Setelah beberapa hari masuk kuliah Lili mulai terbiasa dengan suasana kampusnya serta kebiasaan temen-temennya baik itu dikelas, kantin maupun diluar kampus tidak ada yang benar-benar akrab dengan Lili, karena memang pribadi Lili yang tertutup bahkan untuk masuk UKMpun Lili tidak ingin namun karena diwajibkan akhirnya Lili memilih untuk masuk UKM PMI alasan Lili memilih UKM PMI kerena papa, mama serta kakaknya seorang dokter hanya dirinya yang tanpa minat namun Lili juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang dokter melalui PMI.
Lili sudah memberitahukan keinginannya pada sang papa tentu saja untuk mengabulkan permintaannya, sang papa membutuhkan waktu mengingat dirinya sama sekali tidak memiliki keahlian dibidang tersebut namun Lili tetap memaksa dan siapa yang tidak luluh dengan rengekannya apalagi sang papa yang begitu sangat menyayanginya. Lili hendak mengetuk daun pintu ruang kerja papanya untuk mengantar surat yang siang tadi sudah dijanjikan sang papa namun karen suara keributan yang berasal dari dalam ruangan membuat Lili mengurungkan niatnya hendak pergi langkahnya terhenti,
“sejak Lili ada, mas berubah” ucap sang wanita sarat akan kesedihan dan kemarahan yang ditahan
“mas tidak berubah Kar” balas oleh sang laki-laki
Lili tahu kedua orang yang sedang berdebat didalam adalah papa dan mamanya
“iya, mas berubah! Perhatian dan kasih sayang mas hanya untuk Lili. Hanya Lili tidak ada untuk orang lain. Cara mas memperlakukannya, cara mas berbicara padanya semua menunjukkan jika mas sudah berubah!” ucap sang mama lantang
“aku ayahnya Kar..apa salah seoarang ayah memberi perhatian dan kasih sayang pada putrinya”
“tidak ada yang salah dengan itu mas! Tapi mas lupa jika mas memiliki dua putri!”
“Kar..mas tidak pernah lupa jika mas punya dua orang putri tapi mas hanya ingin lebih banyak lagi mencurahkan kasih sayang pada Lili yang tidak ia dapatkan dimasa lalu sedangkan Luna ia mendapatkan semuanya dan sekarang Luna bisa hidup mandiri dari kerja kerasnya dan kamu tau bagaimana Lili, tubuhnya lemah, harus terapi dan hidupnya sekarang tergantung pada obat. Lily juga putrimu Kar tolong lebih perhatian padanya ia butuh dukungan dari kita” mohon sang papa pada mamanya
Diam sesaat
Bunyi sesuatu jatuh kelantai terdengar oleh Lili yang berposisi berdiri didepan pintu “maafkan aku mas..aku hanya terlalu takut jika kami harus kehilangan mas. Luna akan kehilangan papanya” terdengar mamanya sudah menangis
“kalian tidak akan kehilangan mas”
Sang mama terlihat mengangguk meski hatinya belum sepenuhnya yakin pada pernyataan
Setelah itu diam Lili tidak mendengar suara apapun lagi namun
Klek.
“Lili?” Hendra terkejut melihat Lili mematung didepan pintu
“kenapa papa dan mama selalu bertengkar karena Lili? Lili tau ini bukan yang pertama kalinya. Apa yang papa sembunyikan dari Lili? Apa yang terjadi dimasalalu dan kenapa Lili...Lili nggak ingat apa-apa” Lili memukul kepala yang berusaha ditahan oleh sang papa untuk menenangkan putrinya
“nggak sayang, papa sama mama nggak bertengkar ya kan ma?” ucap Hendra menjelaskan dan bertanya pada sang isteri yang berjalan kearah pintu menghapus sisa sisa air matanya
“papa bohong!” sentak Lili menyentak tangan sang papa darinya “jelas-jelas Lili dengar dan Lili lihat papa sama mama bertengkar. Apa yang terjadi dulu pa. Kenapa Lili nggak ingat! Auh...” Lili mengaduh dan jatuh kelantai
“Lili..Lili...”
“Lili bangun sayang...Lili!”
“Lili kenapa?” tanya Ronald yang kebetulan datang saat mendengar keributan dan berlari ke lantai atas
“cepat! Panggil Luna... kita akan kerumah sakit” perintah sang papa pada Ronald dan Ronald langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Luna
Dirumah sakit. Sang papa Hendra, sang mama Kartika, Luna dan juga Ronald menunggu dengan rasa cemas karena Lili harus dilarikan keruang ICU tiga jam sudah berlalu namun dokter yang menangani Lili belum juga melaporkan apa yang terjadi pada Lili dan apa tindakan yang diambil “apa sebenarnya yang terjadi Nald?” tanya Luna karena mama dan papanya masih terlihat syok dan hanya Ronald yang tampak waras saat ini dan Luna selalu ingin tahu tentang adiknya
“lo tanya gue, trus gue tanya siapa!” Ronald menjawab acuh
“gue nanya karena gue khawatir sama Lili Nald” Luna mendengus kesal Ronald selalu bersikap keras padanya
“nggak usah muna deh Lun. Kalo lo bener-bener mau tau kenapa Lili bisa sampai kayak gini. Lo tanya aja langsung sama bokap nyokap lo!” setelah mengatakan itu Ronald meninggalkan Luna yang tidak mengerti apa yang telah terjadi dan memilih untuk diam karena Luna juga ingin menjaga perasaan papa dan mamanya jika dirinya menanyakan penyebab Lili pada keadaan seperti ini.
“bagaimana keadaan Lili prof?” tanya Luna langsung melihat dokter keluar dari ruang ICU
“untuk sementara keadaannya stabil sudah bisa dipindah keruang rawat dan untuk detailnya kita masih menunggu hasil lab” jawab sang dokter
“terimakasih prof” ucap Luna
“sama-sama Luna”
Setelah dipindahkan semua orang menunggu Lili dengan cemas apalagi Lili terlihat pucat
“Lili bangun sayang pada disini” ucap Hendra mengusap tangan Lili dan menatap wajah pucat Lili “semuanya salah papa, seharusnya papa yang terbaring disini bukan kamu, bukan” ucap Hendra yang sudah terisak
“mas..” ucap Kartika beranjak dari sofa mengusap punggung Hendra
Hendra mengadah pada Kartika “Lili seperti ini salahku Kar, aku tidak memberinya kehidupan yang layak, aku tidak tidak memenuhi syarat untuk menjadi papanya” tangis Hendra memeluk Kartika
“sstt..kamu adalah papa terbaik yang dimilikinya mas” ucap Karina
“tidak Kar, aku tidak layak menjadi papanya” sanggah Hendra
“mas…” panggil Kartika melepas pelukan mereka dan duduk didepan Hendra “mas adalah papa terbaik yang dimilikinya, mas menyanyanginya seperti putri. Apa yang terjadi dimasalalu kita tidak bisa mengubahnya. Masa kecil Lili kurang beruntung, mas benar saat ini kita akan sama-sama memberikan hal yang tidak di dapat Lili dimasa kecil maafkan aku mas tidak memahamimu” ucapan Kartikan panjang lebar melihat Hendra serapuh ini membuat hatinya sakit
“Kar…” panggil Hendra parau
“aku memang bukan orang baik mas tapi aku akan menjadi ibu terbaik untuk mereka, mas harus percaya itu” lanjut Kartika
Mendengar ucapan penuh keyakinan dari Kartika kini terlihat kelegaan diwajah Hendra yang telah menggenggam erat tangan Kartika “terimakasih Kar, terimakasih” ucap Hendra
Kartika tersenyum dan mengangguk
Diluar ruangan. Luna menatap Ronald
“liat apa lo?”
“gue yang harusnya nanya! Lili kenapa?” tanya Luna
Ronald menarik nafas dalam memejamkan matanya kemudian menatap Luna “gue udah bilang, lo tanya sendiri bokap nyokap lo!”
“gue nggak bisa nanya mereka Nald”
“kenapa nggak bisa! Lo bisa tanya detik ini juga, mereka ada didalam!” tunjuk Ronald keruang rawat Lili
“lo nggak liat betapa khawatirnya mereka?!”
“khawatir? Omong kosong! Lo percaya mereka khawatir dengan keadaan Lili saat ini sedangkan merekalah penyebabnya?”
“Nald” panggil Luna sebagai tanda peringatan
“kenapa? Lo nggak percaya mereka adalah orang yang menyebabkan Lili sakit seperti ini? Lo gelap mata memuja orangtua lo seolah mereka adalah dewa padahal mereka adalah manusia paling kejam,,”
Plak!
“stop menghakimi orangtua gue! Gimana dengan lo yang bilang bakal bahagiain Lili bahkan lo nggak peduli pada diri lo sendiri. Apa dengan Lili terbaring disini adalah kebahagiaannya, iya? Kenapa lo..lo..terus ngungkit kesalahan orangtua gue? Hah?” setelah pukulan Luna memberi wejangan telak pada Ronald yang saat ini diam seperti batu
“gue tanya sama lo Nald, ini yang lo maksud memberi kebahagiaan Lili?” tanya Luna lagi
“gue pastiin nggak ada orang lagi yang bisa nyakitin Lili” jawab Ronald lalu meninggalkan Luna
Sedangkan Luna membuang nafas memijit pelipisnya dan duduk untuk mengistirahatkan emosi dan fikirannya.
Hendra dan Luna. Mereka berdua saat ini sedang menunggu diruangan Profesor Sanusi. Profesor adalah seorang ahli penyakit dalam yang juga bertindak sebagai dokter pribadi Lili selama bertahun-tahun ini dan saat ini Hendra dan Luna berada disini untuk mengetahui keaadan Lili dari hasil lab “jadi bagaimana keadaan Lili Prof?” tanya Luna cepat“dari hasil yang saya terima minggu lalu seharusnya kesehatan Lili sudah membaik dengan rajin mengkonsumsi obat dan konsultasi namun jika kita bedakan dengan hasil hari ini jelas tampak berbeda sekali. Kondisi Lili saat ini menurun drastis. Dan jika kondisi Lili terus menurun..segala kemungkinan perlu dipersiapkan” jelas Profesor Sanusi“Prof lakukan sesuatu untuk putri saya!” ucap Hendra“iya Prof. Jelas kondisi Lili bisa kembali stabil, selama ini kita sudah mempertahankanna Prof” tambah Luna“saya paham dan saya mengerti sekali tapi disini yang bertindak sebagai d
Sebagai anggota baru di UKM Lili harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM salah satu kewajibannya adalah mengikuti kelas latihan yang kebetulan dosen pengampu UKMnya adalah Profesor Sanusi dan tentu saja digantikan oleh pak Ali karena Profesor Sanusi terus menerus bepergian dan bertemu dengan Pak Alipun membuat Lili tidak nyaman, dirinya selalu merasa sakit setiap mereka berdekatan. Lili tidak tahu kenapa dan apa yang harus ia lakukan.Lili membetulkan letak rambutnya sehingga tanpa ia sadari seseorang didepan sana tengah memperhatikannya intens hingga mata mereka bertemu lalu berinisiatif untuk memutuskan kontak mereka ia harus menghindar. Lili berjalan keluar namun tatapannya kembali bertemu dengan pak Ali yang juga keluar dari ruangan yang sama namun dari pintu yang berbeda Lili kembali masuk keruangan.“loh Li ada yang ketinggalan?”“iya, lagi nyari pulpen nih tadi aku selipin dibuku tapi kok nggak ada ya&r
Luna yang baru saja menyelesaikan operasinya hendak beristirahat namun ia urungkan saat tiba-tiba ia teringat Lili dengan segera Luna mencari ponselnya namun tidak ada kemudian Luna meminjam ponsel rekannya untuk langsung menghubungi nomor sang papa, satu sampai dua kali nomor itu tidak memberi jawaban begitupun sang mama dan terakhir Luna menghubungi Ronald“Hallo Nald, lo lagi dim..”“dimana lo sekarang?” Tanya Ronald langsung memotong kalimat Luna yang hendak bertanya lebih dulu“gue yang tanya dimana lo sekarang?” Luna masih bertanya dengan lembut tidak ingin tersulut emosi dengan kedinginan Ronald“lo sekarang dimana!!” sentak Ronald dengan berteriakLuna menghembuskan nafasnya untuk bersabar menghadapi Ronald “gue lagi dirumah sakit”Jawab Luna“rumah sakit mana?” Tanya Ronald lagi“rumah sakit mana lagi Nald?” jawab Luna dengan malas
Banyak yang sering mengeluh jika hari Senin adalah hari terburuk dalam tujuh hari karena orang-orang masih membutuhkan tambahan liburan bukan? Dengan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai oleh weekend akan tetapi, bagi Lili hari Senin lebih tepatnya pagi senin adalah pagi yang paling bahagia menurutnya bagaikan suntikan energi dalam setiap pagi senin, karena keluarganya akan berkumpul dan sarapan bersama sebelum melakukan aktifitas mereka. Papa, mama dan kakak perempuannya akan sibuk dikantor masing-masing dan hanya dirinya yang akan tinggal dirumah namun pagi ini Lili juga akan melakukan aktifitas pribadinya yang akan memasuki dunia perkuliahan. “pagi pa, ma, kak Luna!” sapaan dari Lili mengawali sarapan mereka pagi ini. Sarapan dengan menu empat sehat lima sempurna. Sederhana tapi sangat istimewa dan tentu saja pagi yang sangat sangat sempurna bagi Lili. Hari yang ditunggunya telah tiba setelah berkalang bosan dan kesendirian. Ini hari pertama untuk Lili memasuki semeste
Lili yang terlihat kebingungan masuk kemobil jemputannya dan diam beberapa saat membuat sang penjemput kebingungan bahkan setelah mobil melaju Lili tidak mengeluarkan suaranya. Jika biasa Lili akan bertanya atau berbicara tentang apa yang difikirkannya. “kenapa diam, masih marah?” itu suara Ronald si penjemput yang tengah mengemudi dari Universitas bertanya setelah menunggu Lili untuk bicara beberapa saat, sebelumnya walaupun mereka sering bertengkar Ronald tahu Lili tidak akan benar-benar marah atau mendiamkannya seperti ini dan kali ini membuar Ronald sedikit khawatir. “nggak boleh diam!” balas Lili sewot dan membuang wajahnya kejendela terdengar Ronald terkekeh yang tandanya Lili tidak sedang memarahinya namun kemudian Ronald mengerutkan keningnya menyelidik apa yang sedang terjadi dengan Lili karena Lili adalah tipe orang yang pendiam atau.. “apa ada orang yang membullymu? Siapa katakana?!” Tanya Ronald cepat “kau yang sedang membullyku” ucap Lili
Luna yang baru saja menyelesaikan operasinya hendak beristirahat namun ia urungkan saat tiba-tiba ia teringat Lili dengan segera Luna mencari ponselnya namun tidak ada kemudian Luna meminjam ponsel rekannya untuk langsung menghubungi nomor sang papa, satu sampai dua kali nomor itu tidak memberi jawaban begitupun sang mama dan terakhir Luna menghubungi Ronald“Hallo Nald, lo lagi dim..”“dimana lo sekarang?” Tanya Ronald langsung memotong kalimat Luna yang hendak bertanya lebih dulu“gue yang tanya dimana lo sekarang?” Luna masih bertanya dengan lembut tidak ingin tersulut emosi dengan kedinginan Ronald“lo sekarang dimana!!” sentak Ronald dengan berteriakLuna menghembuskan nafasnya untuk bersabar menghadapi Ronald “gue lagi dirumah sakit”Jawab Luna“rumah sakit mana?” Tanya Ronald lagi“rumah sakit mana lagi Nald?” jawab Luna dengan malas
Sebagai anggota baru di UKM Lili harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh UKM salah satu kewajibannya adalah mengikuti kelas latihan yang kebetulan dosen pengampu UKMnya adalah Profesor Sanusi dan tentu saja digantikan oleh pak Ali karena Profesor Sanusi terus menerus bepergian dan bertemu dengan Pak Alipun membuat Lili tidak nyaman, dirinya selalu merasa sakit setiap mereka berdekatan. Lili tidak tahu kenapa dan apa yang harus ia lakukan.Lili membetulkan letak rambutnya sehingga tanpa ia sadari seseorang didepan sana tengah memperhatikannya intens hingga mata mereka bertemu lalu berinisiatif untuk memutuskan kontak mereka ia harus menghindar. Lili berjalan keluar namun tatapannya kembali bertemu dengan pak Ali yang juga keluar dari ruangan yang sama namun dari pintu yang berbeda Lili kembali masuk keruangan.“loh Li ada yang ketinggalan?”“iya, lagi nyari pulpen nih tadi aku selipin dibuku tapi kok nggak ada ya&r
Hendra dan Luna. Mereka berdua saat ini sedang menunggu diruangan Profesor Sanusi. Profesor adalah seorang ahli penyakit dalam yang juga bertindak sebagai dokter pribadi Lili selama bertahun-tahun ini dan saat ini Hendra dan Luna berada disini untuk mengetahui keaadan Lili dari hasil lab “jadi bagaimana keadaan Lili Prof?” tanya Luna cepat“dari hasil yang saya terima minggu lalu seharusnya kesehatan Lili sudah membaik dengan rajin mengkonsumsi obat dan konsultasi namun jika kita bedakan dengan hasil hari ini jelas tampak berbeda sekali. Kondisi Lili saat ini menurun drastis. Dan jika kondisi Lili terus menurun..segala kemungkinan perlu dipersiapkan” jelas Profesor Sanusi“Prof lakukan sesuatu untuk putri saya!” ucap Hendra“iya Prof. Jelas kondisi Lili bisa kembali stabil, selama ini kita sudah mempertahankanna Prof” tambah Luna“saya paham dan saya mengerti sekali tapi disini yang bertindak sebagai d
Setelah beberapa hari masuk kuliah Lili mulai terbiasa dengan suasana kampusnya serta kebiasaan temen-temennya baik itu dikelas, kantin maupun diluar kampus tidak ada yang benar-benar akrab dengan Lili, karena memang pribadi Lili yang tertutup bahkan untuk masuk UKMpun Lili tidak ingin namun karena diwajibkan akhirnya Lili memilih untuk masuk UKM PMI alasan Lili memilih UKM PMI kerena papa, mama serta kakaknya seorang dokter hanya dirinya yang tanpa minat namun Lili juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang dokter melalui PMI. Lili sudah memberitahukan keinginannya pada sang papa tentu saja untuk mengabulkan permintaannya, sang papa membutuhkan waktu mengingat dirinya sama sekali tidak memiliki keahlian dibidang tersebut namun Lili tetap memaksa dan siapa yang tidak luluh dengan rengekannya apalagi sang papa yang begitu sangat menyayanginya. Lili hendak mengetuk daun pintu ruang kerja papanya untuk mengantar surat yang siang tadi sudah dijanjikan sang papa namun k
Lili yang terlihat kebingungan masuk kemobil jemputannya dan diam beberapa saat membuat sang penjemput kebingungan bahkan setelah mobil melaju Lili tidak mengeluarkan suaranya. Jika biasa Lili akan bertanya atau berbicara tentang apa yang difikirkannya. “kenapa diam, masih marah?” itu suara Ronald si penjemput yang tengah mengemudi dari Universitas bertanya setelah menunggu Lili untuk bicara beberapa saat, sebelumnya walaupun mereka sering bertengkar Ronald tahu Lili tidak akan benar-benar marah atau mendiamkannya seperti ini dan kali ini membuar Ronald sedikit khawatir. “nggak boleh diam!” balas Lili sewot dan membuang wajahnya kejendela terdengar Ronald terkekeh yang tandanya Lili tidak sedang memarahinya namun kemudian Ronald mengerutkan keningnya menyelidik apa yang sedang terjadi dengan Lili karena Lili adalah tipe orang yang pendiam atau.. “apa ada orang yang membullymu? Siapa katakana?!” Tanya Ronald cepat “kau yang sedang membullyku” ucap Lili
Banyak yang sering mengeluh jika hari Senin adalah hari terburuk dalam tujuh hari karena orang-orang masih membutuhkan tambahan liburan bukan? Dengan mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai oleh weekend akan tetapi, bagi Lili hari Senin lebih tepatnya pagi senin adalah pagi yang paling bahagia menurutnya bagaikan suntikan energi dalam setiap pagi senin, karena keluarganya akan berkumpul dan sarapan bersama sebelum melakukan aktifitas mereka. Papa, mama dan kakak perempuannya akan sibuk dikantor masing-masing dan hanya dirinya yang akan tinggal dirumah namun pagi ini Lili juga akan melakukan aktifitas pribadinya yang akan memasuki dunia perkuliahan. “pagi pa, ma, kak Luna!” sapaan dari Lili mengawali sarapan mereka pagi ini. Sarapan dengan menu empat sehat lima sempurna. Sederhana tapi sangat istimewa dan tentu saja pagi yang sangat sangat sempurna bagi Lili. Hari yang ditunggunya telah tiba setelah berkalang bosan dan kesendirian. Ini hari pertama untuk Lili memasuki semeste