“Jadi ini yang kamu perbuat, kamu buat, kamu berzina ha .... !” ada istri cantik dirumah masih kurang ha, apa kamu meniru bapakmu, anak kurang ajar”BUG BUG BUGZulaikha terus saja mencaci sekaligus memukuli anaknya itu, dia seakan kembali ke masa lalu, dia sangat membenci perselingkuhan, anak sendiripun dia akan membencinya,Sedang Darto hanya meringkuk di kursinya, dia menerima kemarahan ibunya, dia mamang pantas menerimanya, dia tidak hendak melawan ataupun sekedar menghindar, dia biarkan ibunya melampiaskan kemarahan sampai ibunya puas dan lelah, itu lebih baik baginya,Zulaikha sudah kelelahan, nafasnya sudah ngos-ngosan, dia terduduk di kursi sambil meraung-raung, hingga Zulaikha mereda dan terisak-isak, sedangkan Darto menghampiri dan sujud di kaki ibunyaDarto tahu persis, saat ibunya sudah meluapkan marahnya, saat yang tepat bagi Darto untuk bersujud dan mohon ampun,Dia masih ingat, ibunya tidak pernah marah besar, kecuali saat Darto kecil dituduh orang mencuri uang di kotak
Darto memutuskan pulang dengan ibu, sesampai di depan rumah ibu, Darto deg-degan, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada istrinya itu, tak terkecuali ibu Darto, dia juga deg-degan, mengira-ngira apa yang akan terjadi nanti Assalamualaikum, Darto dan ibunya salam bersamaan, kemudian merka membuka pintu dan masuk juga bersamaan, tidak ada jawaban, terdengat lamta-lamat suara orang mengaji, Darto dan ibu saling pandang, kemudian Darto melangkah mendekati kamar, dia berdiri di depan pintu, menikmati alunan suara istrinya mengaji, tak terasa menetes air matanya, dadanya terasa sesak, tapi pikirannya terasa damai saat mendengar suara istrinya mengaji, Darto masih setia berdiri di depan pintu, saat istrinya menyudahi mengaji, dan didengarnya istrinya itu berdoa, banyak sekali yang didoakannya, di antara doa yang menyentuh hatinya “Ya Allah ya Rob ... jagalah suami hamba dimanapun dia berada, lindungi dia dari segala marabahaya, lancarkanlah segala urusannya dan jagalah imannya dari se
Darto bengong dengan tingkah istrinya, di lihatnya Ninik membuka sedikit jarinya, nampak matanya mengintip, kemudia Ninik berjalan mendekat, wajahnya merah seperti kepiting rebus, Darto mengamati setiap gerakan Ninik, dia deg-degan, wajahnya nampak tegang, mengira istrinya itu mengetahui sesuatu, semakin Ninik mendekat semakin hatinya deg-degan, dan sarungnya semakin dirapatkan, dia takut sekali bila tiba-tiba istrinya meminta membuka sarungnya, setelah Ninik mengikis jarak “Bi ... Onderdil” bisik Ninik dengan masih menutup wajahnya dengan jari renggang “Apa Humai ...? onderdil ...? di bengkel semua Humai ... memang Humai butuh onderdil untuk apa dan merk apa? bila kak Jaka butuh onderdil, suruh ke bengkel saja,” Cerocos Darto “Ih_ Habi, itu, onderdil Habi ... kalau mau ya nantilah Bi, setelah makan malam dulu? Ujar Ninik jarinya menuding ke bawah Darto, dan suaranya masih dengan nada manja dan malu-malu “Ha ....!” Darto kaget matanya melotot Darto baru sadar, dia tengok kebawah,
Darto dan ibunya masih terpaku dan bengong dengan tingkah Ninik, keduanya hanya diam di tempat menunggu apa selanjutnya yang terjadi, sesaaat kemudian mereka melihat Ninik keluar sambil membawa sesuatu kemudian disodorkan kepada Darto, Ibu dan anak itu saling berpandangan kembali sambil tersenyum, ekspresinya nampak lega, ternyata Ninik mengambil kaos untuk suaminya, “Cepat di pakai gih ... biar nggak masuk angin lagi, maaf ya Bi ... tadi tidak nyiapin air hangat, jadi Habi masuk angin mandi malam-malam” ujar Ninik dengan wajah sedih ‘Ya Tuhan, istriku ini benar-benar imut, aku pikir dia mengetahui sesuatu terus mencak-mencak sama suami, karena semalam tidak pulang, dan mencurigai sesuatu tentang suami, ternyata dia begitu tulus, tidak mempermasalahkan apapun,’ “Terima kasih Humai,” Darto menerima dengan terharu, “sekarang yuk kita makan,” sahut Darto sambil langsung memakai kaus yang disodorkan oleh istrinya itu Mereka sudah berada di meja makan, ritual makan berjalan dengan dama
Pagi menjelang, Ninik sibuk di dapur bersama dengan mertuanya, bekerjasama membuat sarapan, baunya harum masakan memenuhi ruangan, Ninik merasa beruntung mempunyai mertua yang sangat sayang padanya, dia sering mendengar keluahan teman-teman betapa mereka selalu bersedih karena konfrontasi dengan mertua, entah benar atau tidak, entah siapa yang salah diantaranya, karena dia hanya mendengar satu pihak, belum tentu juga mertua yang salah, jadi selama ini dia hanya mendengar saja, dan tidak bisa komentar apa-apa, sedang yang dia tahu, para mertua itu baik-baik saja, mertua kak Ayu sangat sayang dengan menantunya itu, bahkan yang sering kena omel suami kak Ayu yang notebane adalah anaknya, demikian juga dengan kak Jaka, mertuanya sangat baik, dan sangat sayang dengan kak Jaka, jadi sungguh Ninik tidak tahu, dan belum bisa menganallisa bagaimana mertua yang tidak baik itu, karena dilingkungannya sendiri, semua mertua baik-baik saja, ah entahlah, mungkin kebetulan kakak-kakaknya dan dirinya b
“Assalamualaikum” Darto masuk dengan tubuh berkeringat hingga membasahi seluruh permukaan Kaosnya, mencetak tubuh Darto yang macho, wajahnya juga berlelehan keringat, wajahnya tampak berseri-seri, bagaimana tidak berseri-seri, masalah kemarin yang dirasa berat dan tidak ada solusi, ternyata bisa teratasi dengan cantik, bahkan istrinya itu melayaninya dengan penuh keikhlasan tanpa kecurigaan apapun.“Waalaikumussalam” Ninik dan mertua serempak menjawab salam“Segera mandi gih, hayuk segera sarapan” titah Zulaikha kepada Darto“Iya bu, mendinginkan tubuh dulu, baru mandi” jawab Darto sambil mengelap keringat di dagu“Nih Bi ... di minum dulu” Ninik menyodorkan segelas air putih, dia masih melayani suaminya seperti biasanya, walau hatinya sedang berkecamuk, tapi dia tidak boleh menampakkan kegusaran hatinya saat ini, dia belum tahu kebenarannya, jadi dia tahan dulu, dan dia bukan tipe wanita yang langsung marah-marah sebelum menyelidiki dulu, dan dia bukan wanita yang meledak-ledak, bi
“Eh tidak juga Humai, biar ada bidadari turun dari kayangan, aku tetap hanya cinta sama Humai seorang” ujar Darto tersenyum Ninik melihat manik mata suaminya, tidak ada kebohongan disana, pikirannya kembali teringat kata-kata kak ayu, hatinya menjadi meragu “Ok Humai, aku berangkat dulu yah, hati-hati di jalan saat periksa nanti” Darto mencium kening Ninik khidmad *** Kini Ninik sendirian di rumah, segera dia masuk kamar, di raih gawainya, setelah di genggam, dia malah bengong saja, hatinya deg-degan sebelum membukanya, buka, nggak, buka, nggak, pikir Ninik, dia hembuskan nafasnya keras-keras, di tentramkan dulu hatinya, akhirnya dia mantapkan hati untuk membuka, apapun nanti yang dia lihat, dia akan terima konsekwensinya, dia akan hadapi apapun nanti yang terjadi. Perlahan du bukanya gawainya, dibuka Aplikasi biru, setelah ketemu halaman yang diinginkan matanya terbelalak, hatinya berdegup kencang, jiwanya bagai terhempas ke jurang paling dalam, dia mau tidak percaya, tapi dalam
Ninik yang terkejut hanya bisa terpaku di tempat, matanya melebar, ekspresinya kacau, melihat sosok itu. Sosok itu berjalan mendekati Ninik sambil tangannya memegangi bawah perut kanan, wajahnya pucat, setelah dekat dia tersenyum menyeringai “halo kakak madu, kamu mau periksa juga?” tanyanya enteng tanpa beban Ninik sangat terkejut dengan ucapan Irma si gadis genit, yang saat ini memenuhi pikiran Ninik, dadanya bergemuruh, ingin dia menampar gadis ini, tidak dia tidak mau gegabah dan gerpancing, kata orang-orang tua, saat hamil itu harus berperilaku lembut, bahkan membunuh binatang saja di larang keras, dan tidak boleh membenci seseorang, nanti anaknya akan mirip dengan orang yang kita benci, ih amit-amit dah kalau sampai menyerupai gadis ondel-ondel ini. Zulaikha dan Darmi yang juga terkejut dengan ucapan Irma sontak menggeram, terutama Zulaikha, berani-beraninya gadis ini berbicara lancang seperti itu, melihat Ninik hanya bengong saja, Zulaikha angkat bicara “Hei nduk, dadi are