"Gue mau resign" ucap Maya tanpa ekspresi.
Rere memandang Maya lama tanpa berkedip.
"Resign?"
Maya mengangguk.
"Emang elo udah dapet penggantinya?" tanya Rere dengan senyum mengejek.
Maya bungkam.
"Elo tau kan, aturan di Cambria?" tanya Rere sambil menyesap rokoknya.
Maya diam.
Maya tahu.
"Elo kalo mau keluar dari bisnis bunda Merri. Siapkan pengganti atau siap ganti rugi" jelas Rere mantap.
Maya sudah tidak bisa apa-apa. Tidak mungkin Maya mengorbankan wanita lain hanya untuk menguntungkan dirinya.
Cambria memang punya aturan khusus. Tidak sembarangan keluar masuk. Kalau ingin keluar, harus siap wanita sebagai pengganti. Agar Cambria tidak kekurangan wanita penghibur nantinya.
Untuk ganti rugi, Maya juga tidak bisa. Uang untuk bayar kontrakan pun Maya ha
Sejak aksi percobaan pemerkosaan yang dilakukan Doni pada Maya, Maya sudah tidak pernah lagi datang ke Alfaapril dekat kontrakannya. Rasa takut menghantui dirinya setiap hari. Namun, lebih khawatir dengan keselamatan Elang. Si kasir Alfaapril tersebut, tidak berhenti mengirimi Maya pesan teror dan pesan basa-basi ingin menyewa Maya. Tidak ada satupun pesan Doni yang Maya balas. Maya membiarkannya sampai Doni bosan, kemudian berhenti mengganggunya.Niat hati Maya ingin mengganti nomer ponselnya. Tapi, apalah daya, ribet sekali urusannya. Nomor ponsel Maya, adalah nomor yang dipakainya untuk bekerja. Jika Maya mengganti nomor, maka Maya juga harus berhadapan dengan Bunda Merri. Telinganya harus disumpel headset full bass agar tahan dengan ocehan aesthetic Bunda Merri, pengasuh para Ladies of Cambria.Lama sekali Maya melamunkan kisah hidupnya yang sudah ia jalani selama 22 tahun. Hingga tak terasa semburat
"Rambut lo kok basah?" tanya Elang saat melihat Maya menyisiri rambutnya yang kusut dan lepek karena basah. Handuk pink-nya menyampir indah dibahu Maya."Karena gak kering" jawab Maya singkat."Belom juga masuk ke dalem. Udah nanya-nanya aja. Mau sensus penduduk lo?" lanjut Maya sambil berjalan keruang tamu setelah membukakan pintu untuk Elang."Etdahh, ngga kebayang gue kalo jadi petugas kecamatan" Elang terkekeh pelan."Ya bagus dong. Jadi, gue bisa minta ajuin dana bansos ke lo" otak Maya memang selalu cemerlang kalau menyangkut uang."Dana bansos buat bayar utang ke gue?""Kalo bisa" jawab Maya sekenanya.Elang menatap punggung Maya "Ya gak bisalah, enak aja"Elang tidak rela Maya lepas begitu saja walaupun Maya bisa melunasi hutang atas kehilangan ATMnya tersebut. Kebersamaannya dengan Maya selama ini, membuat Elang sedikit bergantung
Udara semakin dingin dimalam yang sudah menunjukan pukul 11 malam. Ditambah lagi hujan yang lumayan deras tanpa diiringi petir menambah suasana semakin uenak bergelung dikasur. Apalagi kalau ditemani selimut bernyawa.Elang melirik kamar Maya yang sudah dimatikan lampunya. Sudah kesekian kalinya Elang menggerakkan kepalanya untuk melihat ruangan yang didalamnya terdapat sosok mungil berponi.Elang menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bergumam "Gila lo Lang. Hadeuhh"Televisi yang kini sedang menyala diabaikan oleh Elang tanpa dinikmati.Elang sengaja menyalakan televisi bukan untuk mencari hiburan. Hanya sekedar mengisi keheningan yang menemani dirinya selain suara air hujan.Elang tidak bisa tidur setelah hampir saja dia mencium satu-satunya wanita yang ada diruangan ini. Entah apa yang akan terjadi jika dirinya tidak bisa mengendalikan diri dan membiarkan setan-setan biadab disekelilingnya
Dua insan yang masih segar matanya sama-sama terdiam dalam pikirannya masing-masing. Waktu sudah berganti hari. Diantara mereka sepertinya tidak ada yang mau memutuskan untuk tidur.Hati Maya bergemuruh."Lang""May"Ucap Elang dan Maya bersamaan. Mereka saling menatap kemudian Maya memalingkan wajahnya. Tidak kuat melihat wajah Elang. Maya terbakar cemburu."Ehem.. Lo duluan" ucap Elang mengalah. Entah kenapa menurut Elang suasana semakin canggung."Ngga, lo aja" ketus Maya tanpa memandang Elang."Ko jutek gitu?"Maya melirik Elang sekilas."Ngga ah, B aja" jawab Maya singkat dan datar."Gausah ngajak ribut di pagi buta gini. Kasian, Rere juga lagi tidur" Elang memelankan suaranya sambil menempelkan jari telunjuknya dibibir Elang.Maya mencelos mendengar penuturan Elang. Belum juga Maya b
Suasana meja makan yang seharusnya hangat berbalik menjadi dingin mencekam. Hanya dentingan piring dan sendok yang mengisi keheningan tersebut.Melan belum menyentuh makanannya. Ia asyik memandangi ayahnya-Jordan dan abangnya-Roney. Dalam hatinya Melan tersenyum.Dua malaikat MelanAndai Ayah sama abang saling merangkul buat jagain Melan, gak masing-masing giniMelan memandang Roney yang sedang melahap paha ayam goreng buatannya. Seperti biasa, kaki Roney terangkat satu dengan tangan yang dua-duanya kotor. Tidak ada coolnya sama sekali. Tidak pantas jikalau seandainya dinobatkan sebagai Baginda Raja yang terhormat.Kasian Bang Roney. Harus biayain Melan. Sementara abang semua fasilitasnya di block sama ayah"Melan, kok gak dimakan ayamnya? Gak suka? Sini buat abang" Roney mengambil dada ayam yang masih utuh dipiring Melan.
Suasana kantin Rajo's Home Design terlihat sepi dari biasanya. Tinggal tersisa beberapa orang yang sedang menikmati rintikan hujan sisa tadi sore. Salah duanya Nadya dan Roney. Mereka berdua sedang duduk berhadapan yang dibatasi dengan meja kotak. Nadya dengan coklat panasnya. Sedangkan Roney dengan minuman bersodanya.Nadya dan Roney baru saja menyelesaikan project yang membutuhkan waktu cukup lama. Butuh waktu seminggu mereka mengerjakan pekerjaan tersebut. Namun, usaha tidak mengkhianati hasil. Elang sangat puas dengan hasil kerjasama mereka berdua. Skill mereka tidak mengecewakan."Pusing banget pala gue astaga" keluh Roney sambil memijit pelipisnya.Nadya hanya memperhatikan. Bingung mau menjawab apa. Nadya memang wanita yang cenderung tidak banyak bicara. Walaupun Nadya berkacamata, namun tidak terlihat cupu. Pembawaannya sangat kalem. Mungkin hanya mata Roney saja yang terlalu berlebihan. Wanita de
"Ron?" Elang menggoyangkan bahu Roney yang sedang duduk anteng. Kedua tangannya menopang dagunya dan bertumpu pada meja dengan kedua sikunya."Hem?" Roney hanya berdehem dengan pandangan masih menatap ke depan.Elang yang melihat Roney seperti itu pun heran. Biasanya Roney akan tertidur jika pelajarannya terasa membosankan. Khususnya pada saat pelajaran Pak Dayat yang sedang mengajar sekarang ini."Kayanya mending lo tidur aja deh, daripada bengong gitu" saran Elang dengan suara setengah berbisik."Gue lagi merhatiin Babe Dayat" jawab Roney singkat. Elang tidak percaya begitu saja. Tidak biasanya Roney begini. Macam wanita yang baru kedatangan tamu bulanannya."Merhatiin? Jelas-jelas lo bengong gitu" Elang menyandarkan punggungnya di kursi agar bisa duduk lebih santai.Elang mengedarkan netranya melihat teman-temannya yang sudah terlihat gabut dan bosan mendengar ocehan Pa
"Tajir juga cowok lo" sindir Elang ketika Maya berjalan melewatinya. Elang yang sedang mencuci mobilnya, lebih tepatnya hanya membersihkan dari debu-debu yang menempel saja. Karena biasanya Elang mencuci mobilnya di car wash supaya bersih mengkilap seperti baru.Maya baru saja tiba diantarkan oleh seorang lelaki menggunakan mobil hitam yang entah merek apa."Kenapa? Cemburu?" ketus Maya."Idih, ngapain cemburu. Mobil gue banyak noh digarasi" sombong Elang dengan penuh percaya diri.Maya melengos tidak menjawab ucapan Elang."Mau makan apa buat nanti malem?" teriak Maya dari dalam rumah."Gak usah masak!" jawab Elang dengan teriakan juga.Elang berniat untuk mengajak Maya makan diluar. Sudah lama Elang tidak makan-makanan siap saji direstoran. Sekaligus menghilangkan penat dikepalanya."Mas Elang, musiknya kecilin toh, udah sore. M