"Ash, hari minggu kamu tidak sibuk bukan?" Meg bergelayut manja di lengan Ashton yang sedang menyetir mobilnya.
"Kenapa?" Ashton tersenyum sangat cerah karena bisa menjadikan Meg Ryan sebagai kekasihnya, gadis manis yang sudah menjadi tambatan hati semenjak mereka bertemu untuk pertama kalinya.
"Ih nggak peka." Meg memukul lengan Ashton.
Ashton menepikan mobilnya. "Kenapa manis?" Dengan kedua belah tangannya, Ashton menangkup wajah Meg yang sedang cemberut dan terlihat sangat lucu.
"Aku ada kegiatan, aku ingin kau menemaniku untuk menghadiri pameran lukisan. Dan aku mengikuti salah satu lomba yang diadakan disana."
"Oh cuma itu. Aku kira kenapa?"
"Itu penting buat aku." Mata Meg mulai berkaca.
"Oke sayang, penting buatmu,pasti penting juga buatku." Ashton membelai pipi mulus Meg lalu melumat bibir merah kekasihnya dengan lembut.
"Ashhhh." Pipi Meg meron
Í
"Ash, jangan tinggalkan aku, aku sangat mencintaimu." "Kau mabuk sayang, sebaiknya istirahatlah, besok tubuhmu pasti akan kembali segar." "Eeem," Meg menggeleng, ia mengeratkan tangannya untuk memeluk tubuh Ashton. Sebagai laki-laki dewasa yang normal, Ashton begitu terangsang dengan ulah Meg yang mendekapnya erat dalam posisi Ashton yang menindihnya dari atas. Bau harum aroma bunga lavender yang menguar dari tubuh Meg membuat sisi liar Ashton meronta keluar ingin dilepaskan. Jari lentik Meg mulai menggerayangi tubuh Ashton dengan intens. Meg mulai menarik resleting gaunnya sehingga separuh buah dàdanya yang mulus kelihatan menyembul. "Apa aku kurang cantik, sehingga kau menolakku, Ash?" Meg mulai mengeluarkan jurus ampuhnya, air mata. Ashton yang melihat mata Meg mulai mengembun, menjadi luluh. "Sebaiknya kita lakukan nanti setelah kita menikah, sayang."Ashton masih beru
"Ada yang ingin kau sampaikan?" Jack Garner yang sedang duduk di kursi, berada di dalam rumah kaca, memandang Ashton yang terlihat gugup. "Aku punya satu permintaan, opa." "Ha ha ha kau tidak pernah berubah, dari dulu tidak suka basa-basi. Kalau kau ingin sesuatu dariku, bisakah kau merayuku terlebih dahulu, agar aku bisa luluh, mengabulkan permintaanmu, Ash." "Opa tahu, sejak dulu sifatku sudah begini. Sulit untuk merubahnya, aku tidak ingin menjadi orang lain." "Sama seperti ayahmu, kaku dan keras kepala. Sudah sebesar ini selalu membuatku khawatir, dasar." Jack mengembuskan napasnya "Maaf opa." Ashton merasa bersalah. "Sekarang katakan,apa keinginanmu!" "Aku ingin bertunangan dengan Meg secara resmi." Tidak ada ekspresi apapun yang terlihat diwajah Jack, ia diam memandang Ashton yang menundukka
'Dàmn he's so hot.' Batin Meg menjerit kencang. "Heiiiii kenapa sayang, kau terpesona dengan sepupu tampanku, ini?" Ashton tertawa melihat Meg mematung setelah berkenalan dengan Benedict. "Ah tidak, Ash, bagiku kau yang tertampan." Dusta Meg. "Aku tahu, itu sebabnya kenapa aku begitu mencintaimu, sayang. Aku sudah tidak ingin yang lain, Meg." Ashton memeluk Meg dengan erat. Sedangkan mata Meg masih memandang Sosok Benedict dengan tatapan lapar. Walaupun tubuhnya dipeluk oleh Ashton namun hatinya mengembara ingin bermain-main dengan Benedict. Pria misterius yang sangat mempesona. Hatinya tergelitik untuk bisa lebih dekat dengan Benedict. Atau bila ada kesempatan, ia ingin berdekatan denganya memadu kasih, gila memang. Pikiran Meg sudah gila tanpa dirayu, Meg sudah luluh dalam sekali pandang. Ashton memang tampan tapi Benedict jauh lebih mempesona dan menantang. Andaikan yang menjadi tunangannya adalah Benedict sun
"Pagi sayang?" "Pagi." "Kenapa, hum?" "Ah tidak apa-apa, Ash." "Semalam kau tidak tidur nyenyak, kenapa?" Ashton menggenggam tangan Meg. "Mungkin kecapek'an, Ash. Aku akan susah tidur kalau kecapek'an."Dusta Meg, sebenarnya ia terbayang-bayang dengan Benedict. Pagi ini Ashton dan Meg sudah berada di ruang makan untuk sarapan, sedangkan Benedict dan Jack Garner belum juga kelihatan. "Brenda, Opa belum turun juga?" Ashton bertanya kepada kepala pelayan keluarga Garner. "Belum, tuan muda. Biar saya panggil dulu." "Oke. Sekalian panggil juga Ben untuk segera turun." Mendengar nama Benedict di sebut oleh Ashton, Meg teringat adegan panas di dapur, yang membuat moodnya hancur. Namun pagi ini ia harus terlihat cantik untuk meninggalkan kesan yang bagus di mata Benedict. Semoga bisa menarik perhatian Benedict, do'a Meg dalam bathin."
Meg menatap lapar tubuh kekar Benedict yang basah dengan air, ekor matanya tak bisa berpaling, dari sebuah karya seni yang diciptakan oleh Tuhan secara sempurna. "Pagi, Meg?" "Pa pagi Ben." Meg grogi ketika berada di dekat Benedict. "Kau mau renang?" "Ah tidak." Meg menggeleng. "Sayang sekali." "Ke kenapa?" Meg penasaran. "Aku pikir kamu mau menemaniku untuk berenang, karena Julia kecapek'an setelah semalaman kita bercinta dan Ashton tidak tahu pergi entah kemana. Berenang sendirian membuat moodku jelek." Benedict menenggak air mineral dari dalam botol, gerakan jakunnya yang keatas dan kebawah terlihat sangat séksi di mata Meg. "Aku bisa menemanimu, Ben." "Hmmm," Benedict menoleh. "Eh itu kalau kamu mengijinkanku untuk----" "Ganti bajumu, ayo kita berenang bersama." Wajah Meg langsung menyemburat merah, senyuman meng
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Meg serasa terjatuh ke dalam jurang yang paling dalam. Ia langsung panik dengan kedatangan Ashton yang tiba-tiba sedangkan bikini yang ia kenakan sudah terbuka. Meg langsung meneggelamkan dirinya ke dasar kolam untuk merapikan bikininya. "Hai Ash, mau gabung?" "Ben, bisa jelaskan padaku?" "Apa, kau minta penjelasan apa, hum?" Ashton menatap tajam Ben. "Sayang apa yang lau lakukan, jangan menuduh kami yang bukan-bukan. Tadi Ben menolongku, mataku terkena sesuatu dan disini tidak ada siapa-siapa. Kebetulan Ben lewat bersama Julia. Kalau kau tidak percaya, kau bisa tanya Julia nanti. Tapi kau sudah membuat hatiku terluka dengan prasangka burukmu itu." Drama dimulai, Meg mulai mengeluarkan air mata palsunya. Ashton yang melihat Meg menangis langsung terjun ke kolam memeluk Meg. "Sudahlah, jangan menangis, maafkan aku karena cemburu jadi berpikir yang aneh-an
"Take me to the bed, Ben." "Meg, kauuuu." Benedict mengerling nakal. "Aku serius, Ben." Meg memandang Benedict penuh harap. "Tapi kakimu----" "Akan membaik, kalau kau membawaku ke ranjangmu." Meg merapatkan tubuhnya kepada Benedict. "Kau menantang bahaya, Meg." "Aku suka menantangmu, Ben." Meg mengatakannya dengan sedikit mendesah. "Are you sure?" Meg mengangguk. "Hampir tiap malam aku memimpikanmu." "Benedict melepaskan pelukannya dari Meg. Ia berjalan mundur ke belakang sambil merentangkam tangannya. "Come on in." Meg langsung berlari ketika Benedict membuka pintu kamarnya, ia sedikit meloncat lalu menggantungkan tanganya ke leher Benedict, kedua kakinya melingkar di perut six packnya Benedict. "Kau sangat ganas, Meg." Benedict terkekeh melihat tingkah Meg yang sudah bernafsu. "Karena aku sudah memendamnya c
+21!!! "Ashton, aku merindukanmu, Ash. "Benedict bergumam sambil megingat kenangan empat tahun yang lalu."Ben, halooo. "Rihana menjentikkan tangannya beberapa kali ke depan wajah Benedict. "Ah hai, Ana." "Ada apa, kenapa melamun?" "Ituuu." Benedict menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "So, apa tujuanmu datang kemari?" "Aku merindukanmu, Ana." "Rihana memutar bola matanya malas "Gombal "Sungguh, aku tidak bohong selain ada pertemuan bisnis aku juga sangat merindukanmu?""Oke, kita lanjutkan saja ngobrol kita, di dalam ruang kerjaku." "Ide bagus." Benedict langsung mencium pipi Rihana. "Heii apa-apaan, kau ini." Rihana mendengus kesal. "Ha ha ha itu hukuman karena kau telah mengabaikanku, dalam beberapa minggu ini." "Cih alasan." Rihana mengusap pi
"Tidak disangka kita akan kembali lagi ke sini." Rihana saat ini berada di dekapan Ashton."Benar, Riri. Aku tidak menyangka juga jika kita kembali ke Pulau Bali dengan status yang berbeda. Dulu kau dan aku datang ke tempat ini dalam keadaan single. Sekarang kita telah menikah dan orang yang menjadi partnerku adalah kau, gadis jutek yang marah-marah karena salah mengenai koper.""Please, aku mohon jangan kau ungki-ungkit masalah itu lagi, Ash, kau membuatku malu saja.""Tidak perlu malu karena aku sudah melihatmu seutuhnya bahkan aku sudah menikmati semua apa yang ada di tubuhmu.""kau ini, Rihanna menyebut perut Ashton dan laki-laki itu pun terkekeh."Jangan lupa setelah sampai di Villa kau harus memberikan bagianku.""Seharusnya aku memilih Benedict daripada kau untuk menjadi suamiku.""Kata-kata apa ini?" Ashton tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rihanna."Menjauhlah dariku, aku membencimu sekarang." Rihanna berpindah tempat duduk untuk menjauhi Ashton."Sayang, kau tidak
"Aston kau sudah bangun?" Meg dengan tingkat kepercayaan tinggi bertanya kepada laki-laki yang berada di sampingnya itu."Hai kau siapa?" Meg pura-pura kaget melihat keberadaan Rihanna di kamarnya."Hai, aku Rihanna. Aku adalah mantan tunangan laki-laki yang berada di sampingmu.""Maksudmu kau sudah bertunangan dengan Aston dan dibatalkan, ya?" Meg tertawa dibuat-buat."Kau salah, laki-laki yang berada di sampingmu itu adalah Anthony bukanlah Ashton.""Apa? Tidak mungkin." Meg berteriak setelah melihat wajah laki-laki yang berada di sampingnya itu. Dia adalah Anthony sepupunya sendiri."Hei, bangun, bangun!" teriak Meg.Anthony terbangun. "Kenapa kau yang di sini?""Seharusnya aku yang bertanya. Kau bukanlah Ashton. Apa yang kau lakukan, brengsek!" Meg mengamuk sambil memukul wajah Anthony."Ada apa? Kenapa kau sangat ribut sayangku, Ana?" Anthony masih saja belum bisa"Aku bukan Rihanna! Aku bukan mantan tunanganmu! Aku Meg, bodoh!""Apa?" Anthony bingung. "Kenapa kau mengamuk? Pasti
"Ben, aku ingin bicara, bisa kau temui aku di kafe sebelah mall Palm?" Ashton ingin berdiskusi dengan Benedict tentang kebersamaan Anthony dan Meg. Walau bagaimanapun Meg adalah wanita masa lalu mereka berdua dan Rihana pun juga adalah calon wanita masa depan mereka."Ini penting, kau pasti ingin tahu kenapa Meg dan Anthony bisa makan siang bersama dan terlihat akrab?"Ashton menjauhkan ponselnya saat mendengar jeritan Benedict dari dalam ponselnya."Ya, cepatlah jika kau tertarik untuk mengetahui alasan kebersamaan mereka." "Dasar, si Ben membuat telingaku sakit." Ashton mengusap telinganya.Beberapa menit kemudian, Benedict sudah berada di hadapan Ashton dengan napas yang terengah."Ayo katakan bagaimana kejadiannya. Kenapa bisa mereka berdua akrab dan kenapa pula si Meg nisa berada di sini? Ini pasti bukan suatu kebetulan, kan?" tanya Benedict."Ini yang aku ingin diskusikan denganmu. Aku juga bingung, kenapa gadis itu bisa berada di sini? Dua tahun mengenalnya, aku belum pernah me
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak