Jangan lupa VOTE dan FOLOW ya kakak raider, SALAM
Ninik yang terkejut hanya bisa terpaku di tempat, matanya melebar, ekspresinya kacau, melihat sosok itu. Sosok itu berjalan mendekati Ninik sambil tangannya memegangi bawah perut kanan, wajahnya pucat, setelah dekat dia tersenyum menyeringai “halo kakak madu, kamu mau periksa juga?” tanyanya enteng tanpa beban Ninik sangat terkejut dengan ucapan Irma si gadis genit, yang saat ini memenuhi pikiran Ninik, dadanya bergemuruh, ingin dia menampar gadis ini, tidak dia tidak mau gegabah dan gerpancing, kata orang-orang tua, saat hamil itu harus berperilaku lembut, bahkan membunuh binatang saja di larang keras, dan tidak boleh membenci seseorang, nanti anaknya akan mirip dengan orang yang kita benci, ih amit-amit dah kalau sampai menyerupai gadis ondel-ondel ini. Zulaikha dan Darmi yang juga terkejut dengan ucapan Irma sontak menggeram, terutama Zulaikha, berani-beraninya gadis ini berbicara lancang seperti itu, melihat Ninik hanya bengong saja, Zulaikha angkat bicara “Hei nduk, dadi are
Setelah periksa dari klinik Ninik terpekur sendiri di kamar, dia segera mengambil air wudlu untuk sholat, dia pasrahkan semua kegundahan hatinya sama Allah, dia percaya akan ada penyelesaian yang indah dari permasalahannya bila dipasrahkan sama Allah,Sore itu Ninik sedang menyiram bunga di halaman mertuanya, banyak bunga di tanam, rumah ini kecil, tapi damai, rumah warisan kakek Darto untuk ibunya, saat masih kecil, rumah ini berdinding anyaman bambu, setelah Darto sukses di bangun sangat bagus, kecil tapi unik, karena ibunya ingin tetap disitu, dia nggak mau pindah, bagaimanapun rumah ini adalah kenang-kenangan dari mendiang kakek yang sangat menyayangi Zulaikha kecil pada waktu itu, dan diberikan padanya saat sudah menikah, makanya ayah Darto pergi dengan tidak menuntut harta gono-gini, karena memang rumah itu adalah rumah warisan hak dari ibunya Darto“Assamualaikum Humai .... “Ninik kaget dengan salam tiba-tiba yang ada di sampingnya itu, apalagi tidak terlihat mobil masuk, bias
“Its You” teriak istri presdir Tampak binar gembira bertemu dengan wanita yang di samping mitra suaminya ini “Yes I am madam” sahut Ninik tak kalah berseru, kemudian istri presdir bangkit berdiri dan gegas menuju Ninik, sedang Ninik juga segera bangkit berdiri menyambut, mereka berangkulan seperti Teletabis, tubuh keduanya sampai berguncang-guncang, ternyata mereka saling mengenal, bahkan kelihatannya sangat akrab, terlihat bagaimana istri presdir itu mendekapnya erat, seperti seorang yang sangat merindukan. “Oh ... my Good, ya Tuhan, tak disangka kita bertemu disini” ujar istri presdir itu dengan sangat gembira “Aku mencarimu, ternyata kamu sudah menikah, hm” ujar istri presdir itu, tampa ada nada penyesalan, yang ternyata bisa bahasa Indonesia, walau terbata-bata dan dengan logat yang unik khas bule “Ya madam, aku sudah menikah beberapa bulan yang lalu, maaf tidak mengabari madam” sahut Ninik sungkan “Ah good, anakku pasti patah hati bila mendengarnya” sahut wanita setengah b
Usai sholat Isya, Ninik merebahkan tubuhnya degna perlahan di pembaringannya, dia masih mengingat pertemuannya dengan madam tadi, dan ingat dengan peringatannya dari madam saat makan malam tadi, dia putuskan untuk melupakan kejadian dengan Irma, tapi kenapa dia periksa ke klinik, ada apa dengan Irma, apa dia sedang hamil, hamil anak siapa, pertanyaan-pertanyaan yang bikin penasaran, tapi dia bertekat akan melindungi rumah tangganya, tak boleh seekor semutpun mendekati suminya, dia harus waspada_waspada, seperti berita kriminl di TV, kejahatan tidak selalu dari niatan, tapi juga kesempatan, jadi dia akan meminimalisir kesempatan ituBUG BUG BUGSuara langkah Darto dari kamar mandi, dia terlihat kedinginan, hanya handuk yang melilit pinggangnya, tubuhnya dibiarkan terbuka, aroma sabun menguar menghampiri indra Ninik, sedangkan Ninik yang rebahan di kasur hanya mengamati kegiatan suaminya, kalau diamati memang suaminya ini punya daya tarik yang besar, tubuhnya yang macho dengan postur tu
Sudah dua minggu berjalan renovasi rumah Darto, sore ini, Darto kemabli mengunjungi rmahnya guna mengonatrol progres renovasinya sampai mana, sejak kejadian tempo hari, Darto baru kali ini kembali lagi, dia hanya memakai motor antik kesayangannya, sebelum ke rumahnya, dia sengaja pergi dulu ke rumah ustad Jaelani. “Assalamualaikum ... “ salam Darto saat di depan pagar rumah ustad, TENG TENG TENG di kenteng-kengeng pagar besi itu dengan kontak motornya, akhirnya istri ustad muncul “Waalaikummussalam” jawab istri ustad “Eh, dek Darto, ada apa ya ... maaf tidak bisa mempersilahkan dek Darto, Suami tidak ada dirumah ... “ ujar istri ustad itu santun “Nggak apa Umi, cuma mau tanyak, ustad sudah pulang apa belum” tanya Darto “Oh, maaf Dek, Ustad masih belum bisa pulang, tadi malam cuma VC, dengan kami, tidak mengatakan atau kasih tahu kapan pulang” ujar istri ustad kalem “Baiklah Umi, terimakasih, salam kepada Ustad” pamit Darto “Eh ya ... apa khabar dek Ninik, sehat-sehatkah?” tany
Rahmat beringsut kebelakang tubuh Darto, sambil tetap mengintip dari sela kaki Darto yang terbuka, mbok Rah masih menatap Rahmat tajam, melihat hal itu Darto berdehemEHEMMMobk Rah gelagapan, “Eh_oh, mas Darto pulang, maaf, saya tidak tahu, mas Darto mau minum apa, saya buatkan” tawar mbok Rah mengalihkan konfrontasi antara dirinya dan Rahmat barusan, dia tersenyum, tapi senyumnya itu seram, cenderung menyeringai.Mbok Rah sangat kaget dan tidak menyangka Darto pulang hari itu, apalagi membawa anak kecil, yang sepertinya punya keistimewaan, mbok Rah tahu itu, apa maksud Darto membawa pulang anak itu, apa itu orang pinter yang akan melidungi Darto? Pikirnya, apa Darto mencurigai sesuatu? pertanyaa-pertanyaan yang berkecamuk di pikiran mbok RahHati mbok Rah menjadi gelisah dan was-was, dia akan pelajari dulu kekuatan anak itu sampai dimana, tidak boleh ada yang mengganggu rencanaku’ pikir mbok RahDarto yang melihat gelagat aneh dari mbok Rah, dan ketakutan Rahmat dengan kemunculan mb
“Sus, minta tolong panci disitu gih, aku juga mau buat teh” ucap mbok RahSusi segera mengambil panci bergagang yang dimaksud mbok Rah, biasanya untuk menjerang air saat membuat minuman panas, saat Susi menjangkau panci itu, kesempatan bagi mbok Rah, menaburkan sedikit bubuk yang diambilkan dari buntelan tadi, dimana Susi tidak menyadari hal itu, karena begitu cepat, dan mbok Rah segera memasukkan kembali buntelan itu di lipatan jariknya, dia tersenyum menyeringai.“Biar aku saja Sus” ujar mbok Rah menawarkan diri“Nggak usah mbok, tunggu airnya sampean mendidih, biar nggak gosong, katanya mau buat teh” tolak Susi, mbok Rah terdiam, dia tidak punya alasan untuk memaksa kehendak“Eh, Sus, jangan lupa, yang sebelah ini buat mas Darto, kelihatannya lebih pas, terlihat warnanya lebih bagus dari yang ini” tunjuk mbok Rah pada gelas yang dimaksud, mencoba mengatur Susi.“Iya mbok” sahut Susi sambil lalu tanpa berpikir apapun,Ah, malam ini sepertinya akan berhasil, tunggu nduk, keinginanmu
“Maaf Mas, apa Mas Darto mau pulang?,apa sebaiknya Mas duduk dulu, soalnya saya dan Susi terlanjur nyiapkan bahan untuk makan malam” cerocos mbok Rah “Oh, yang pulang Pak tukang mbok, saya pulang nanti, habis maghrib” tutur Darto, soalnya ada sesuatu yang harus dia kerjakan dulu di kamar, tanggung, biar tidak bawa pekerjaan pulang pikir Darto “Mari Mas Darto, saya pamit” “Oh mari-mari silahkan, hati-hati dijalan, anak istri menunggu” tutur Darto sambil tersenyum dengan tangan mempersilahkan, ternyata Darto mengiringi pak tukang untuk pulang, Darto segera masuk ke kamar, tanpa sepengetahuannya, mbok Rah menguntit dan mendekat ke depan pintu kamar, begitu Darto masuk dan menutup kamar, mbok Rah terlihat menempelkan telinganya, di pintu, entah apa yang ingin di dengar, matanya berbinar, wajahnya cerah, segera setelah itu dia berlari turun, kemudian dia kembali, seperti sedang menggandeng seseorang, meski tidak nampak yang digandeng, kemudian berbisik-bisik seperti ada orang disampingn
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah