"Three some." Rihana menelungkupkan wajahnya di meja kerjanya, sudah satu minggu sejak kejadian insiden kencan itu terjadi namun ia masih merasa malu bila mengingatnya. Bahkan ia mengabaikan pesan-pesan dari Benedict yang setiap hari masuk ke akun sosmednya yang ingin mengajaknya untuk kembali bertemu.
"Hah sungguh memalukan." Rihana masih saja bergumam sambil malas-malasan duduk di kursi kebesarannya.
Suara ketukan pintu menyadarkan Rihana untuk merapikan rambutnya yang acak-acakan karena ulahnya sendiri.
"Masuk." George muncul dari balik pintu.
"Nona kita dalam masalah besar." George mengatakan dengan wajah yang sedikit pucat.
"Masalah apa George?"
"Salah satu tamu pesta mengatakan bahwa cheese cake yang ada di list menu dessert tidak memenuhi standar."
"Tidak memenuhi standar apanya George?" Rihana terkejut dengan keluhan tamu karena selama ini tidak ada masalah sama sekali.
"Entahlah nona, sebaiknya nona sendiri langsung kesana untuk mengecek. Karena selebebritis ini sudah sangat terkenal sebagai pembuat skandal untuk menaikan eksistensinya di dunia hiburan."
"Baiklah ayo segera kesana." Rihana menyambar blazer untuk menutupi kemejanya yang terlihat kusut, bagaimanapun ia harus memperhatikan penampilanya ketika berada di lingkungan kerja jauh dari penampilan sehari-harinya yang terkesan ala kadarnya.
"Bagaimana, apa masalahnya?" Rihana menemui COO yang bertanggung jawab untuk menangani pesta hari ini.
"Kami sudah mencari tahu penyebabnya nona, menurut saya tidak ada masalah sama sekali tapi entah kenapa mereka mengatakan bahwa cheese cake tersebut tak layak konsumsi bahkan mereka sudah memanggil wartawan." Jawab sang COO dengan frustasi.
"Nampaknya mereka ingin memblow up masalah ini sebagai konsumsi gosip murahan." Rihana mengetatkan rahangnya geram.
"Sebaiknya kita harus menyiapkan pembuktian dari tim dapur dan chef untuk meminimalisir tuduhan yang dilontarkan mereka mengingat konsumen kita sudah terkenal track recordnya sebagai pembuat skandal." George memberi saran kepada Rihana.
"Lalu tunggu apalagi? Panggil Ashton segera, dia harus bertanggung jawab atas kekacauan hari ini."
"Maaf nona chef Ashton sudah tiga hari tidak masuk, karena sakit."
"Apaaa? Bagaimana bisa disaat yang genting seperti ini, dia tidak masuk." Rihana meremas rambutnya.
"Tapi tuan Ashton telah izin nona, apa nona tidak mengetahuinya? Kita tidak bisa melarang seorang karyawan untuk tidak masuk kerja karena sakit. Itu akan menyalahi prosedur undang-undang ketenaga kerjaan nona." George menimpali.
Rihana merutuki kebodohannya karena terlalu sibuk dengan pemikiranya atas insiden kencan di pantai waktu itu sehingga melalaikan tugas penting untuk benar-benar memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta hari ini. Ia teringat dengan ucapan Ashton yang memperingatkannya untuk tidak menerima order dari selebritis pembuat skandal yang akan berimbas buruk bagi resortnya.
"Tidak ada pilihan lain, kita harus hadir dihadapan para wartawan infotaiment. Setidaknya kita bisa memberikan penyangkalan atas tuduhan murahan itu." Rihana berkata dengan lemas.
~~~~~~~~~~~
Suara blitz kamera memenuhi lobi resort, para wartawan infotaiment berjejal bersama tim kameramen berebut mewancarai artis kontroversial Anne Whales bersama teman dekatnya yang mengklaim dirinya sebagai seorang konsumen yang telah dirugikan.
"Nona Whales, apa tindakan anda selanjutnya tentang kasus ini? Bukankah anda bersama tim manajemen anda sudah mensurvei segala menu sebelum anda melakukan pembokingan resort?" Salah satu reporter dari stasiun Tv swasta mulai membuka wawancara dadakan itu.
"Well tentu saja saya bersama tim selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan teliti untuk kelancaran pesta saya. Saya tidak akan mempermalukan diri saya sendiri kalau sampai ada tamu saya yang keracunan makanan akibat dari rendahnya kualitas bahan makanan. Mungkin mereka khilaf untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, dengar-dengar beberapa waktu belakangan ini resort ini sedang mengalami masa pailit." Anne dengan lancar mengatakan kebohongan.
"Lalu kenapa anda nekat memboking resort ini jika anda sudah mengetahui record buruknya."
"Saya hanya ingin memberi kesempatan kepada resort ini agar bisa lebih baik kedepannya dan juga sebagai pencegahan terjadinya pengurangan tenaga kerja seandainya resort ini bangkrut." Lidah memang tidak bertulang, Anne sudah terbiasa berkata bohong tanpa ada raut muka canggung atau tersendat dalam bicara.
Dari dalam resort, terlihat Rihana muncul diikuti George beserta staf resort lainya. Para wartawan segera beralih ingin mewancarai sang CEO yang ternyata juga tidak asing di jagad sosial media. Kasak-kusuk wartawan mulai terdengar karena mereka mengenal sosok Rihana yang merupakan seorang youtuber yang tak kalah terkenal dari sang artis kontroversial Anne Whales.
Seketika para wartawan balik ingin mewancarai Rihana. Anne mencebik kesal karena para wartawan terlihat lebih antusias untuk mewancarai Rihana daripada dirinya.
"Nona Dawson, bagaimana tanggapan anda dengan komplain yang di lontarkan nona Whales terkait kualitas makanan yang tidak memenuhi standar untuk dikonsumsi?"
"Walaupun saya belum lama menjabat sebagai seorang CEO di resort ini tapi saya bisa menjamin bahwa kredibilitas untuk menjaga keselamatan konsumen jangan di ragukan lagi. Memang benar pada bulan-bulan lalu, resort kami mengalami masa pailit. Tapi kami tetap konsisten untuk mengedepankan kepuasan dan keselamatan pelanggan."
"Coba buktikan kalau dessertnya tidak bermasalah. Secara tidak langsung anda menuduh kami sebagai seorang pembohong nona Dawson yang terhormat." Anne mengangkat dagunya dan berkata dengan sombong.
"Kalau tidak ada pembuktian, itu sama saja dengan membual nona." Manajer keartisannya Anne ikut mengompori.
Rihana ingin menenggelamkan wajahnya ke dasar laut yang paling dalam. Tentu saja untuk menyanggah tuduhan palsu harus ada bukti, tanpa bukti sama saja dengan membual. 'Oh Tuhannnnn apa yang harus aku lakukan.' Batin Rihana frustasi.
Di tengah kebingungan yang menderanya Rihana menangkap tiga sosok pria tampan di ikuti beberapa koki dari resortnya.
"Halo semua, selamat siang. Perkenalkan nama saya Ashton Garner penanggung jawab urusan dapur dan konsumsi di resort ini. Jika anda ingin menanyakan kasus ketidak puasan konsumen tentang dessert kami, akan saya jawab semuanya dengan tuntas. Sebelumnya saya akan memperkenalkan dua orang di samping saya. Sebelah kanan saya tuan Smith, beliau dari departemen pariwisata dan sebelah kiri saya tuan Mckenzie dari departemen kesehatan. Saya dan beliau berdua akan mengulas secara gamblang tentang permasalahan ini, dimohon jangan di sela selama kami memberikan penjelasan." Hari ini Ashton berbicara dengan sangat profesional jauh dari kata candaan atau senyum konyolnya yang menjengkelkan. Bahkan walaupun dengan wajah pucat,Ashton terlihat tampan dengan baju chefnya. Rihana mengerjapkan matanya berkali-kali tak percaya bahwa batinya menyebut orang yang selama ini menjengkelkan berubah menjadi lelaki tampan.
"Ehemmm." Deheman suara Ashton membuyarkan lamunan Rihana sedangkan tak jauh dari Rihana berdiri tampak wajah Anne yang mulai memucat sejak kedatangan Ashton.
"Sudah hampir satu bulan lebih saya menjadi koki sekaligus penanggung jawab sesi dapur dan konsumsi. Lisensi profesi saya sudah teruji dan memiliki izin dari departemen pariwisata, begitu juga lisensi untuk resort ini juga sudah tecantum secara jelas dan legal secara hukum. Nanti anda semua bisa mengecek data-datanya dengan asisten saya." Ashton menunjuk salah satu pria berseragam baju putih ala koki yang menenteng sebuah map.
"Untuk masalah dessert, semua bahan yang masuk ke tempat penyimpanan stok makanan pasti melalui izin dari saya. Dan tim saya sudah pasti bisa di andalkan, tentu saja mereka juga berlisensi." Ashton mengangkat tanganya ketika ada salah satu wartawan yang ingin menyela.
"Satu jam yang lalu, saya sudah mengirim sample cheese cake dari dapur kami ke laboratorium departemen kesehatan tak lupa juga dengan potongan cheese cake yang sudah di konsumsi teman dekat nona Whales. Hasilnya akan keluar beberapa menit lagi, tuan mckenzie dari pihak netral yang akan membacakan dan menunjukan hasil tes laboratnya." Setelah mendengar penjelasan Ashton yang lugas dan gamblang semua wartawan yang semula riuh penuh dengan segudang pertanyaan langsung bungkam.
Rihana terdiam , tapi pandangan matanya tak sedikitpun teralihkan kepada Ashton si menyebalkan yang mendadak menjadi pahlawan. 'Kenapa wajah seriusnya bisa sangat menawan.' Rihana berkata dalam batinnya.
Setelah beberapa saat, hasil tes makanan dari laborat telah keluar. Para wartawan segera menyerbu ke arah tuan Mckenzie untuk mendengar penjelasan dan menyalin data-data tentang bukti hasil tes.
Rihana mengelus dadanya lega karena semuanya sudah terselesaikan dengan baik, tentu saja si menyebalkan Ashton yang menyelamatkanya.
"Tunggu dulu nona Whale, kami butuh klarifikasi dari anda ke media masa tentang gosip yang anda ciptakan. Dan itu bisa merugikan kami secara moril dan materiil. Atau anda ingin kami melaporkan anda ke pihak yang berwajib dengan dakwaan pencemaran nama baik." Langkah Anne bersama rombonganya terhenti ketika akan meninggalkan lobi resort secara diam-diam tempat dimana ia mengundang wartawan infotaiment.
"Ehmmmmm ituuuu------
"Sudahlah tuan Garner, tidak usah di laporkan. Kasihan, karirnya bisa berakhir detik ini juga. Tapi saya minta kepada anda nona Whale yang terhormat, mumpung wartawan masih berada disini, ada baiknya anda segera mengklarifikasi membersihkan nama resort kami yang tercoreng jika tidak ingin kami kasuskan." Rihana menatap tajam ke arah Anne.
"Ba baiklah." Anne pasrah dengan keadaan yang berbalik menjatuhkanya. Berencana menaikan eksistensinya dengan gosip baru, siapa sangka gosip baru tersebut justru akan berimbas menjatuhkan citranya. 'Síalan, kenapa si Ashton Garner bisa berada disini. Dasar manajer bodoh, tidak diselidiki dulu.' Batin Anne kesal.
Setelah klarifikasi pengakuan dari Anne Whales berakhir, para wartawan dan tamu undangan pesta pergi meninggalkan resort dengan segera.
Sedangkan Ashton tampak semakin pucat setelah mengantar kedua temanya yang berasal dari departemen pemerintah.
"Hati-hati." Rihana menangkap tubuh Ashton yang hampir saja limbung.
"Bisa antarkan aku ke ruanganku."
"Tentu saja, terimakasih telah menyelamatkan kami. Kalau kau tidak datang, entah apa yang akan terjadi." Dengan hati-hati Rihana memapah tubuh lemah Ashton.
"Heemmm."
"Hari ini kau keren sekali, sungguh aku tulus memujimu. Just like a hero."
"Itu tidak cuma-cuma, karena ini di luar jam kerjaku. Aku minta imbalan, dan kau harus mengabulkanya." Ashton tersenyum misterius.
"Apa itu."
"Kencan denganku." Ashton mengedipkan sebelah matanya sambil meremas pantat Rihana.
"Kamuuuuuu."
TBC.
Wakakaka tuh kan si Ashton ini tingkahnya sungguh ajaib.^^
Hani.^^
"Berkencan denganku." Ashton mengedipkan sebelah matanya sambil meremas pantat Rihana. "Kamuuuuuu." "Brukkkk Aduhhhh." Ashton mengaduh kesakitan setelah Rihana secara reflek mendorong tubuhnya dengan kuat sehingga terjungkal kesamping. "Maaf maaf. Kamu sih sedang sakit juga masih bisa berperilaku kurang ajar." Rihana meringis ngilu setelah melihat pelipis Ashton yang mengeluarkan darah akibat terantuk sudut meja yang berada di samping Ashton. "Sebaiknya kita ke rumah sakit saja. Aku takut lukamu tambah parah." Rihana kembali memapah Ashton. "Jangan, aku nggak suka. Baru saja kemarin malam aku keluar dari sana. Aku benci bau obat-obatan yang membuat perutku mual." Ashton menggeleng. "Oke-oke, kita ke rumah sakit hanya untuk mengobati luka di kepalamu setelah itu kita langsung pulang ke apartemenmu." Rihana merasa kesal dengan sikap manja Ashton.&nbs
"Pagi Ri." Ashton tersenyum lebar saat ia melihat Rihana turun dari mobilnya di area parkir resort. "Pagi juga Ash." Rihana pura-pura cuek. "Kamu-----" Ucap mereka bersamaan. "Ehmmmm kamu dulu." "Kamu sudah sembuh Ash?" Rihana memperhatikan wajah Ashton yang masih kelihatan sedikit pucat. "Sedikit." Ashton melirik Rihana yang terkesan menghindarinya. "Mmmm." "Jangan kau gigit bibirmu, Ri. Nanti berdarah. "Ahhh." Rihana tergagap saat Ashton meraba bibir Rihana. "Pandangan mata mereka bertemu, bola mata berwarna biru milik Ashton serasa menembus manik coklat Rihana. Rihana hampir pingsan ketika embusan napas Ashton yang terasa panas menyapu wajahnya. Hatinya mengatakan harus menjauh, namun tubuhnya masih tetap mematung tak bergerak, bertolak belakang menghianati keinginan hatinya.&
"Minggir, minggir, permisi, awas nonaaaaa------" "Awwwww." Seorang gadis cantik menutup mukanya sambil berteriak. Ashton yang berlari mengejar kertas perjanjian yang terbawa oleh embusan angin, berhasil menghindari gadis yang ada di depannya. Namun naas, ia harus basah kuyup karena tercebur kedalam air mancur yang berada di depan hotel, jangan tanyakan bagaimana nasib kertas yang ia kejar tadi, sudah berubah menjadi bubur. "Ah síal, Ben bisa ngomel seharian, nih." Ashton negegakkan tubuhnya sambil mengibaskan jasnya yang telah basah. "Kamu nggak pa pa?" Seorang gadis cantik berambut pirang tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya kepada Ashton untuk membantunya keluar dari air mancur. "Oh tidak apa apa, terimakasih nona." "Maaf, pasti gara-gara aku, kamu jadi tercebur." Gadis itu menunduk meremas ujung gaunnya. "Eh tidak-tidak. Semua adalah salahku nona. Nggak ada hubungannya denganmu." Ashton terperangah ketika melihat wajah gadis itu yang terlihat sangat cantik apalagi sik
"Ash, hari minggu kamu tidak sibuk bukan?" Meg bergelayut manja di lengan Ashton yang sedang menyetir mobilnya. "Kenapa?" Ashton tersenyum sangat cerah karena bisa menjadikan Meg Ryan sebagai kekasihnya, gadis manis yang sudah menjadi tambatan hati semenjak mereka bertemu untuk pertama kalinya. "Ih nggak peka." Meg memukul lengan Ashton. Ashton menepikan mobilnya. "Kenapa manis?" Dengan kedua belah tangannya, Ashton menangkup wajah Meg yang sedang cemberut dan terlihat sangat lucu. "Aku ada kegiatan, aku ingin kau menemaniku untuk menghadiri pameran lukisan. Dan aku mengikuti salah satu lomba yang diadakan disana." "Oh cuma itu. Aku kira kenapa?" "Itu penting buat aku." Mata Meg mulai berkaca. "Oke sayang, penting buatmu,pasti penting juga buatku." Ashton membelai pipi mulus Meg lalu melumat bibir merah kekasihnya dengan lembut. "Ashhhh." Pipi Meg meron
"Ash, jangan tinggalkan aku, aku sangat mencintaimu." "Kau mabuk sayang, sebaiknya istirahatlah, besok tubuhmu pasti akan kembali segar." "Eeem," Meg menggeleng, ia mengeratkan tangannya untuk memeluk tubuh Ashton. Sebagai laki-laki dewasa yang normal, Ashton begitu terangsang dengan ulah Meg yang mendekapnya erat dalam posisi Ashton yang menindihnya dari atas. Bau harum aroma bunga lavender yang menguar dari tubuh Meg membuat sisi liar Ashton meronta keluar ingin dilepaskan. Jari lentik Meg mulai menggerayangi tubuh Ashton dengan intens. Meg mulai menarik resleting gaunnya sehingga separuh buah dàdanya yang mulus kelihatan menyembul. "Apa aku kurang cantik, sehingga kau menolakku, Ash?" Meg mulai mengeluarkan jurus ampuhnya, air mata. Ashton yang melihat mata Meg mulai mengembun, menjadi luluh. "Sebaiknya kita lakukan nanti setelah kita menikah, sayang."Ashton masih beru
"Ada yang ingin kau sampaikan?" Jack Garner yang sedang duduk di kursi, berada di dalam rumah kaca, memandang Ashton yang terlihat gugup. "Aku punya satu permintaan, opa." "Ha ha ha kau tidak pernah berubah, dari dulu tidak suka basa-basi. Kalau kau ingin sesuatu dariku, bisakah kau merayuku terlebih dahulu, agar aku bisa luluh, mengabulkan permintaanmu, Ash." "Opa tahu, sejak dulu sifatku sudah begini. Sulit untuk merubahnya, aku tidak ingin menjadi orang lain." "Sama seperti ayahmu, kaku dan keras kepala. Sudah sebesar ini selalu membuatku khawatir, dasar." Jack mengembuskan napasnya "Maaf opa." Ashton merasa bersalah. "Sekarang katakan,apa keinginanmu!" "Aku ingin bertunangan dengan Meg secara resmi." Tidak ada ekspresi apapun yang terlihat diwajah Jack, ia diam memandang Ashton yang menundukka
'Dàmn he's so hot.' Batin Meg menjerit kencang. "Heiiiii kenapa sayang, kau terpesona dengan sepupu tampanku, ini?" Ashton tertawa melihat Meg mematung setelah berkenalan dengan Benedict. "Ah tidak, Ash, bagiku kau yang tertampan." Dusta Meg. "Aku tahu, itu sebabnya kenapa aku begitu mencintaimu, sayang. Aku sudah tidak ingin yang lain, Meg." Ashton memeluk Meg dengan erat. Sedangkan mata Meg masih memandang Sosok Benedict dengan tatapan lapar. Walaupun tubuhnya dipeluk oleh Ashton namun hatinya mengembara ingin bermain-main dengan Benedict. Pria misterius yang sangat mempesona. Hatinya tergelitik untuk bisa lebih dekat dengan Benedict. Atau bila ada kesempatan, ia ingin berdekatan denganya memadu kasih, gila memang. Pikiran Meg sudah gila tanpa dirayu, Meg sudah luluh dalam sekali pandang. Ashton memang tampan tapi Benedict jauh lebih mempesona dan menantang. Andaikan yang menjadi tunangannya adalah Benedict sun
"Pagi sayang?" "Pagi." "Kenapa, hum?" "Ah tidak apa-apa, Ash." "Semalam kau tidak tidur nyenyak, kenapa?" Ashton menggenggam tangan Meg. "Mungkin kecapek'an, Ash. Aku akan susah tidur kalau kecapek'an."Dusta Meg, sebenarnya ia terbayang-bayang dengan Benedict. Pagi ini Ashton dan Meg sudah berada di ruang makan untuk sarapan, sedangkan Benedict dan Jack Garner belum juga kelihatan. "Brenda, Opa belum turun juga?" Ashton bertanya kepada kepala pelayan keluarga Garner. "Belum, tuan muda. Biar saya panggil dulu." "Oke. Sekalian panggil juga Ben untuk segera turun." Mendengar nama Benedict di sebut oleh Ashton, Meg teringat adegan panas di dapur, yang membuat moodnya hancur. Namun pagi ini ia harus terlihat cantik untuk meninggalkan kesan yang bagus di mata Benedict. Semoga bisa menarik perhatian Benedict, do'a Meg dalam bathin."
"Tidak disangka kita akan kembali lagi ke sini." Rihana saat ini berada di dekapan Ashton."Benar, Riri. Aku tidak menyangka juga jika kita kembali ke Pulau Bali dengan status yang berbeda. Dulu kau dan aku datang ke tempat ini dalam keadaan single. Sekarang kita telah menikah dan orang yang menjadi partnerku adalah kau, gadis jutek yang marah-marah karena salah mengenai koper.""Please, aku mohon jangan kau ungki-ungkit masalah itu lagi, Ash, kau membuatku malu saja.""Tidak perlu malu karena aku sudah melihatmu seutuhnya bahkan aku sudah menikmati semua apa yang ada di tubuhmu.""kau ini, Rihanna menyebut perut Ashton dan laki-laki itu pun terkekeh."Jangan lupa setelah sampai di Villa kau harus memberikan bagianku.""Seharusnya aku memilih Benedict daripada kau untuk menjadi suamiku.""Kata-kata apa ini?" Ashton tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rihanna."Menjauhlah dariku, aku membencimu sekarang." Rihanna berpindah tempat duduk untuk menjauhi Ashton."Sayang, kau tidak
"Aston kau sudah bangun?" Meg dengan tingkat kepercayaan tinggi bertanya kepada laki-laki yang berada di sampingnya itu."Hai kau siapa?" Meg pura-pura kaget melihat keberadaan Rihanna di kamarnya."Hai, aku Rihanna. Aku adalah mantan tunangan laki-laki yang berada di sampingmu.""Maksudmu kau sudah bertunangan dengan Aston dan dibatalkan, ya?" Meg tertawa dibuat-buat."Kau salah, laki-laki yang berada di sampingmu itu adalah Anthony bukanlah Ashton.""Apa? Tidak mungkin." Meg berteriak setelah melihat wajah laki-laki yang berada di sampingnya itu. Dia adalah Anthony sepupunya sendiri."Hei, bangun, bangun!" teriak Meg.Anthony terbangun. "Kenapa kau yang di sini?""Seharusnya aku yang bertanya. Kau bukanlah Ashton. Apa yang kau lakukan, brengsek!" Meg mengamuk sambil memukul wajah Anthony."Ada apa? Kenapa kau sangat ribut sayangku, Ana?" Anthony masih saja belum bisa"Aku bukan Rihanna! Aku bukan mantan tunanganmu! Aku Meg, bodoh!""Apa?" Anthony bingung. "Kenapa kau mengamuk? Pasti
"Ben, aku ingin bicara, bisa kau temui aku di kafe sebelah mall Palm?" Ashton ingin berdiskusi dengan Benedict tentang kebersamaan Anthony dan Meg. Walau bagaimanapun Meg adalah wanita masa lalu mereka berdua dan Rihana pun juga adalah calon wanita masa depan mereka."Ini penting, kau pasti ingin tahu kenapa Meg dan Anthony bisa makan siang bersama dan terlihat akrab?"Ashton menjauhkan ponselnya saat mendengar jeritan Benedict dari dalam ponselnya."Ya, cepatlah jika kau tertarik untuk mengetahui alasan kebersamaan mereka." "Dasar, si Ben membuat telingaku sakit." Ashton mengusap telinganya.Beberapa menit kemudian, Benedict sudah berada di hadapan Ashton dengan napas yang terengah."Ayo katakan bagaimana kejadiannya. Kenapa bisa mereka berdua akrab dan kenapa pula si Meg nisa berada di sini? Ini pasti bukan suatu kebetulan, kan?" tanya Benedict."Ini yang aku ingin diskusikan denganmu. Aku juga bingung, kenapa gadis itu bisa berada di sini? Dua tahun mengenalnya, aku belum pernah me
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak
Mata Ashton terbelalak saat Rihana menurunkan celana dalamnya lalu menendang segitiga berwarna hitam itu sehingga terlepas dari kakinya."Seperti ini, sama seperti denganmu?" Rihanna merangkak lalu duduk di pangkuan Ashton. Keduanya saling berhadapan dan kedua alat vital mereka saling bersentuhan. Darah Ashton mendidih. Sudah sangat lama dirinya belum pernah menyentuh wanita pasca pengkhianatan Meg. Jika dihitung sudah dua tahun lebih. Dirinya tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita manapun karena terlalu malas dan takut terkhianati. Namun setelah bertemu dengan Rihanna di Bandara Ngurah Rai Bali, jiwa kelelakiannya kembali bangkut dan hasrat untuk menjadikan Rihanna kekasihnya begitu kuat. "Kau sangat cantik, Riri." puji Ashton. Ia lalu menyentuh buah dada Rihanna. "Lembut, ini … sangat lembut." gumam Ashton.Ashton lalu menundukkan wajahnya. Naluri laki-lakinya mendekati dada Rihanna. "May I ….""Sure, silakan." ucap Rihanna yang merutuki mulutnya karena lancang mempersilak