"Ana kau terlihat lebih cantik di bandingkan dengan photo di medsosmu."
"Hah kau merayuku, Ben."
"Sungguh aku, tidak sedang menggombal. Eh tunggu dulu, sepertinyaaa aku pernah melihatmu.Dimana yaaa."Benedict mengerutkan keningnya.
"Mungkin wajahku pasaran." Rihana menggidikan bahunya.
"Ahaaa, kau adalah seorang youtuber yang terkenal itu'kan."
"Jeli juga pengamatanmu Ben." Rihana mengangkat satu ibu jarinya.
"Wah sungguh beruntungnya aku bisa berkencan dengan seseorang yang terkenal."
"Jangan lebay Ben, Sepertinya kau juga bukan orang biasa." Rihana mengangkat ponselnya yang menampilkan photo dan bio Benedict Garner di sebuah laman situs internet.
"A ha ha ha selain cantik dan terkenal, ternyata kau juga sangat cerdas Ana. Aku semakin tertarik." Ben meraih tangan Ana dan mencium punggung tangannya.
"Eehhhh." Rihana mengerjapkan matanya, sedikit terkejut tapi juga merasa berdebar ketika bibir lembab Benedict menyentuh kulit tangannya.
"Kau semakin cantik kalau pipimu bersemu merah seperti itu Ana." Rihana semakin salah tingkah mendengar kata-kata rayuan manis dari lelaki setampan Benedict. Rihana segera menarik tangannya dari genggaman tangan Benedict.
"Ternyata julukan casanova memang benar adanya, dan aku membuktikannya sendiri malam ini."
"Julukan itu tidak berguna jika tidak bisa menaklukan hatimu, sweety."
Dari kejauhan tampak Ashton yang menyamar sebagai pelayan restoran sedang berjalan ke arah meja dimana Rihana dan Benedict berada.
"Pesananya tuan, nyonya." Ashton meletakkan dua mangkok sup jamur dan dua piring steak daging sapi ke atas meja. Ashton menatap sengit ke arah Benedict yang masih berusaha merayu Rihana dengan bualan-bualan manisnya. "Terimakasih." Ucap Rihana dan Benedict hampir bersamaan.
"Enjoy your meal." Ashton membalikkan tubuhnya ketika tugasnya menghidangkan makanan sudah selesai.
"Tunggu dulu bung, tambah dua gelas martini. Kau mau'kan Ana, atau kau minum yang lain?" Benedict menatap ke arah Rihana.
"Samakan saja Ben."
"Baik, akan segera saya antar pesanan anda tuan." Ashton sangat kesal ketika melihat interaksi Rihana dan Benedict yang sudah sangat akrab dalam waktu tidak kurang dari satu jam.
'Dasar lady killer.' Umpat Ashton dalam hati.
Rihana dan Benedict terlihat sangat santai dan sangat menikmati makan malam kencan buta mereka.
'Menyenangkan,tidak seburuk yang kubayangkan ternyata kencan malam ini.'Batin Rihana.
'Cantik, akan menyenangkan apabila bisa menaklukkannya.' Benedict berandai-andai dengan senyum misteriusnya.
Disisi lain Ashton sangat marah, ketika ia melihat dari kejauhan Benedict sedang meraba bibir Rihana secara sensual." Kurang ajar, dasar penjahat kelamin. Akan ku kacaukan kencanmu malam ini Ben." Umpat Ashton yang sedang berjalan sambil membawa nampan berisikan dua gelas martini.
Tring tring tring bagaikan pijar lampu bolam yang menyala. Sebuah ide terlintas di benak Ashton.
Pandangan mata Rihana dan Benedict beradu ketika Benedict menyeka saus steak yang menempel di sudut bibir bawah Rihana. Sungguh hatinya kian berdebar dengan perlakuan manis Benedict padanya.
'Tahan Ri, jangan sampai kau terjatuh secepat ini walaupun sudah lima tahun kau menjomblo.' Rihana berusaha memantrai hatinya.
"Pesananya tu------ ups maaf tuan, maaf sungguh saya tidak sengaja." Ashton sengaja menumpahkan nampan yang berisikan dua gelas martini ke arah jas mahal Benedict.
"Aish." Benedict sangat jengkel dengan pelayan yang menumpahkan minuman ke jas mahal miliknya yang menjadikan kencannya bersama Rihana menjadi sedikit terganggu. Namun untuk menjaga image seorang gentle man ia pura -pura tersenyum. "It's okay man."
"Ben kau tidak apa-apa?" Rihana kelihatan khawatir.
"I'm all right Ana. No big deal at all." Benedict melepas jasnya.
"Tuan biar saya bawa ke laundry sebentar, tidak akan memakan waktu lama. Percayalah." Ashton masih saja berakting.
Rihana memicingkan matanya ketika ia mengenali suara lelaki yang berseragamkan pelayan restoran tersebut, ia mencoba mengenali wajahnya. Walau sang pelayan selalu menundukkan wajahnya tapi Rihana mengenali tahi lalat yang berada di bawah sebelah mata berwarna biru itu. 'Ashton, mungkinkah ia?'
Karena terlalu fokus memperhatikan Ashton, tubuh Rihana oleng ketika ada seorang pengunjung restoran yang sedang mabuk, menyenggolnya dari samping.
"Bruggh." Tubuh Rihana jatuh menelungkup di atas tubuh Benedict. Karena terburu-buru ingin menolong Rihana, kaki Ashton tersangkut kaki kursi yang berada di sampingnya.
Insiden keduapun terjadi, tubuh Ashton menindih tubuh Rihana.
"Awwww." Mata Rihana membulat ketika merasakan tusukan benda tumpul yang keras dari bawah dan atas dengan waktu yang bersamaan. Pipinya memerah, bulu kuduknya merinding. Walaupun mereka bertiga masih mengenakan celana lengkap tapi berada di tengah dua lelaki tampan dan turn on pada waktu yang bersamaan, membuat hati Rihana melayang. Tiba-tiba badannya terasa panas dan kulit tubuhnya meremang ketika ia merasakan kewanitaannya terasa basah.
'Oh my God, kenapa berasa kayak adegan three some.' Jerit Rihana dalam hati.
"Three some." Ashton dan Benedict bergumam dengan waktu yang hampir bersamaan.
TBC.
wwkwkwk aduh bener sakit perut nulis part gaje ini. Selamat malam rabu readers dah gitu aja mo lanjutin ngakak dulu.....
HANI ^^
"Three some." Rihana menelungkupkan wajahnya di meja kerjanya, sudah satu minggu sejak kejadian insiden kencan itu terjadi namun ia masih merasa malu bila mengingatnya. Bahkan ia mengabaikan pesan-pesan dari Benedict yang setiap hari masuk ke akun sosmednya yang ingin mengajaknya untuk kembali bertemu. "Hah sungguh memalukan." Rihana masih saja bergumam sambil malas-malasan duduk di kursi kebesarannya. Suara ketukan pintu menyadarkan Rihana untuk merapikan rambutnya yang acak-acakan karena ulahnya sendiri. "Masuk." George muncul dari balik pintu. "Nona kita dalam masalah besar." George mengatakan dengan wajah yang sedikit pucat. "Masalah apa George?" "Salah satu tamu pesta mengatakan bahwa cheese cake yang ada di list menu dessert tidak memenuhi standar." "Tidak memenuhi standar apanya George?" Rihana terkejut dengan keluhan tamu k
"Berkencan denganku." Ashton mengedipkan sebelah matanya sambil meremas pantat Rihana. "Kamuuuuuu." "Brukkkk Aduhhhh." Ashton mengaduh kesakitan setelah Rihana secara reflek mendorong tubuhnya dengan kuat sehingga terjungkal kesamping. "Maaf maaf. Kamu sih sedang sakit juga masih bisa berperilaku kurang ajar." Rihana meringis ngilu setelah melihat pelipis Ashton yang mengeluarkan darah akibat terantuk sudut meja yang berada di samping Ashton. "Sebaiknya kita ke rumah sakit saja. Aku takut lukamu tambah parah." Rihana kembali memapah Ashton. "Jangan, aku nggak suka. Baru saja kemarin malam aku keluar dari sana. Aku benci bau obat-obatan yang membuat perutku mual." Ashton menggeleng. "Oke-oke, kita ke rumah sakit hanya untuk mengobati luka di kepalamu setelah itu kita langsung pulang ke apartemenmu." Rihana merasa kesal dengan sikap manja Ashton.&nbs
"Pagi Ri." Ashton tersenyum lebar saat ia melihat Rihana turun dari mobilnya di area parkir resort. "Pagi juga Ash." Rihana pura-pura cuek. "Kamu-----" Ucap mereka bersamaan. "Ehmmmm kamu dulu." "Kamu sudah sembuh Ash?" Rihana memperhatikan wajah Ashton yang masih kelihatan sedikit pucat. "Sedikit." Ashton melirik Rihana yang terkesan menghindarinya. "Mmmm." "Jangan kau gigit bibirmu, Ri. Nanti berdarah. "Ahhh." Rihana tergagap saat Ashton meraba bibir Rihana. "Pandangan mata mereka bertemu, bola mata berwarna biru milik Ashton serasa menembus manik coklat Rihana. Rihana hampir pingsan ketika embusan napas Ashton yang terasa panas menyapu wajahnya. Hatinya mengatakan harus menjauh, namun tubuhnya masih tetap mematung tak bergerak, bertolak belakang menghianati keinginan hatinya.&
"Minggir, minggir, permisi, awas nonaaaaa------" "Awwwww." Seorang gadis cantik menutup mukanya sambil berteriak. Ashton yang berlari mengejar kertas perjanjian yang terbawa oleh embusan angin, berhasil menghindari gadis yang ada di depannya. Namun naas, ia harus basah kuyup karena tercebur kedalam air mancur yang berada di depan hotel, jangan tanyakan bagaimana nasib kertas yang ia kejar tadi, sudah berubah menjadi bubur. "Ah síal, Ben bisa ngomel seharian, nih." Ashton negegakkan tubuhnya sambil mengibaskan jasnya yang telah basah. "Kamu nggak pa pa?" Seorang gadis cantik berambut pirang tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya kepada Ashton untuk membantunya keluar dari air mancur. "Oh tidak apa apa, terimakasih nona." "Maaf, pasti gara-gara aku, kamu jadi tercebur." Gadis itu menunduk meremas ujung gaunnya. "Eh tidak-tidak. Semua adalah salahku nona. Nggak ada hubungannya denganmu." Ashton terperangah ketika melihat wajah gadis itu yang terlihat sangat cantik apalagi sik
"Ash, hari minggu kamu tidak sibuk bukan?" Meg bergelayut manja di lengan Ashton yang sedang menyetir mobilnya. "Kenapa?" Ashton tersenyum sangat cerah karena bisa menjadikan Meg Ryan sebagai kekasihnya, gadis manis yang sudah menjadi tambatan hati semenjak mereka bertemu untuk pertama kalinya. "Ih nggak peka." Meg memukul lengan Ashton. Ashton menepikan mobilnya. "Kenapa manis?" Dengan kedua belah tangannya, Ashton menangkup wajah Meg yang sedang cemberut dan terlihat sangat lucu. "Aku ada kegiatan, aku ingin kau menemaniku untuk menghadiri pameran lukisan. Dan aku mengikuti salah satu lomba yang diadakan disana." "Oh cuma itu. Aku kira kenapa?" "Itu penting buat aku." Mata Meg mulai berkaca. "Oke sayang, penting buatmu,pasti penting juga buatku." Ashton membelai pipi mulus Meg lalu melumat bibir merah kekasihnya dengan lembut. "Ashhhh." Pipi Meg meron
"Ash, jangan tinggalkan aku, aku sangat mencintaimu." "Kau mabuk sayang, sebaiknya istirahatlah, besok tubuhmu pasti akan kembali segar." "Eeem," Meg menggeleng, ia mengeratkan tangannya untuk memeluk tubuh Ashton. Sebagai laki-laki dewasa yang normal, Ashton begitu terangsang dengan ulah Meg yang mendekapnya erat dalam posisi Ashton yang menindihnya dari atas. Bau harum aroma bunga lavender yang menguar dari tubuh Meg membuat sisi liar Ashton meronta keluar ingin dilepaskan. Jari lentik Meg mulai menggerayangi tubuh Ashton dengan intens. Meg mulai menarik resleting gaunnya sehingga separuh buah dàdanya yang mulus kelihatan menyembul. "Apa aku kurang cantik, sehingga kau menolakku, Ash?" Meg mulai mengeluarkan jurus ampuhnya, air mata. Ashton yang melihat mata Meg mulai mengembun, menjadi luluh. "Sebaiknya kita lakukan nanti setelah kita menikah, sayang."Ashton masih beru
"Ada yang ingin kau sampaikan?" Jack Garner yang sedang duduk di kursi, berada di dalam rumah kaca, memandang Ashton yang terlihat gugup. "Aku punya satu permintaan, opa." "Ha ha ha kau tidak pernah berubah, dari dulu tidak suka basa-basi. Kalau kau ingin sesuatu dariku, bisakah kau merayuku terlebih dahulu, agar aku bisa luluh, mengabulkan permintaanmu, Ash." "Opa tahu, sejak dulu sifatku sudah begini. Sulit untuk merubahnya, aku tidak ingin menjadi orang lain." "Sama seperti ayahmu, kaku dan keras kepala. Sudah sebesar ini selalu membuatku khawatir, dasar." Jack mengembuskan napasnya "Maaf opa." Ashton merasa bersalah. "Sekarang katakan,apa keinginanmu!" "Aku ingin bertunangan dengan Meg secara resmi." Tidak ada ekspresi apapun yang terlihat diwajah Jack, ia diam memandang Ashton yang menundukka
'Dàmn he's so hot.' Batin Meg menjerit kencang. "Heiiiii kenapa sayang, kau terpesona dengan sepupu tampanku, ini?" Ashton tertawa melihat Meg mematung setelah berkenalan dengan Benedict. "Ah tidak, Ash, bagiku kau yang tertampan." Dusta Meg. "Aku tahu, itu sebabnya kenapa aku begitu mencintaimu, sayang. Aku sudah tidak ingin yang lain, Meg." Ashton memeluk Meg dengan erat. Sedangkan mata Meg masih memandang Sosok Benedict dengan tatapan lapar. Walaupun tubuhnya dipeluk oleh Ashton namun hatinya mengembara ingin bermain-main dengan Benedict. Pria misterius yang sangat mempesona. Hatinya tergelitik untuk bisa lebih dekat dengan Benedict. Atau bila ada kesempatan, ia ingin berdekatan denganya memadu kasih, gila memang. Pikiran Meg sudah gila tanpa dirayu, Meg sudah luluh dalam sekali pandang. Ashton memang tampan tapi Benedict jauh lebih mempesona dan menantang. Andaikan yang menjadi tunangannya adalah Benedict sun
"Tidak disangka kita akan kembali lagi ke sini." Rihana saat ini berada di dekapan Ashton."Benar, Riri. Aku tidak menyangka juga jika kita kembali ke Pulau Bali dengan status yang berbeda. Dulu kau dan aku datang ke tempat ini dalam keadaan single. Sekarang kita telah menikah dan orang yang menjadi partnerku adalah kau, gadis jutek yang marah-marah karena salah mengenai koper.""Please, aku mohon jangan kau ungki-ungkit masalah itu lagi, Ash, kau membuatku malu saja.""Tidak perlu malu karena aku sudah melihatmu seutuhnya bahkan aku sudah menikmati semua apa yang ada di tubuhmu.""kau ini, Rihanna menyebut perut Ashton dan laki-laki itu pun terkekeh."Jangan lupa setelah sampai di Villa kau harus memberikan bagianku.""Seharusnya aku memilih Benedict daripada kau untuk menjadi suamiku.""Kata-kata apa ini?" Ashton tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rihanna."Menjauhlah dariku, aku membencimu sekarang." Rihanna berpindah tempat duduk untuk menjauhi Ashton."Sayang, kau tidak
"Aston kau sudah bangun?" Meg dengan tingkat kepercayaan tinggi bertanya kepada laki-laki yang berada di sampingnya itu."Hai kau siapa?" Meg pura-pura kaget melihat keberadaan Rihanna di kamarnya."Hai, aku Rihanna. Aku adalah mantan tunangan laki-laki yang berada di sampingmu.""Maksudmu kau sudah bertunangan dengan Aston dan dibatalkan, ya?" Meg tertawa dibuat-buat."Kau salah, laki-laki yang berada di sampingmu itu adalah Anthony bukanlah Ashton.""Apa? Tidak mungkin." Meg berteriak setelah melihat wajah laki-laki yang berada di sampingnya itu. Dia adalah Anthony sepupunya sendiri."Hei, bangun, bangun!" teriak Meg.Anthony terbangun. "Kenapa kau yang di sini?""Seharusnya aku yang bertanya. Kau bukanlah Ashton. Apa yang kau lakukan, brengsek!" Meg mengamuk sambil memukul wajah Anthony."Ada apa? Kenapa kau sangat ribut sayangku, Ana?" Anthony masih saja belum bisa"Aku bukan Rihanna! Aku bukan mantan tunanganmu! Aku Meg, bodoh!""Apa?" Anthony bingung. "Kenapa kau mengamuk? Pasti
"Ben, aku ingin bicara, bisa kau temui aku di kafe sebelah mall Palm?" Ashton ingin berdiskusi dengan Benedict tentang kebersamaan Anthony dan Meg. Walau bagaimanapun Meg adalah wanita masa lalu mereka berdua dan Rihana pun juga adalah calon wanita masa depan mereka."Ini penting, kau pasti ingin tahu kenapa Meg dan Anthony bisa makan siang bersama dan terlihat akrab?"Ashton menjauhkan ponselnya saat mendengar jeritan Benedict dari dalam ponselnya."Ya, cepatlah jika kau tertarik untuk mengetahui alasan kebersamaan mereka." "Dasar, si Ben membuat telingaku sakit." Ashton mengusap telinganya.Beberapa menit kemudian, Benedict sudah berada di hadapan Ashton dengan napas yang terengah."Ayo katakan bagaimana kejadiannya. Kenapa bisa mereka berdua akrab dan kenapa pula si Meg nisa berada di sini? Ini pasti bukan suatu kebetulan, kan?" tanya Benedict."Ini yang aku ingin diskusikan denganmu. Aku juga bingung, kenapa gadis itu bisa berada di sini? Dua tahun mengenalnya, aku belum pernah me
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak