Home / Romansa / BERUANG GUNUNG ALTAY / 03. Makhluk Misterius

Share

03. Makhluk Misterius

Author: Namira
last update Last Updated: 2021-08-31 14:37:54

Rumpun bunga matahari bergoyang tertiup angin. Kupu-kupu besar datang dan terbang berputar-putar mengibaskan sayap yang berwarna-warni, kemudian hinggap di kuntum bunga. 

Seekor kadal pemangsa tiba-tiba melompat ke luar dari dalam rumpun bunga mencaplok kupu-kupu itu, lalu menelannya sedikit demi sedikit. Inara dan kedua temannya sampai bergidik ngeri melihatnya. Mereka baru tiba dari lembah.

Rumpun bunga itu berada di pinggir dataran rumput hijau yang dikelilingi pohon rimbun dan rumpun semak. 

Raka mengamati situasi sejenak. Padang rumput itu cukup luas, aman dari genangan air bila hujan, dan jika ada ancaman binatang buas bisa diantisipasi lebih awal karena kedatangannya terlihat.

"Lokasi ini cukup strategis."

Raka berjalan ke tengah padang rumput dan menaruh barang bawaan di atas rumput diikuti teman-temannya.

Jonan dan Oldi segera menyiapkan peralatan untuk mendirikan tenda. Raka pergi mencari kayu ke tepi hutan untuk membuat beberapa pasak. Gadis-gadis metropolis itu berkumpul di bawah pohon berdaun rindang, bersebelahan dengan Raka yang mulai sibuk bekerja. Pemuda itu membuat pasak dari dahan kecil yang mati.

Mereka mengeluarkan ponsel masing-masing, baik GSM maupun satelit. Aktifkan layar. Tidak ada sinyal. Mereka heran, padahal dataran ini cukup tinggi, dan mereka menggunakan kartu provider yang sudah memiliki jaringan di seluruh daerah. Pulau ini adalah wilayah terluar negeri ini, tapi masih dalam jangkauan satelit.

Inara tidak tahu persis kapan sinyal itu mulai hilang. Di kantor biro wisata alam sinyalnya kuat. Dia bisa berkomunikasi dengan sponsor yang meminta beberapa foto. Handphone-nya baru dibuka lagi setelah mereka terdampar di kaki bukit ini.

"Aneh," gumam Inara tak habis pikir. "Kok tidak ada sinyal? Padahal areal ini terjangkau oleh satelit."

Maysha tak kalah herannya. "Ada yang tidak beres. Bukit ini jangan-jangan magnet hill."

Inara pernah membaca sebuah literatur, di negeri ini magnet hill cuma ada satu dan letaknya bukan di pulau ini. Atau karena secara hukum belum terdaftar sebagai wilayah NKRI, bukit ini luput dari penelitian?

"Setahuku magnet hill tidak menyerap gelombang elektromagnetik," kata Inara.

"Jangan-jangan...." Kirei tidak meneruskan kata-katanya. Di wajahnya membersit perasaan takut.

Inara memandang jemu. "Ada penunggunya? Masa penunggu cemilannya sinyal?"

Kirei selalu menghubungkan fenomena alam dengan hal-hal yang berbau mistis. Padahal tidak setiap peristiwa yang terjadi di alam dapat diterima secara logika, maka itu ada istilah keajaiban dunia.

"Kalian pernah dengar cerita anak-anak Mapala?" Kirei memandang kedua temannya. "Pengalaman mereka selama bertualang?"

"Apa itu?" tanya Inara acuh tak acuh.

"Mereka sering mengalami kejadian aneh. Kejadian yang tidak masuk akal. Seperti apa yang dialami si Lola di Gunung Jayawijaya. Kalian tahu apa yang membuat si Lola terjebak di ngarai?"

"Keganjenan." Inara melirik Raka ingin tahu reaksinya. Pemuda itu sudah selesai membuat pasak, dan sepertinya tidak mendengarkan obrolan mereka. Dia pergi dengan tenangnya. "Cari perhatian sama gorila."

"Kamu kayaknya tidak kalah ganjen," sindir Maysha.

Inara tidak peduli. "Aku cuma tahu Raka dan Jo berani bertarung dengan alam untuk menyelamatkan si Lola, dalam kondisi cuaca yang sangat buruk dan medan yang sangat sulit, padahal tim SAR sudah angkat tangan. Kejadian anehnya tidak tahu."

"Ada penggenap ngajak jalan-jalan," sahut Kirei dengan bulu kuduk berdiri.

Penggenap adalah makhluk halus yang menyerupai seseorang dan biasanya mengganggu kelompok pencinta alam yang berjumlah ganjil. Cerita itu viral di tahun 90-an. Inara pernah baca di arsip Mapala. Takhayul. Tidak mungkin puluhan tahun menghilang tiba-tiba legenda itu muncul lagi. Selama rentang waktu tersebut, penggenap itu pensiun?

Inara tersenyum kecut. "Penggenapnya pasti mirip Raka."

"Penggenapnya mirip senior kita yang dinyatakan hilang tertimbun salju beberapa tahun yang lalu di Gunung Jayawijaya."

"Nah, betul kan?"

"Main betul saja," sambar Maysha. "Memangnya kamu pernah lihat?"

"Senior kita itu wajahnya persis Raka. Fotonya dipajang di sekretariat Mapala."

"Ya terus?" tatap Maysha acuh tak acuh. "Senior kita ngajak nge-date si Lola di ngarai?"

"Apa lagi? Si Lola tentunya enjoy saja diajak nge-date, sangkaannya itu Raka, padahal halu."

"Cupu banget si Lola. Masa diajak ke ngarai tidak curiga?"

"Lagi fall in love mana punya curiga sih?"

"Katanya tidak tahu," sindir Kirei. "Itu hapal betul."

"Pasti begitu ceritanya, apa lagi coba?"

"Kalau urusan si Lola, teman kita ini prediksinya tidak pernah meleset."

"Bullshit," bantah Maysha. "Mereka datang ke Jayawijaya bukan untuk maksiat, masa kena prank makhluk astral?"

"Belum tentu tidak maksiat," sahut Inara. "Mereka malah bebas untuk berbuat apa saja, tidak ada Satpol PP."

"Aku bilang nih sama Raka," ancam Maysha.

"Maksud aku bukan Raka. Mapala kan banyak."

"Gara-gara tidak percayaan kayak kamu si Lola kira makhluk astral itu benar-benar Raka."

"Terus apa hubungannya sama satelit?" tanya Inara. "Sama sinyal?"

"Sst...." Tiba-tiba Maysha memberi isyarat agar mereka diam, pandangannya terarah ke sebuah dahan di dalam hutan dengan mimik muka seperti melihat makhluk yang menakutkan. "Ada yang ngintip kita."

Spontan Kirei bergeser posisi berdirinya ke belakang Inara. Matanya memandang ke dahan itu dengan ketakutan.

Maysha tertawa. "Bercanda."

"Bikin kaget saja," omel Kirei. "Jangan main-main deh. Hutan ini angker."

"Tahu dari mana hutan ini angker?"

"Buktinya tidak ada sinyal, padahal di tempat lain ada."

"Kalau tidak ada sinyal, bukan berarti hutan ini angker. Bisa saja lagi ada gangguan satelit."

Kirei berpikir sejenak. "Benar juga. Aku nggak kepikiran sama sekali."

"Otakmu sudah dipenuhi cerita takhayul sehingga logika tidak jalan."

"Kamu sendiri baru kepikiran sekarang."

"Otakku jadi lemot gara-gara dengar cerita pepesan kosong."

"Gangguan satelit masa lama banget?" keluh Inara. "Mestinya aku bawa anak indigo. Jadi bisa tahu ada apa di hutan ini?"

Mereka tidak tahu kalau di dahan rimbun yang dimaksud Maysha benar-benar ada sosok misterius yang mengintai. Dua tangkai daun tampak bergerak merenggang seperti ada yang menyingkapkan. Sayup-sayup terdengar suara tarikan nafas ganjil dan menyeramkan. Tapi tidak terlihat sosok makhluk apapun.

Telinga Inara rupanya cukup tajam sehingga dapat menangkap suara itu. Dia memandang mereka dengan curiga. "Kalian tidak dengar sesuatu?"

"Sudah deh jangan lebay," sahut Kirei. "Kalau mau menakuti aku, pakai cara lain."

"Demi."

"Pokoknya aku tidak percaya."

"Ya sudah kalau tidak percaya."

Inara pergi meninggalkan mereka. Dia menghampiri Raka dan kawan-kawan yang masih sibuk bekerja. Tenda hampir selesai dibangun, tinggal finishing saja. Variasi bentuknya menarik, berjendela dan berpintu dengan model unik, dalam tenda beralas terpal, serta mempunyai teras.

Sosok misterius itu mengintip dengan berpindah tempat dari satu dahan ke dahan berikutnya mengitari padang rumput, menimbulkan gerakan unik pada daun yang dilewati, daun itu bergerak searah bergelombang.

Jonan sempat melihat kejadian itu. Dia berhenti mengikat tali pada pasak yang tertancap di tanah. Matanya mengamati dengan heran.

Raka datang menyentuh bahunya. "Dia mengintai kita sejak dari sungai, entah apa, aku cuma lihat tambang perahu putus, dus beterbangan, dan perahu hanyut dengan cepatnya ke hilir."

"Siapapun itu, berani bermain-main denganku berarti sudah cukup nyali dan akan menemukan hari sialnya."

Sikap Jonan yang suka menganggap remeh ini kadang menjerumuskannya ke dalam kesulitan. Beberapa peristiwa bahkan hampir membuatnya celaka.

Raka bangkit dari jongkoknya, berjalan ke depan tenda melewati Oldi yang sibuk menggali parit dengan pancong. Oldi tidak tahu kejadian itu. Hasil kerjanya sudah lebih dari separuh mengitari tenda.

Raka masuk ke dalam tenda dan membongkar dus berisi meja pasang ulang. Dia keluarkan unit meja satu per satu, lalu memasangnya dengan bantuan obeng. Meja itu berkaki rendah berbentuk lingkaran.

Ruangan tenda cukup besar. Atapnya tinggi sehingga tidak sumpek. Jadi leluasa untuk beraktivitas. Gadis-gadis metropolis itu masuk ke dalam tenda. Mereka duduk di karpet bulu.

"Kita semua tidur di mari?" tanya Inara dengan tatap mata sedikit resah.

"Keberatan?"

Tenda ini leluasa untuk tidur enam orang. Tidak berdesakan. Tapi tidur satu ruangan bersama laki-laki adalah sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Di dalam tenda ternyata tidak ada partisi. Pemuda itu bebas menggerayangi di saat dirinya tertidur. Dia menyesal cuma membeli satu tenda.

"Tenda ini tidak ada sekatnya."

"Ada masalah?"

Inara memandang dengan sinar mata mencurigai. "Jadi kamu selama ini tidur satu tenda sama cewek Mapala?"

Tentu saja tidak. Pendaki pemula saja yang tidur di dalam tenda. Mapala senior memakai sleeping bag. Raka dan Jonan bahkan tidur tanpa pelindung, tergeletak begitu saja di alam terbuka.

"Aku naik turun gunung, di kita dan negeri orang, belum pernah ada perempuan menatap aku seperti itu," dengus Raka dingin. "Kamu pikir kamu itu siapa? Baru jadi puteri kampus sudah berani mencurigai aku. Boleh taruhan, kamu jauh lebih aman tidur satu tenda sama aku daripada tidur satu hotel sama si Jimy di Hawaii."

Inara merengut manja. "Baperan. Aku kan cuma tanya." 

"Ara cuma ingin memastikan kalau kita bertiga aman," bela Maysha. "Apa itu salah?"

Inara menghardik temannya dengan gaya seolah sangat percaya pada Raka, padahal maksudnya ingin menyindir. "Jelas aman dong, Mey. Maka itu dia cuma minta beli satu tenda. Aku ini siapa sih? Jadi puteri kampus cuma kebetulan, bisa juga jurinya kelilipan. Coba satu tenda sama si Lola, apa berani dia taruhan?"

Raka menaruh obeng di atas meja dengan agak kasar dan beranjak pergi. Di pintu tenda berpapasan dengan Jonan yang menjinjing dua buah dus. Pemuda itu memperhatikan wajah temannya sekilas. Kusut banget kayak cucian kotor.

Jonan menoleh ke mereka. "Kenapa tuh beruang salju?"

Mereka angkat bahu. Jonan berjalan ke pojok tenda dan menaruh dus.

"Kalian itu harusnya jaga baik-baik perasaan Raka," tegurnya. "Jadi wanita penghibur, bukan perusak suasana."

Maysha mendengus sinis. "Wanita penghibur.... Berani bayar berapa?"

"Kalau kamu gratis saja ogah."

"Sialan."

"Jo," panggil Inara. "Apa benar Raka tidak pernah berbuat apa-apa sama cewek Mapala?"

"Berbuat apa-apa bagaimana maksudnya?"

"Tidak paham apa pura-pura bego?" sergah Maysha.

"Tergantung siapa yang tanya."

"Kalau aku?"

"Bego gak bego tetap disikat."

"Sepatu kali disikat," celoteh Kirei.

"Liburan kemarin anak-anak Mapala berangkat ke Eropa," kata Inara. "Apa saja yang kalian lakukan di sana?"

"Ya begitu-begitu saja."

"Begitu-begitu saja itu apa?"

"Mendaki Mont Everest, pesta kecil-kecilan minum teh di kedai, terus pulang."

"Sudah begitu saja?"

"Ya apa lagi?"

"Raka juga?"

"Juga apa?"

"Jalan-jalan berdua sama si Lola misalnya?"

"Si Lola lagi, tidak ada gadis lain apa?"

"Cewek Mapala yang paling cantik kan si Lola, paling cantik di fakultasnya malah. Masa aku tanya jalan-jalan berdua sama gorila?"

"Jangan salah. Raka sering jalan-jalan berdua sama gorila. Satu yang Raka suka dari gorila, tidak pernah mencurigai."

"Aku tidak mencurigai."

"Berarti gorila," celetuk Kirei pelan.

"Raka pencinta alam sejati. Aku tidak tahu perempuan itu seperti apa di matanya. Gadis Mapala menjulukinya beruang salju."

"Kalau kamu beruang madu?" sambar Maysha. "Kerjanya menghisap madu perempuan."

"Aku pencinta keindahan, dan perempuan adalah yang terindah."

"Jadi cewek Mapala habisnya sama kamu?"

"Kanibal kali," kicau Kirei.

"Aku tidak suka pagar makan tanaman biar tanamannya suka dimakan."

"Lagi jajal-jajal," ancam Maysha.

Jonan tersenyum sinis. "Ancaman kamu sampah."

Jonan keluar. Oldi sudah selesai dengan pekerjaannya. Dia membantu temannya mengangkut barang.

Sementara itu Raka mengumpulkan kayu kering di tepi hutan. Kayu itu diambil dari ranting pohon yang mati. Kemudian dia memotong kayu itu dengan sangkur menjadi potongan-potongan pendek.

Inara datang dan berdiri di dekatnya. Raka tidak peduli. Asyik bekerja. 

Gadis itu berkata pada diri sendiri, "Kasihan si Inara dicuekin."

"Kalau datang untuk minta maaf, sudah aku maafkan," kata Raka tanpa menoleh. "Sudah kusiapkan stok maaf yang banyak. Kesalahan hari ini adalah awal dari kesalahan esok hari."

"Aku janji tidak akan melakukan kesalahan lagi."

"Hutan akan membuatmu ingkar janji."

"Berarti aku perlu minta maaf setiap hari."

"Dan aku perlu memaafkan setiap hari. Maka itu aku pergi bersama kalian."

"Kamu menyesal pergi sama aku?"

"Saat ini ada di Kilimanjaro kalau menyesal."

Inara memandang Raka dengan selidik. Laki-laki lain pasti grogi diperhatikan begitu oleh gadis secantik Inara. Tapi Raka kelihatan tenang-tenang saja.

"Aku lihat seperti ada beban di pikiranmu," komentar Inara.

"Sejak kapan kamu jadi paranormal?" tanya Raka sambil memotong ranting kering yang terakhir. Kayu bakar sudah cukup untuk api unggun malam ini. "Kamu sudah terpengaruh hutan ini, banyak ilusi."

"Cuma satu yang bisa membuat kamu kuatir."

"Apa itu?"

"Si Lola."

Raka menyimpan sangkur pada sarung yang tergantung di pinggang. Pekerjaannya selesai.

"Aku tahu si Lola kecewa tidak jadi pergi ke Kilimanjaro," kata Inara. "Teman-teman tentu banyak yang bersedia menghibur kecewanya di Hawaii. Kamu kuatir cintanya bergeser."

"Kamu sepertinya sengaja sebut-sebut nama itu," sahut Raka acuh tak acuh. "Ada persaingan apa lagi? Bukankah si Jimy sudah jadi milik kamu?"

Memperebutkan cover boy kampus itu adalah perseteruan mereka yang paling sengit. Menjadikan Jimy sebagai pacar merupakan jaminan untuk mendongkrak popularitas. Dia lagi naik daun berkat kontrak sinetronnya. Dan itu terbukti dengan terpilihnya Inara dan Jimy sebagai pasangan terfavorit tahun ini.

"Atau kamu ingin terpilih jadi gadis terdahsyat tahun ini? Yang memiliki segala kemampuan? Terlambat. Lola sudah menguasai persyaratan terakhir, jadi climber meski pas-pasan."

Raka mengumpulkan potongan kayu kering dan membawa pergi. Tapi langkahnya mendadak berhenti. Matanya menangkap sebuah gerakan pada rumpun semak di belakang Inara. Kemudian semak itu diam kembali. 

Penasaran Raka mendatangi dan kelihatan seolah ingin menghampiri Inara. Dia melihat seperti ada kelebatan bergerak menjauh, menyisir semak sehingga menimbulkan gerakan searah bergelombang. 

Inara mengira Raka memperhatikan dirinya. "Ada yang salah dengan aku?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Lalu apanya?"

"Ada apa sebenarnya?" pandang Inara curiga, sekilas menengok ke belakang, tidak ada apa-apa. "Kamu bukan lihat aku kan?"

"Aku lihat kamu, ternyata benar ada si Jimy di matamu," sahut Raka tenang. "Aku cuma ingin memastikan."

Inara gemas. "Aku lagi membayangkan si Lola berduaan sama cowok di Hawaii! Maka itu ada yang badmood! Masa yang kelihatan di mataku si Jimy?"

Pemuda yang berkelakuan aneh, pikir Inara dongkol. Atau memang begitu kebiasaan cover boy hutan? Matanya lebih tertarik melihat sebatang semak daripada sebatang tubuh bidadari!

Related chapters

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   04. Hutan Larangan

    Raka mempelajari peta Pulau Tak Bernama sambil makan apel. Oldi dan Jonan makan pir. Inara, Maysha, dan Kirei menyantap potongan buah menggunakan garpu. Mereka duduk mengelilingi meja beralas karpet bulu. Ada lima kaleng minuman dan beberapa butir anggur ruby yang belum tersentuh di meja. Di depan Raka ada botol air mineral. “Ada di mana kita?” tanya Inara. “Sektor empat.” Gadis-gadis itu berpandangan. Ketegangan muncul di wajah mereka. Sektor empat adalah daerah yang harus mereka hindari karena sangat berbahaya. Banyak kejadian yang belum terpecahkan hingga saat ini. “Hutan larangan,” desis Kirei ngeri. “Hutan mana kenal undang-undang?” kicau Oldi. “Ada larangan segala.” “Hutan ini tertutup untuk wisata alam,” kata Kirei ciut. Keganasan hutan ini melelehkan nyalinya. "Ada plank peringatan di sekitar sungai." "Kamu lihat plank itu?" tanya Jonan. Kirei tidak melihat di sepanjang sungai ada papan peringatan.

    Last Updated : 2021-09-02
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   05. Teror Di Malam Hari

    Sekitar tenda cukup terang dalam penerangan cahaya bulan. Sekali-sekali terdengar suara binatang yang membangkitkan perasaan seram, disusul lolongan panjang serigala. Di dalam tenda, sebuah lampu badai tergantung di tengah-tengah dengan cahaya redup, membuat keadaan di dalam lebih gelap daripada di luar, sehingga kelihatan jika ada binatang buas datang mengancam melalui bayangannya. Raka dan Jonan tidur terlentang di alas tenda tanpa melepas sepatu tactical. Mereka mengenakan celana loreng ala pasukan komando dan kaos crew neck yang elegan. Oldi tidur meringkuk di atas karpet bulu berbantal carrier. Dia memakai penutup kepala, blazer, kaos lengan panjang, dan celana jeans dengan ujung dimasukkan ke dalam kaos kaki tebal. Kelihatan heboh sekali. Kirei dan kawan-kawan berbaring beralas karpet bulu dengan bantal berisi udara. Kirei dan Maysha mengenakan jaket, Inara mengenakan sweat shirt. Tapi waktu itu tidak kelihatan karena sebuah selimut menutupi sel

    Last Updated : 2021-09-04
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   06. Misteri Pembunuhan Serigala

    Ceret yang dijerang di atas kompor mini berbunyi. Inara matikan kompor dan angkat ceret menggunakan serbet, lalu menuangkan airnya ke dalam gelas berisi susu bubuk di atas meja, semuanya ada enam gelas. Diaduknya satu per satu. Selain gelas, di meja ada enam piring kosong lengkap dengan pisau dan garpu. Hari ini dia kebagian jadwal menyiapkan sarapan pagi. Beres membuat susu, Inara meracik sandwich sambil sesekali menoleh ke teras lewat pintu tenda yang terbuka lebar. Kirei, Maysha, dan Jonan duduk santai di atas karpet bulu di teras menunggu hidangan sarapan pagi siap. Kirei bersikeras ingin pulang. "Pokoknya aku mau pulang kalau tim penolong datang. Tidak mau meneruskan petualangan, kapok." Dari semalam gadis itu merengek ingin pulang seperti anak kecil, membuat jengkel teman-temannya. Memangnya di kota gampang panggil taksi? "Berani pulang sendiri?" tatap Inara separuh mencemooh. "Kalau terjadi pelecehan seksual di kapal penjemput, te

    Last Updated : 2021-09-07
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   07. Rahasia Cinta

    Burung-burung berkicau meramaikan hutan. Suara binatang lain sesekali terdengar menyemarakkan suasana. Seekor harimau muncul dari rumpun semak dan mengaum keras. Burung-burung berhenti berkicau. Beberapa kera kecil yang bermain di tanah terkaing-kaing kabur ke atas pohon. Hutan mendadak sepi. Harimau itu berjalan dengan lambat melewati pepohonan. Di suatu tempat, dia mendongak ke sebuah dahan rindang seperti melihat sesuatu. Makhluk misterius bersembunyi di balik rimbunnya daun. Suara tarikan nafasnya yang ganjil dan menyeramkan terdengar sayup-sayup. Harimau itu terpaku diam. Matanya memandang dengan gentar. Makhluk tak kasat mata itu melompat turun dari dahan, berjalan mendekat secara perlahan. Suara tarikan nafasnya terdengar semakin nyaring. Tiba-tiba harimau kabur ketakutan, berlari sekencang-kencangnya menuruni lereng menuju ke lembah. Kejadian itu terlihat oleh Raka di kejauhan. Matanya memicing mencoba melihat lebih

    Last Updated : 2021-09-07
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   08. Kembali Ke Tenda

    Raka berlari dengan cepat menerabas semak-semak. Dia berharap Jonan menyadari adanya bahaya besar ini sehingga waspada terhadap ancaman yang muncul sewaktu-waktu. Mereka mendirikan tenda di area terbuka. Raka mulanya berpikir lokasi itu aman dari serangan binatang, tapi kemudian menjadi kesalahan besar karena mereka menjadi sasaran empuk orang-orang bersenjata. Makhluk ganas itu adalah ancaman yang paling serius. Dia bisa datang dan membantai mereka kapan saja. Situasi di sekitar tenda terang benderang karena hari ini cuaca sangat cerah, sehingga mereka tidak dapat melihat kemunculan makhluk itu. Hutan jinak ini jadi demikian liar karena kehadiran orang-orang mencurigakan dan makhluk ganjil itu. Mereka membuat wisatawan yang tersesat tidak bisa keluar hidup-hidup dari hutan ini. Raka memilih jalan yang tidak mudah dilewati, daerah yang kemungkinan kecil mereka jelajahi. Dia ingin menghindari kontak senjata dengan orang-orang asing itu sehingga tidak m

    Last Updated : 2021-09-14
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   09. Kekasih Terindah

    Sebuah dahan kering tampak patah menggantung. Dahan itu berpangkal pada pohon tua yang tumbuh menyendiri di tepi jurang. Ada dua dahan lagi di atasnya berdaun jarang. Sayup-sayup terdengar suara tarikan nafas ganjil dan menyeramkan. Makhluk itu berada di dahan kedua. Daun bergerak searah secara halus tertiup hembusan nafasnya. Seekor serigala muncul dari sebuah rumpun semak. Dia menggeram dengan mata mencorong tajam ke dahan itu, lalu kepalanya mendongak ke langit dan melolong panjang. Makhluk tak kasat mata itu merasa terusik. Dia mengerang marah dengan suara yang sangat menyeramkan. Kemudian turun dari atas pohon dengan menggelosorkan tubuh. Kulit batang berkelupasan dan berjatuhan ke jurang. Makhluk itu berkelebat melintasi rerumputan memburu serigala. Rumput hijau itu bergerak searah secara bergelombang terkena sambaran angin pergerakannya. Serigala berlari sekencang-kencangnya berusaha meloloskan diri dari perburuan. Makhluk i

    Last Updated : 2021-09-28
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   10. Tragedi Mengerikan

    Jonan dan Raka menggenggam senjata siap tembak sambil berjalan agak cepat. Mata kedua pemuda itu mengamati sekeliling dengan waspada. Mereka berada di daerah terbuka, terdapat sedikit semak-semak. Ancaman bisa datang dari berbagai penjuru. Mereka harus melewati wilayah ini secepatnya. Gadis-gadis metropolis itu mulai kelelahan, keringat membasahi wajah, nafas sengal-sengal. Kaki mereka sudah lemas. Kirei kelihatan paling parah. Dia berjalan gontai. "Aku tidak kuat lagi." Kirei duduk di akar pohon yang menonjol panjang di permukaan tanah, Maysha dan Inara juga. Mereka mengatur nafas yang terengah-engah. "Istirahat sesukanya," kata Raka dengan mata mengawasi ke setiap penjuru. "Terima kasih." "Sesukanya pula makhluk itu menyantap kamu kapan saja." "Katanya dia ada di lereng selatan," sahut Maysha. "Sekarang tiba-tiba saja ada di lereng utara, sebenarnya di mana dia tinggal?" "Tanya sendiri sana alamatnya di mana," sambar

    Last Updated : 2021-09-28
  • BERUANG GUNUNG ALTAY   11. Mencari Barang

    Perjalanan ini jadi lambat karena gadis-gadis metropolis itu. Raka tidak bisa memaksa mereka untuk berjalan lebih cepat. Mereka belum terbiasa menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Biasa naik-turun mobil. Perjalanan semakin lambat karena medan yang dilalui cukup sulit. Padahal bahaya tidak bisa menunggu. Raka terpaksa harus berani mengambil risiko memilih jalur yang tidak banyak rintangan, berjalan di area terbuka. Dia memasang kelima inderanya baik-baik untuk menghadapi ancaman yang sewaktu-waktu datang dari segala arah. Sungguh situasi yang tidak menyenangkan. Mereka berada di bawah perlindungannya, tapi tidak dapat melaksanakan strategi yang diterapkan karena keterbatasan fisik. Dia berharap keberuntungan menaungi mereka. Inara dapat memahami situasi pelik ini. "Aku tidak ingin jadi beban. Kamu lakukan apa yang kamu bisa. Seandainya aku harus kehilangan nyawa di hutan ini, jangan jadi penyesalan di kemudian hari." "Aku tidak akan membiarkan itu

    Last Updated : 2021-10-04

Latest chapter

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   53. Cinta Di Senja Hari

    Oldi menginginkan Elena dimakamkan di lokasi di mana perempuan itu tewas. Tenaga medis yang datang bersama Bernard tidak keberatan memenuhi permintaan itu. Tapi mereka tidak membawa peralatan untuk prosesi pemakaman, sedangkan peralatan yang ada di kastil rusak berantakan. Permasalahan baru teratasi setelah dua helikopter jenis angkut militer mendarat di sekitar kastil membawa sebuah peti dan perlengkapan lain untuk prosesi penguburan sesuai permintaan Jonan. Tidak lama pengurusan jenazah berlangsung, satu jam kemudian Oldi sudah menaburi gundukan tanah merah dengan bunga matahari. Air mata Oldi berderai saat berjongkok dekat batu nisan berupa bongkahan puing yang mengakhiri hidup Elena. Kalung berlian dan tas mungil tergantung di ujung bongkahan yang runcing. "Di sini aku pertama kali menemukan cintaku," isak Oldi pilu. "Di sini pula aku kehilangan cintaku. Hari-hari begitu singkat bagi kita. Tapi namamu akan terukir s

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   52. Pertarungan Hidup Dan Mati

    Jonan terbujur tidak bergerak di atas daun-daun mati. Pistol tergeletak di sisinya. Perlahan-lahan jari tangannya bergerak. Matanya terbuka sedikit. Pemandangan di sekitar rumpun semak kelihatan blur, kemudian berangsur kelihatan semakin jelas, asap hitam pekat sudah lenyap. Jonan mencoba bangkit sambil menekap luka di dada. Tapi akhirnya tidak kuat dan kembali terkulai. Raka datang membantu dan membawanya ke pohon terdekat, disandarkan ke batang. Raka merobek kaos bagian dada, lukanya cukup dalam. Diarahkan pandang matanya ke sekitar dan berjalan ke tanaman perdu berdaun kecil. Dia ambil beberapa tangkai. Di sehelai daun tanaman perdu ada cairan kental berwarna coklat kekuning-kuningan cukup banyak, Raka petik daun itu. Sambil lewat diraihnya carrier yang tergeletak di tanah. Daun yang ada cairannya dia serahkan ke Jonan dan langsung disantapnya. Daun-daun kecil dia kunyah, hasil kunyahan dibalurkan ke dada temannya. Raka melakukan hal itu sampai luka Jonan

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   51. Bayang-bayang Kematian

    Raka melangkah di jalan marmer taman bunga matahari dengan pistol terselip di belakang pinggang. Jaring berisi bola basket diikat di pinggang. Jonan berjalan di sampingnya, menggendong ransel berisi bowling pin kecil dan besar, dua pucuk pistol terselip di perut."Aku biarkan mereka membodohi kita supaya teman kita tidak kenapa-napa," kata Raka. "Mereka terlindung dari kebejatan mafia dengan jadi sandera. Jumlah mafia yang tersisa mungkin lebih dari itu.""Ada saatnya teman kita kenapa-napa, pada saat Doktor Chiara menghabisi kita dengan senjata ballpoint," sahut Jonan. "Aku tahu senjata itu tidak cuma satu. Yang itu sudah dirusak tombolnya.""Berapapun senjata yang dimiliki, dia tetap perempuan.""Doktor itu memiliki senjata laser yang paling hebat dari ciptaan makhluk di bumi.""Jangan memuji setinggi langit hasil ciptaan manusia.""Aku hanya waspada.""Aku tidak percaya kamu bisa mati di tangan perempuan.""Tapi aku tidak bi

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   50. Tertawan

    Oldi merasa cinta karena fisik ternyata cuma seumur jagung. Dia mulanya terhanyut oleh pesona kecantikan Elena. Setelah mereguk secawan kenikmatan, semua jadi biasa saja. Tidak ada yang istimewa pada perempuan itu. Oldi tidak peduli saat Elena marah atas perbuatan kurang ajarnya pada Doktor Chiara. Mereka mestinya tahu simpati itu untuk perempuan yang bagaimana. Jangan mentang-mentang satu gender main bela saja. Oldi membiarkan saja Elena pergi ke kamar Inara. Entah kenapa. Saat dia terlalu gampang mendapatkan apa yang diinginkan, dia bukannya senang, malah kecewa. Barangkali dia perlu lebih banyak belajar tentang cinta. Sebenarnya ada rasa gentar di hati Oldi untuk mengarungi hidup bersama Elena. Terakhir perempuan itu jadi simpanan orang besar yang dia tahu memiliki banyak body guard. Tentu orang itu tidak tinggal diam. Dia bisa jadi bulan-bulanan body guard itu. Dia merasa hidupnya tidak bakal nyaman. "Semua perempuan jadi kelihatan biasa kal

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   49. Pemboikotan

    Dengan ketus Inara menaiki anak tangga ke atap menara bundar. Di sampingnya menemani Raka, wajahnya kelihatan tenang. Maysha, Kirei, dan Elena mengikuti di belakang. Sore ini Inara ingin pulang sebagai bentuk protes atas investigasi yang menyebalkan itu. "Teman kamu brengsek," dengus Inara muak. "Mempermainkan perempuan seenaknya." "Itu tugas hidupnya," sahut Raka santai. "Jadi sulit berhenti." "Kamu juga?" "Jangan pukul rata." Inara menoleh dengan sinis. "Orang asyik nonton. Tidak ditelanjangi saja sekalian." "Maunya si Jo begitu," kata Raka seolah sengaja ingin membuat Inara tambah marah. "Tapi apa bisa Doktor Chiara cerita sambil telanjang?" "Seneng kali." "Biar lagi marah gak hilang cakepnya." "Sebel." "Senang betul?" sambar Kirei asal. "Jadi kamu

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   48. Investigasi Menyebalkan

    Bangunan itu terletak di bawah tanah. Berlantai dua di sepanjang sisinya. Belasan pria asing berjaga-jaga di lantai atas dengan senjata otomatis di tangan. Mereka mengawasi beberapa pekerja di lantai bawah yang sibuk melakukan packaging. Hasil packaging diangkut oleh forklift ke sebuah ruangan besar di mana kapal selam sudah menunggu. Mesin berukuran raksasa bising beroperasi memproduksi opium duplo. Tabung silinder besar berisi ekstrak komposit bunga matahari dan bakung emas berputar kencang dan hasil penyulingan mengalir melalui sistem yang rumit ke tabung vertikal sebagai penampung, yang selanjutnya mengucur lewat outlet untuk dimasukkan pada bola di sirkuit cakram, bola yang sudah terisi menggelinding ke bagian packaging. Di sebuah ruangan di lantai dua, berkumpul para petinggi kastil. Mereka duduk di sofa lingkar. Doktor Chiara duduk di sofa tunggal, seorang perempuan berwajah pribumi keturunan, sangat cantik dan seksi. Dia tengah memberi instruksi kepada dua or

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   47. Barang Bukti Super Canggih

    Ketika alat pelacak tidak dapat mendeteksi, maka insting yang digunakan. Raka tahu di kamar ini banyak menyimpan teka-teki. Dia berpikir keras mencari tahu jawaban dari teka-teki itu. Raka berjalan lambat-lambat memeriksa isi kamar. Matanya kelihatan betah sekali mengamati barang-barang antik yang ada. Inara memperhatikan setiap gerak-gerik Raka sambil berbaring tengkurap di tempat tidur. "Ngapain periksa-periksa? Orangnya sudah tidak ada." "Tahu dari mana orangnya sudah tidak ada?" "Nyatanya tidak muncul-muncul." "Bukan berarti sudah tidak ada." "Kamar ini adalah kamar pimpinan tertinggi kastil. Semua benda dan perabotan yang ada sangat eksklusif dan bernilai seni tinggi, berbeda dengan kamar lain. Sepasang insan berbeda usia pada dua lukisan itu adalah pemiliknya. Mereka pasti sudah tewas dalam kontak senjata di dekat perairan internasional." Pemi

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   46. Ranjau-ranjau Hati

    Kirei benar-benar dongkol. Rencananya dia dan Maysha tidur satu kamar. Mereka memilih kamar ujung yang view-nya bagus. Jonan masuk lebih dulu untuk memastikan kamar itu aman. Padahal buat apa diperiksa? Orang-orangnya sudah ditangkap. Ketika Kirei menyusul masuk, tiba-tiba Maysha mengunci pintu dari luar. Tentu saja Kirei gelagapan. Percuma teriak-teriak, Maysha mendadak tuli. Lagi pula kamar itu kedap suara. Akhirnya Jonan kena tumpahan kejengkelan Kirei. "Kamu lagi pakai periksa kamar segala. Cari pembalut bekas?" "Orang-orangnya sudah tidak ada bukan berarti tidak ada ancaman," sahut Jonan santai. "Makanya jadi orang jangan suka iseng." "Kalau Ara memang ingin satu kamar sama Raka," dalih Kirei. Jonan mendengus sinis. "Terus menurutmu aku ingin satu kamar sama kamu? Malahan aku curiga ini settingan biar kamu bisa satu kamar sama aku." "Pede banget sih kamu?"

  • BERUANG GUNUNG ALTAY   45. Kupinjam Cintamu

    Kamar itu terletak di lantai empat, sangat luas dan sangat mewah, dengan interior perpaduan abad pertengahan dan abad modern, terdapat beberapa jendela besar menghadap ke hutan dan Samudera Hindia. Beberapa lukisan kuno naturalisme gotik bernilai seni tinggi terpampang di dinding, pesona dinding bertambah indah dengan lukisan besar berupa potret pemilik kamar bergaya ala Ratu Pantai Selatan, di sebelah lukisan lelaki tua menunggang kuda bertopi cowboy. Perabotan yang sangat berkelas dan antik tertata rapi dan menarik. Kamar mandi berdinding kaca bening dengan bathtub dan shower beratap serta bertirai tipis keemasan. Meja rias berlapiskan emas dengan model unik. Televisi layar datar berukuran besar berpadu serasi di dinding. Di setiap sudut kamar terdapat guci sebagai pot bunga matahari dan bakung emas yang tumbuh tinggi, tampak alami dan segar. Tempat tidur berukuran big dan berlapiskan emas terletak di tengah kamar. Di kasur yang sangat empuk tergolek tubuh

DMCA.com Protection Status