Davin mengeram kesal menatap kurir pengantar makanan mengirimkan makan siang untuk Lia. Pasalnya kurir itu memberitahu kalau makanannya berasal dari orang spesial tanpa menyebutkan nama. Davil kesal dengan hal itu, tak terima dan merasa sudah dikhianati lagi.Bugh!Davin meninju tembok sangking kesalnya. Dia memang tak langsung menunjukkan amarahnya saat itu, dan masih menahannya sampai Lia sampai di mejanya. Wanita itu langsung menaruh makanannya di atas meja dengan wajah biasa, lalu saat melihat isinya adalah semua makanan favoritnya, Lia tersenyum senang.Davin yang diam-diam memperhatikan itu semakin murka, dan marah saat berpikir siapa laki-laki yang tahu makanan favorit Lia sekarang. Apakah wanita itu sudah menemukan pria lain? Tidak, Davin tidak akan membiarkan itu. Lia miliknya hanya miliknya.Brukk!!Tanpa diduga, Davin meraih dan menghempaskan makanan Lia tanpa perasaan, tapi itu belum berhenti sampai di sana. "Kau tidak pantas memakan makanan itu. Jala*g sepertimu hanya pan
"Raka mau Mama sama Papa nikah! Pokoknya Papa-Mama hayus nikah. Hayus!!" ujar Raka merengek membuat Lia tertegun dan kepikiran.Anaknya itu, baru juga Lia pulang dan kelelahan, tapi malah disambut dengan tuntutan.Berjongkok menamai tinggi Raka, Lia kemudian meletakkan kedua telapak tangannya di atas bahu Raka. "Sayang, Mama sudah menikah dengan Papa. Itulah mengapa Raka bisa lahir di dunia ini."Raka menyimak dan memikirkannya, meski kapasitas otaknya masih tak bisa menjangkaunya. Anak itu kemudian geleng-geleng kepala, karena berakhir tak mengerti juga dengan ucapan ibunya."Tidak! Mama bohong! Pokoknya Raka mau Mama nikah sama Papa!!" ujar Raka yang teringat ucapan Davin dan menjadikan itu jawaban untuk ketidakmengertiannya."Mama hayus nikah!!" teriak Raka yang kali ini sudah jadi histeris.Lia bingung, tapi saat menatap ke depan tak jauh dari mereka ada Davin yang menatap sambil tersenyum mengejek. Lia jadi paham sekarang, dia mengerti itu semua pasti perbuatan Davin."Mama!!" te
Meskipun dipaksa dan memaksa, Lia dan Davin tetap pergi honeymoon ke Bali. Berdua tanpa Raka. Mereka menghabiskan waktu bersama yang sudah pasti diisi dengan pertengkaran dan hanya hinaan. Tak ada kemesraan ataupun keromantisan."Kau mau menjadi jala*g dengan hanya memakai itu?!" geram Davin tak suka dengan baju yang Lia kenakan."Aku sudah jadi jala*g di matamu, kenapa masih repot untuk memperingatkanku!" balas Lia dengan ketus.Sepertinya kesabaran Lia cuma selembar tisu, sejak bertemu kedua orang tuanya dan ditolak kembali. Sehingga dia terus saja mau meladeni adu bacot Davin yang kini kembali menjadi suaminya."Kau memang jala*g!" geram Davin sambil menarik pergelangan tangan Lia, membuat tubuh mungil wanita itu harus terhempas lalu menabrak dada bidang Davin. "Tapi kau hanya jala*gku!"Lia membuang muka, tak sudi menatap Davin. "Brengs*k, kau bajin*n!!""Tutup mulutmu, Lia! Jangan membuatku lebih marah atau murka!" peringat Davin sambil menekan Lia.Tak takut, Lia kembali menyera
Davin menggandeng Lia sepanjang pulang, dia tak melepaskannya meski hanya sekejap. Entahlah, apa yang sudah pria itu pikirkan, tapi satu hal dia sudah begitu saat melihat seorang pria tampan mengajak Lia bicara. Padahal pria itu hanya orang asing yang kebetulan lewat dan menanyakan sesuatu. Namun Davin malah memanas seperti tengah memergoki Lia berselingkuh."Cih, berani sekali kau tersenyum padanya, dasar wanita penggoda! Sadar Lia, sadar! Kau sudah punya suami!" geram Davin menggerutu sambil meremas telapak tangan Lia. Tak tahu saja jika yang dia lakukan lumayan membuat Lia kesakitan."Terus kamu mau aku cemberut, pasang muka ketus sama kayak kamu?" sarkas Lia kesal."Tidak sopan. Kamu masih pake kamu-kamu, dengar Lia aku lebih tua darimu, 7 tahun Lia!" dengus Davin memperparah masalah diantara mereka.Namun Lia malah tersenyum dengan senyuman yang jelas sangat dipaksakan. "Baiklah. Maafkan aku Pak Davin, aku hampir saja melupakan status diantara kita!""Dan sekarang pun kau melupak
Lia mengecup kening Raka lalu mengusap pipi gembulnya. Sudah seminggu lebih dia tak melihat anaknya itu dan Lia sangat merindukannya, tapi karena sekarang Raka sudah tertidur, Lia juga tak bisa mengganggunya. Dia tak mau membangun Raka. Masih ada hari esok dan Lia tak mau jadi ibu yang egois.Sehingga dia hanya menatap lama Raka, kemudian setelah merasa cukup dia kembali ke kamarnya, atau tepatnya kamar yang juga pernah ditempati lima tahun yang lalu.Clek!Lia menatap sekitar lalu menyadari tak ada yang berbeda. "Bagaimana tempat ini masih tertata dengan baik dan sama seperti dulu ...."Lia terus memperhatikan sekitarnya, lalu karena gerah dan juga lelah, Lia memutuskan untuk mandi. Berendam sekitar sepuluh menit lebih, lalu mengguyur tubuhnya dengan udara dingin di shower. Wanita itu berberes mengerikan tubuh dengan handuk dan serangkaian proses lainnya.Klek!!Lia membuka pintu kamar mandi dan menemukan suami yang jahat itu tengah menjulang tinggi, berdiri tepat dihadapannya."Kena
"Mama!"Panggilan itu membuat Lia sontak terbangun dari tidurnya. Menemukan sang buah hati sudah berdiri di depannya."Aaarrgghh!"Namun tidak lama karena dari belakang Raka ada Davin ayah dari anaknya itu. Datang lalu menarik anaknya dan menggendongnya."Nakal kamu, ya! Papa bilang jangan ganggu Mama," ujar Davin, tapi pria itu bukannya marah melainkan gemas dengan Raka. Dia bahkan tak segan mengecup pipinya dan berputar-putar dengan Raka sebelum kemudian membawa Raka jatuh ke sisi tempat tidur yang kosong."Lagi! Raka mau lagi Papa!" ujar si kecil malah keasikan dan mengulurkan tangan mengajak sang ayah bermain.Rindunya pada Lia menguap entah kemana, tapi mungkin Raka cuma keasikan sampai melupakannya. Melihat itu Lia bersikap positif, lalu bangkit dan duduk di atas tempat tidur."Ayo, kemarilah anak nakalnya Papa!" ujar Davin meladeni Raka.Dia tak ada lelahnya, ataupun mengeluh, pria itu bahkan sangat menikmati bermain dengan si kecil yang super aktif. Sampai kemudian Lia melerai
Davin berangkat kerja bersama Lia, dan kali ini mereka tak lagi menitipkan anak itu karena Amel mengusulkan untuk menjaga cucunya sendiri. Wanita paruh baya tidak keberatan, dan justru dia senang karena ada kegiatan serta bisa menghabiskan waktu dengan sang cucu.Namun kali ini tak seperti yang biasa dilakukan Davin, dia mengemudikan mobilnya tanpa sengaja berhenti di tengah jalan untuk menurunkan Lia sama sekali."Berhenti!" Tiba-tiba Lia yang justru mengatakan hal demikian.Davin mengerutkan keningnya bingung, tapi saat menemukan indomaret di tepi jalan pria itu berpikir Lia ingin mampir ke sana sebentar. Sehingga pria itupun menurut dan menepikan mobilnya.Namun alih-alih masuk ke indomaret setelah turun dari mobil, Lia malah menghampiri ojek dan naik itu secara tak terduga. Davin syok dan tak percaya, tapi di saat yang sama karena dia tak ikut keluar, Davin jadi tak bisa mencegah Lia."Sial!!" geram Davin mengumpat dengan keras. "Apa yang diinginkan wanita itu? Beraninya dia melak
Lia memaksakan diri untuk pulang dari rumah sakit hari itu juga, tanpa siapapun yang bisa melarangnya termasuk Dokter. Davin sungguh sangat kesal karenanya, tapi dia pun tak berdaya melawan keras kepalanya Lia. Bukannya diam saja tanpa mencegah, Davin bahkan sudah mengancam dan mengomeli Lia habis-habisan, tapi hasilnya percuma saja."Kamu di mana?!" tanya Davin panik saat menemukan kamar Lia kosong. Tentu saja karena wanita itu sudah kabur."Di rumah," jawab Lia dengan suara menahan sakit.Davin menghela nafasnya kasar, dia sedikit lega, tapi di saat yang bersamaan juga dia menjadi lebih khawatir. Wanita itu baru saja mengalami kecelakaan, entah bagaimana kronologi lengkapnya, tapi saat Davin menemukannya di rumah sakit, kepalanya sudah diperban dan dari siku sampai pergelangan tangan ada luka memar yang disertai lebam yang membiru.Lalu yang katanya mau beristirahat, tapi saat Davin meninggalkannya sebentar untuk kepentingan yang mendesak, ketika kembali Davin malah tak menemukan Li