang Lili tidak menyalahkan kakak atas insiden ini” ucap Kartika lembut dengan mengusap pucuk rambut Lili
Lili mengambil tangan sang mama dan menggenggamnya “ma..gimana Lili bisa nyalahin kakak justeru Lili harus minta maaf sama kakak karena gara gara Lili kakak dimarahin papa, ma..Lili sayang sama kakak dan Lili tahu kak luna juga sayang sama Lili, kami emang berbeda ma tapi bagaimanapun kak Luna adalah kakak Lili nggak ada yang bisa ngerubahnya” ucap Lili panjang lebar
“mama senang, Lili memikirkan hal yang demikian, mama janji ini nggak akan terjadi lagi, mama janji” ucap Kartika sambil memeluk Lili
“ma..jangan nangis, Lili baik-baik aja sekarang” ucap Lili dengan mengusap punggung sang mama
“aku adalah poh” teriak seseorang dan ikut berpelukan,
Orang tersebut adalah Luna “jadi..gimana Li, apa yang Lili butuhkan?’ Tanya Luna sambil memeriksa selang infus
“Lili baik baik aja kak, udah boleh pulangkan?”
“anak ini” geram Luna hendak menjitak kepala Lili namun ditahan berbalik untuk mengusapnya “ikutin kata-kata dokter, oke?” ucap Luna mengambil tempat duduk dan mengamati “bunga Lily, apa seseorang berkunjung?” Tanya Luna mmendakati bunga Lily yang tersusun rapi
Lili menggeleng, begitupun sang mama
Membuat Luna berfikir, apa Ronald seromantis itu? Lily putih melambangkan kehidupan baru.
“kenapa kak?” Tanya Lili
“hm?” Tanya Luna terkejut seolah baru bangun dari lamunannya “nggak. Nggak papa” ucap Luna kembali dan bercerita banyak hal untuk Lili mengantarnya kea lam mimpi.
Banyak yang sering mengeluh jika hari Senin adalah hari terburuk dalam tujuh hari karena orang-orang masih membutuhkan tambahan liburan bukan? Dengan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai oleh weekend akan tetapi, bagi Lili hari Senin lebih tepatnya pagi senin adalah pagi yang paling bahagia menurutnya bagaikan suntikan energi dalam setiap pagi senin, karena keluarganya akan berkumpul dan sarapan bersama sebelum melakukan aktifitas mereka. Papa, mama dan kakak perempuannya akan sibuk dikantor masing-masing dan hanya dirinya yang akan tinggal dirumah namun pagi ini Lili juga akan melakukan aktifitas pribadinya yang akan memasuki dunia perkuliahan. “pagi pa, ma, kak Luna!” sapaan dari Lili mengawali sarapan mereka pagi ini. Sarapan dengan menu empat sehat lima sempurna. Sederhana tapi sangat istimewa dan tentu saja pagi yang sangat sangat sempurna bagi Lili. Hari yang ditunggunya telah tiba setelah berkalang bosan dan kesendirian. Ini hari pertama untuk Lili memasuki semeste
Lili yang terlihat kebingungan masuk kemobil jemputannya dan diam beberapa saat membuat sang penjemput kebingungan bahkan setelah mobil melaju Lili tidak mengeluarkan suaranya. Jika biasa Lili akan bertanya atau berbicara tentang apa yang difikirkannya. “kenapa diam, masih marah?” itu suara Ronald si penjemput yang tengah mengemudi dari Universitas bertanya setelah menunggu Lili untuk bicara beberapa saat, sebelumnya walaupun mereka sering bertengkar Ronald tahu Lili tidak akan benar-benar marah atau mendiamkannya seperti ini dan kali ini membuar Ronald sedikit khawatir. “nggak boleh diam!” balas Lili sewot dan membuang wajahnya kejendela terdengar Ronald terkekeh yang tandanya Lili tidak sedang memarahinya namun kemudian Ronald mengerutkan keningnya menyelidik apa yang sedang terjadi dengan Lili karena Lili adalah tipe orang yang pendiam atau.. “apa ada orang yang membullymu? Siapa katakana?!” Tanya Ronald cepat “kau yang sedang membullyku” ucap Lili
Setelah beberapa hari masuk kuliah Lili mulai terbiasa dengan suasana kampusnya serta kebiasaan temen-temennya baik itu dikelas, kantin maupun diluar kampus tidak ada yang benar-benar akrab dengan Lili, karena memang pribadi Lili yang tertutup bahkan untuk masuk UKMpun Lili tidak ingin namun karena diwajibkan akhirnya Lili memilih untuk masuk UKM PMI alasan Lili memilih UKM PMI kerena papa, mama serta kakaknya seorang dokter hanya dirinya yang tanpa minat namun Lili juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang dokter melalui PMI. Lili sudah memberitahukan keinginannya pada sang papa tentu saja untuk mengabulkan permintaannya, sang papa membutuhkan waktu mengingat dirinya sama sekali tidak memiliki keahlian dibidang tersebut namun Lili tetap memaksa dan siapa yang tidak luluh dengan rengekannya apalagi sang papa yang begitu sangat menyayanginya. Lili hendak mengetuk daun pintu ruang kerja papanya untuk mengantar surat yang siang tadi sudah dijanjikan sang papa namun k
Hendra dan Luna. Mereka berdua saat ini sedang menunggu diruangan Profesor Sanusi. Profesor adalah seorang ahli penyakit dalam yang juga bertindak sebagai dokter pribadi Lili selama bertahun-tahun ini dan saat ini Hendra dan Luna berada disini untuk mengetahui keaadan Lili dari hasil lab “jadi bagaimana keadaan Lili Prof?” tanya Luna cepat“dari hasil yang saya terima minggu lalu seharusnya kesehatan Lili sudah membaik dengan rajin mengkonsumsi obat dan konsultasi namun jika kita bedakan dengan hasil hari ini jelas tampak berbeda sekali. Kondisi Lili saat ini menurun drastis. Dan jika kondisi Lili terus menurun..segala kemungkinan perlu dipersiapkan” jelas Profesor Sanusi“Prof lakukan sesuatu untuk putri saya!” ucap Hendra“iya Prof. Jelas kondisi Lili bisa kembali stabil, selama ini kita sudah mempertahankanna Prof” tambah Luna“saya paham dan saya mengerti sekali tapi disini yang bertindak sebagai d
Sebagai anggota baru di UKM Lili harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM salah satu kewajibannya adalah mengikuti kelas latihan yang kebetulan dosen pengampu UKMnya adalah Profesor Sanusi dan tentu saja digantikan oleh pak Ali karena Profesor Sanusi terus menerus bepergian dan bertemu dengan Pak Alipun membuat Lili tidak nyaman, dirinya selalu merasa sakit setiap mereka berdekatan. Lili tidak tahu kenapa dan apa yang harus ia lakukan.Lili membetulkan letak rambutnya sehingga tanpa ia sadari seseorang didepan sana tengah memperhatikannya intens hingga mata mereka bertemu lalu berinisiatif untuk memutuskan kontak mereka ia harus menghindar. Lili berjalan keluar namun tatapannya kembali bertemu dengan pak Ali yang juga keluar dari ruangan yang sama namun dari pintu yang berbeda Lili kembali masuk keruangan.“loh Li ada yang ketinggalan?”“iya, lagi nyari pulpen nih tadi aku selipin dibuku tapi kok nggak ada ya&r
Luna yang baru saja menyelesaikan operasinya hendak beristirahat namun ia urungkan saat tiba-tiba ia teringat Lili dengan segera Luna mencari ponselnya namun tidak ada kemudian Luna meminjam ponsel rekannya untuk langsung menghubungi nomor sang papa, satu sampai dua kali nomor itu tidak memberi jawaban begitupun sang mama dan terakhir Luna menghubungi Ronald“Hallo Nald, lo lagi dim..”“dimana lo sekarang?” Tanya Ronald langsung memotong kalimat Luna yang hendak bertanya lebih dulu“gue yang tanya dimana lo sekarang?” Luna masih bertanya dengan lembut tidak ingin tersulut emosi dengan kedinginan Ronald“lo sekarang dimana!!” sentak Ronald dengan berteriakLuna menghembuskan nafasnya untuk bersabar menghadapi Ronald “gue lagi dirumah sakit”Jawab Luna“rumah sakit mana?” Tanya Ronald lagi“rumah sakit mana lagi Nald?” jawab Luna dengan malas
Sebagai anggota baru di UKM Lili harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM salah satu kewajibannya adalah mengikuti kelas latihan yang kebetulan dosen pengampu UKMnya adalah Profesor Sanusi dan tentu saja digantikan oleh pak Ali karena Profesor Sanusi terus menerus bepergian dan bertemu dengan Pak Alipun membuat Lili tidak nyaman, dirinya selalu merasa sakit setiap mereka berdekatan. Lili tidak tahu kenapa dan apa yang harus ia lakukan.Lili membetulkan letak rambutnya sehingga tanpa ia sadari seseorang didepan sana tengah memperhatikannya intens hingga mata mereka bertemu lalu berinisiatif untuk memutuskan kontak mereka ia harus menghindar. Lili berjalan keluar namun tatapannya kembali bertemu dengan pak Ali yang juga keluar dari ruangan yang sama namun dari pintu yang berbeda Lili kembali masuk keruangan.“loh Li ada yang ketinggalan?”“iya, lagi nyari pulpen nih tadi aku selipin dibuku tapi kok nggak ada ya&r
Hendra dan Luna. Mereka berdua saat ini sedang menunggu diruangan Profesor Sanusi. Profesor adalah seorang ahli penyakit dalam yang juga bertindak sebagai dokter pribadi Lili selama bertahun-tahun ini dan saat ini Hendra dan Luna berada disini untuk mengetahui keaadan Lili dari hasil lab “jadi bagaimana keadaan Lili Prof?” tanya Luna cepat“dari hasil yang saya terima minggu lalu seharusnya kesehatan Lili sudah membaik dengan rajin mengkonsumsi obat dan konsultasi namun jika kita bedakan dengan hasil hari ini jelas tampak berbeda sekali. Kondisi Lili saat ini menurun drastis. Dan jika kondisi Lili terus menurun..segala kemungkinan perlu dipersiapkan” jelas Profesor Sanusi“Prof lakukan sesuatu untuk putri saya!” ucap Hendra“iya Prof. Jelas kondisi Lili bisa kembali stabil, selama ini kita sudah mempertahankanna Prof” tambah Luna“saya paham dan saya mengerti sekali tapi disini yang bertindak sebagai d
Setelah beberapa hari masuk kuliah Lili mulai terbiasa dengan suasana kampusnya serta kebiasaan temen-temennya baik itu dikelas, kantin maupun diluar kampus tidak ada yang benar-benar akrab dengan Lili, karena memang pribadi Lili yang tertutup bahkan untuk masuk UKMpun Lili tidak ingin namun karena diwajibkan akhirnya Lili memilih untuk masuk UKM PMI alasan Lili memilih UKM PMI kerena papa, mama serta kakaknya seorang dokter hanya dirinya yang tanpa minat namun Lili juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang dokter melalui PMI. Lili sudah memberitahukan keinginannya pada sang papa tentu saja untuk mengabulkan permintaannya, sang papa membutuhkan waktu mengingat dirinya sama sekali tidak memiliki keahlian dibidang tersebut namun Lili tetap memaksa dan siapa yang tidak luluh dengan rengekannya apalagi sang papa yang begitu sangat menyayanginya. Lili hendak mengetuk daun pintu ruang kerja papanya untuk mengantar surat yang siang tadi sudah dijanjikan sang papa namun k
Lili yang terlihat kebingungan masuk kemobil jemputannya dan diam beberapa saat membuat sang penjemput kebingungan bahkan setelah mobil melaju Lili tidak mengeluarkan suaranya. Jika biasa Lili akan bertanya atau berbicara tentang apa yang difikirkannya. “kenapa diam, masih marah?” itu suara Ronald si penjemput yang tengah mengemudi dari Universitas bertanya setelah menunggu Lili untuk bicara beberapa saat, sebelumnya walaupun mereka sering bertengkar Ronald tahu Lili tidak akan benar-benar marah atau mendiamkannya seperti ini dan kali ini membuar Ronald sedikit khawatir. “nggak boleh diam!” balas Lili sewot dan membuang wajahnya kejendela terdengar Ronald terkekeh yang tandanya Lili tidak sedang memarahinya namun kemudian Ronald mengerutkan keningnya menyelidik apa yang sedang terjadi dengan Lili karena Lili adalah tipe orang yang pendiam atau.. “apa ada orang yang membullymu? Siapa katakana?!” Tanya Ronald cepat “kau yang sedang membullyku” ucap Lili
Banyak yang sering mengeluh jika hari Senin adalah hari terburuk dalam tujuh hari karena orang-orang masih membutuhkan tambahan liburan bukan? Dengan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai oleh weekend akan tetapi, bagi Lili hari Senin lebih tepatnya pagi senin adalah pagi yang paling bahagia menurutnya bagaikan suntikan energi dalam setiap pagi senin, karena keluarganya akan berkumpul dan sarapan bersama sebelum melakukan aktifitas mereka. Papa, mama dan kakak perempuannya akan sibuk dikantor masing-masing dan hanya dirinya yang akan tinggal dirumah namun pagi ini Lili juga akan melakukan aktifitas pribadinya yang akan memasuki dunia perkuliahan. “pagi pa, ma, kak Luna!” sapaan dari Lili mengawali sarapan mereka pagi ini. Sarapan dengan menu empat sehat lima sempurna. Sederhana tapi sangat istimewa dan tentu saja pagi yang sangat sangat sempurna bagi Lili. Hari yang ditunggunya telah tiba setelah berkalang bosan dan kesendirian. Ini hari pertama untuk Lili memasuki semeste