BAB 1 TALISA
Sudah empat tahun Talisa ikut merantau ke Jakarta bersama abangnya. Dengan ijazah setara SMU, Talisa cuma mendapat pekerjaan sebagai kasir minimarket yang gajinya hanya cukup untuk bertahan hidup sampai akhir bulan. Talisa tidak pernah bisa menabung, apa lagi berharap bisa memiliki tempat tinggal sendiri. Bisa punya rumah sendiri cuma seperti mimpi yang semakin mustahil untuk digapai. Apa lagi dijaman yang serba sulit dan mahal. Hidup di kota metropolitan memang benar-benar harus bermetal tahan banting, buat yang lembek silahkan pulang kampung.Selama ini Talisa tinggal bersama abangnya di sebuah rumah kontrakan kecil yang terletak di gang kawasan padat penduduk super bising. Talisa tidak mau selamnya hidup susah. Sejak anak-anak Talisa tergolong gadis yang pemberani dan cerdas dalam nilai akademik. Talisa bertekad melanjutkan kuliah demi masa depan yang lebih layak, untuk itu dia rela bekerja malam di sebuah tempat karaoke."Apa Abang ambil uangku yang di amplop coklat?" Talisa menghadang abangnya di depan pintu."Mana aku tahu dimana kau menyimpan uang!"Kakak laki-laki Talisa langsung melotot, karena baru saja pulang sudah dituduh mencuri uang."Itu uang untuk bayar semester kuliahku, Bang!" Talisa tetap mengejar abangnya yang berjalan sempoyongan menuju kamar."Sudah aku bilang tidak tahu!" Talisa malah mendapat teriakan lantang. "Apa telingamu tuli!" Agung juga membanting pintu kamar tepat di depan wajah adik perempuannya yang dia anggap super cerewet.Pagi itu Talisa sudah berpakaian rapi, siap untuk berangkat ke kampus, tapi uang semester yang sudah dia siapkan di dalam tas sejak tadi malam tiba-tiba hilang. Talisa kembali membongkar isi tasnya untuk mencari lagi amplop coklat tersebut, dia juga kembali memeriksa semua laci meja di kamarnya karena khawatir lupa sudah dia pindahkan, tapi ternyata tetap tidak ada.Talisa sudah nyaris pasrah putus asa ketika tidak sengaja melihat ujung sampul coklat terselip di celah penutup tempat sampah dapur. Talisa segera merunduk ke bawah meja kompor untuk memastikan."Oh Tuhan ...!"Sambil menahan napas geram Talisa segera menggedor pintu kamar abangnya. Sebenarnya pintu kamar Agung tidak terkunci, Talisa sengaja ingin membuat suara ledakan agar pemalas itu bangun."Bangun, Bang!"Talisa menggedor lebih kencang sampai Agung menggeliat bangkit dari posisi tertelungkup."Lihat ini apa, Bang!" Talisa berteriak menunjukkan amplop coklat yang sudah disobek ujungnya dan isinya kosong. "Dimana uangku, Bang?""Ah cuma uang segitu kau ributkan sampai teriak-teriak." Agung tidak minta maaf setelah terbukti mengambil uang adiknya, dia malah sudah mau kembali tidur tertelungkup tanpa merasa bersalah."Ayo kembalikan uangku, Bang!""Sudah habis!" Agung menjawab dengan enteng."Uang sebnyak itu habis dalam satu malam!" Talisa melotot."Kau saja yang terlalu pelit! Ingat, aku juga yang sudah membiayai hidupmu selama belasan tahun di kampung!"Setiap kali Agung akan kembali mengungkit-ungkit hal itu. Ibu mereka seorang janda, dulu memang cuma Agung yang bekerja untuk membiayai hidup Talisa serta ibunya di kampung."Aku sudah tidak mempunyai sisa uang lagi, Bang. Hari ini aku harus membayar uang semester.""Bukankah baru Senin kemarin kamu gajian!" Agung tidak percaya dengan suara nelangsa adik perempuannya."Ya, tapi kemarin aku juga sudah membayar kontrakan ruma ini untuk enam bulan ke depan dan Bang Agung tidak pernah mau membantu sama sekali!""Kau lihat aku belum bekerja, uang dari mana yang harus aku berikan padamu. Sekarang gantian kau dulu yang bayar kenapa? Jangan pelit-pelit!"Sudah tidak pernah membantu, Agung juga sering bicara kasar dan menuduh Talisa pelit."Kalau Abang tidak bisa bantu bayar seharusnya jangan pakai uangku untuk judi!"Talisa sudah terlampau geram dengan ulah abangnya sejak jadi pengangguran. Agung tidak pernah terlihat berusaha mencari pekerjaan, sampai tahun kemarin istrinya minta cerai. Sekarang dia cuma menumpang hidup pada Talisa dan suka mencuri uang adiknya untuk berjudi."Sekarang aku sudah benar-benar tidak punya uang lagi untuk membayar kuliah.""Aku tahu kau masih menyimpan uang tabungan, mustahil kau tidak dapat uang tips dari pengunjung karaoke!""Abang pikir aku wanita macam apa!""Jangan terlalu sok suci, Talisa. Goda sedikit para pengunjung supaya memberimu uang lebih. Masak kau tidak tahu caranya agar tidak hamil!""Abang mau aku menjual diri seperti pela*cur!" Talisa makin melotot."Percuma aku memasukkan kau bekerja di tempat itu tapi tetap saja miskin!" Agung juga melotot. "Lihat itu teman-temanmu, mereka bisa membeli ponsel keluaran terbaru bahkan sudah punya mobil!""Abang keterlaluan!" Kali ini Talisa yang balas membanting daun pintu karena merasa percuma berdebat dengan kakaknya yang makin tidak waras.Talisa pilih bergegas pergi ke kampus, dia tidak mau terlambat meskipun masih belum tahu harus berhutang pada siapa untuk membayar uang semester. Talisa tidak punya keluarga lagi selain abangnya yang baru menjadi duda, pengangguran, suka berjudi dan mabuk-mabuk kan. Talisa juga tidak punya sahabat berduit untuk memberinya pinjaman uang.Dulu Agung bekerja sebagai sekuriti di sebuah klub malam, tapi ikut terkena PHK masal pada saat pandemi COVID 19 melanda negeri ini dan tempat hiburan sepi. Sampai sekarang Agung tidak bekerja lagi. Sudah hampir satu tahun Talisa bekerja di tempat karaoke, tapi gajinya cuma pas-pasan, tidak beda jauh dengan pekerjaan lamanya sebagai kasir minimarket. Talisa tidak bisa hidup mudah seperti teman-temannya yang suka menerima pekerjaan plus-plus. Sebenarnya Talisa juga sering mendapat tawaran mengiurkan dari para laki-laki hidung belang. Tapi Talisa tidak mau bekerja kotor meski image bekerja di tempat karaoke dewasa tetap akan dipandang miring. Talisa yang cerdas tetap bertekad menuntaskan kuliah agar nanti bisa mendapat pekerjaan di tempat yang lebih dihargai.********************BAB 2 SAHABATTalisa tidak mau menyerah, dia harus bisa menyelesaikan kuliah demi masa depan yang lebih terhormat. Setelah pulang dari kampus Talisa mampir ke rumah sahabatnya. Nana adalah mantan teman Talisa bekerja di minimarket. Biasanya Nana punya banyak info pekerjaan."Sepertinya aku butuh pekerjaan paruh waktu!""Pekerjaan apa lagi?" Nana terkejut. "Bukannya sekarang kamu sudah kerja di karaoke?""Ya, tapi gajinya pas-pasan aku butuh uang tambahan untuk bayar kuliah."Talisa juga bercerita kalau abangnya masih pengangguran, dia harus memenuhi semua kebutuhan rumah sendirian, termasuk membayar uang sewa tempat tinggalnya yang cuma dua petak kamar."Tolong Na, kalau ada info kerjaan paruh waktu apa aja aku mau.""Serius lo mau kerja apa aja?""Kerjaan apa aja asal bisa aku kerjakan sore pulang dari kampus."Malam Talisa sudah kerja di tempat karaoke sampai hampir subuh, pagi dia kuliah. Talisa cuma bisa mencari kerja sampingan untuk sore hari sebelum dia berangkat ke tempat karao
BAB 3 RUMAH MEWAHKeesokan harinya Talisa benar-benar mulai bekerja, Nana cuma memberinya alamat rumah, tanpa nomor telpon. Untung rumah di kawasan elit tidak terlalu susah untuk dicari. Talisa juga cuma tinggal menyebutkan namanya di depan alat sensor tamu yang ada di samping pintu gerbang."Halo selamat sore Mr. Alexander, saya Talisa Marina Putri."Talisa terkejut karena pintu gerbang besar di hadapannya langsung bergeser terbuka tapi tidak ada siapa-siapa. Sekuriti pun tidak ada untuk ukuran rumah mewah sebesar itu."Oh Tuhan ..." Talisa masih bengong terpukau.Rumahnya sangat besar dan megah dengan halaman super luas tapi sunyi, tanpa kehidupan seperti kuburan. Rumah mewah tapi auranya suram, jika di kampung pasti para tetangga sudah bergosip pemilik rumah memelihara pesugihan. Untungnya rumah tersebut ada di kota dan dikelilingi pagar beton tinggi jadi tidak terlalu nampak jelas dari luar. Lagipula orang perkotaan juga tidak terlalu perduli dengan rumah tetangganya, apa lagi di
BAB 4 PEKERJAAN"Kau dari mana saja?" Giliran Agung yang menghadang adiknya di depan pintu."Aku kerja Bang.""Kerja apa lagi?""Jadi tukang bersih-bersih rumah.""Kerjaan macam apa itu!""Kerjaan halal untuk kita bertahan hidup!"Talisa ingin menyindir abangnya yang penganguran, tidak mau berusaha mencari kerja malah mengomentari jenis pekerjaannya. Padahal Talisa sendiri yang harus membiayai semua pengeluaran di rumah, abangnya cuma makan, tidur, numpang hidup gratis dengan malas-malasan.Tapi menurut Talisa, percuma meributkan perkara keuangan dengan abangnya, mereka hanya akan bertengkar. Lebih baik Talisa bekerja dapat duit dan masalah beres. Cuma itu jurus paling waras agar tidak mendadak gila.Sebenarnya Talisa juga sangat capek, ibarat hidup seorang diri tanpa boleh minta tolong pada siapapun. Selesai dari kampus Talisa langsung bersih-bersih rumah seluas tiga lantai seorang diri, pulang sebentar sudah harus segera bersiap lagi untuk bekerja di tempat karaoke sampai hampir pag
BAB 5 HARI SIAL Hari yang sial, gara-gara Talisa bertemu pengunjung kaya yang suka cari ribut, akhirnya Talisa harus menghadap HRD. Akibatnya Talisa jadi harus pulang sampai hampir pagi, cuma sempat tidur dua jam sudah harus bangun lagi. Talisa langsung bergegas mandi untuk buru-buru bersiap ke kampus. "Jadi hari ini tidak ada makanan lagi?" Agung menghadang adiknya yang mau keluar pintu kamar. "Ada telur dan mie instan di rak dapur, aku buru-buru Bang!" "Sudah empat hari aku kau suruh makan mie instan!" Agung mengeluh. "Tidak ada gizinya!" "Mau kusuruh masak rendang Abang juga gak bakal bisa!" Talisa tetap mau pergi, masa bodoh dengan cucian piring yang sejak kemarin Agung biarkan bertumpuk di wastafel. "Sejak kau kerja mengurus rumah orang, urusan rumahmu sendiri tidak kau kerjakan, memangnya berapa gajimu jadi pembantu!" "Abang kan bisa, habis makan, piringnya langsung dicuci! Sapu lantai rumah sebentar sebelum nongkrong di teras!" "Bersih-bersih rumah itu tugas perempuan!
BAB 6 TERTANGKAPTernyata pria itu memang tidak melalui anak tangga, dia langsung melompat dari bawah rangka tangga metal, berayun di pagar kemudian meloncat untuk menyergap tubuh Talisa. Talisa ingin menjerit, namun lehernya sudah lebih dulu dicekik. Akhirnya Talisa melihat wajah seorang Calvin Alexander dari jarak yang sangat dekat. Pria dingin yang jelas tidak suka diusik. Tampan luar biasa tapi tatapannya tajam seperti sisi belati yang berkilat dalam gelap. Talisa tidak sempat berpikir, dia langsung menangkupkan tangan dengan kuda-kuda kaki siaga. Posisi Talisa jadi seperti memeluk lengan pria yang sedang mencekiknya, tapi dalam gerakan sangat cepat. Talisa memusatkan seluruh tenaga kepalan tanganya untuk menghatam tepat di persendian siku lawan dari sisi atas. Efek kejutan itu membuat cengkeraman di leher Talisa terlepas. Kepala Talisa segera berkelit dan tidak lupa lututnya yang sudah siaga menendang keras tepat ke bawah pusar. "Wanita terkutuk!" Pria sebesar apapun bakal m
BAB 7 KONTRAK Talisa masih belum tahu akan diberi pekerjaan apa, yang terpenting nyawanya selamat dulu. Asal Talisa tidak diminta untuk ikut melakukan pembunuha*n. Calvin Alexander sangat misterius, dingin dan keji. Pria macam itu tidak akan main-main dengan ucapannya. Sudah semalaman tembus pagi, Talisa kembali dikurung di dalam kamar seorang diri. Tapi anehnya Talisa sama sekali tidak melihat atau mendengar suara pekerja lain yang datang ke rumah tersebut. Padahal selama ini Talisa berpikir, mungkin pekerja lain datang pagi hari, atau mungkin hari ini mereka semua diliburkan. Sudah beberapa kali Talisa mengintip ke luar jendela, halamannya sepi, sama sekali tidak ada orang karena sepertinya Mr. Alexander juga sudah pergi. Sampai tengah hari belum juga terdengar suara manusia lain yang datang. Entah Mr. Alexander pergi ke mana. Diam-diam Talisa juga penasaran dimana pria itu menguburkan tubuh wanita yang tadi malam dia seret ke halaman belakang. Atau mungkin itu bukan kali pertama
BAB 8 ISTRI BAYARANTalisa tidak menyangka dirinya masih dibiarkan hidup setelah melihat mayat di garasi. Bahkan sekarang Talisa malah diberi pekerjaan. Pekerjaan sebagai istri bayaran seorang billionaire psikopat. Pekerjaannya seperti kurang enak didengar telinga, tapi jumlah seratus juta sepertinya akan sepadan. Dengan uang seratus juta, Talisa tidak perlu lagi bekerja di tempat karaoke, dia juga masih bisa menyelesaikan kuliah. Masa bodoh dengan kejahatan yang telah dilakukan oleh Calvin Alexander. Talisa tidak akan ikut campur, pria itu sangat kaya, bisa saja dia bebas dari hukum.Akhirnya Talisa dapat kembali menjalani hidup normal. Pagi ini Talisa berangkat ke kampus dengan langkah ringan karena mengingat seratus juta dalam rekeningnya. Talisa tidak perlu pusing memikirkan beban pengeluaran bulanan serta uang semester. Masalah Talisa cuma tinggal perkara kontak nomor teleponnya yang raib semua, ternyata hal sepele itu jadi merepotkan dan sekarang layar ponsel barunya juga hanc
BAB 9 KEBOHONGANSeorang pria terlihat berbisik pada pelayan yang bertugas mengedarkan minuman. Tatapan pria itu masih tertuju pada sosok wanita cantik yang sedang berada di sisi Calvin Alexander.Talisa juga masih belum sadar jika sejak tadi dirinya sedang diperhatikan. Pikiran Talisa masih terlalu fokus pada pria di sampingnya yang terus membuat jantung berdegup kencang, tampan tapi galak."Ingat, jangan membuatku malu!" Calvin berbisik di telinga Talisa dengan gestur seperti baru mengecup sisi keningnya."Sepertinya hak sepatuku terlalu tinggi." Talisa mengeluhkan berdirinya yang tidak nyaman.Jemari tangan Talisa langsung digenggam kencang, rasanya hangat tapi Talisa gemetar, Talisa bakal sangat malu bila sampai ketahuan. Talisa terus berusaha menepis segala pikiran konyolnya, karena maksud Calvin cuma membantu Talisa agar berdiri tegak. Tapi Calvin Alexander memang mahluk yang sulit untuk diabaikan. Tampan luar biasa, berkarisma dengan pembawan tegas penuh wibawa. Seorang pria
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m