“Eh tidak juga Humai, biar ada bidadari turun dari kayangan, aku tetap hanya cinta sama Humai seorang” ujar Darto tersenyum Ninik melihat manik mata suaminya, tidak ada kebohongan disana, pikirannya kembali teringat kata-kata kak ayu, hatinya menjadi meragu “Ok Humai, aku berangkat dulu yah, hati-hati di jalan saat periksa nanti” Darto mencium kening Ninik khidmad *** Kini Ninik sendirian di rumah, segera dia masuk kamar, di raih gawainya, setelah di genggam, dia malah bengong saja, hatinya deg-degan sebelum membukanya, buka, nggak, buka, nggak, pikir Ninik, dia hembuskan nafasnya keras-keras, di tentramkan dulu hatinya, akhirnya dia mantapkan hati untuk membuka, apapun nanti yang dia lihat, dia akan terima konsekwensinya, dia akan hadapi apapun nanti yang terjadi. Perlahan du bukanya gawainya, dibuka Aplikasi biru, setelah ketemu halaman yang diinginkan matanya terbelalak, hatinya berdegup kencang, jiwanya bagai terhempas ke jurang paling dalam, dia mau tidak percaya, tapi dalam
Ninik yang terkejut hanya bisa terpaku di tempat, matanya melebar, ekspresinya kacau, melihat sosok itu. Sosok itu berjalan mendekati Ninik sambil tangannya memegangi bawah perut kanan, wajahnya pucat, setelah dekat dia tersenyum menyeringai “halo kakak madu, kamu mau periksa juga?” tanyanya enteng tanpa beban Ninik sangat terkejut dengan ucapan Irma si gadis genit, yang saat ini memenuhi pikiran Ninik, dadanya bergemuruh, ingin dia menampar gadis ini, tidak dia tidak mau gegabah dan gerpancing, kata orang-orang tua, saat hamil itu harus berperilaku lembut, bahkan membunuh binatang saja di larang keras, dan tidak boleh membenci seseorang, nanti anaknya akan mirip dengan orang yang kita benci, ih amit-amit dah kalau sampai menyerupai gadis ondel-ondel ini. Zulaikha dan Darmi yang juga terkejut dengan ucapan Irma sontak menggeram, terutama Zulaikha, berani-beraninya gadis ini berbicara lancang seperti itu, melihat Ninik hanya bengong saja, Zulaikha angkat bicara “Hei nduk, dadi are
Setelah periksa dari klinik Ninik terpekur sendiri di kamar, dia segera mengambil air wudlu untuk sholat, dia pasrahkan semua kegundahan hatinya sama Allah, dia percaya akan ada penyelesaian yang indah dari permasalahannya bila dipasrahkan sama Allah,Sore itu Ninik sedang menyiram bunga di halaman mertuanya, banyak bunga di tanam, rumah ini kecil, tapi damai, rumah warisan kakek Darto untuk ibunya, saat masih kecil, rumah ini berdinding anyaman bambu, setelah Darto sukses di bangun sangat bagus, kecil tapi unik, karena ibunya ingin tetap disitu, dia nggak mau pindah, bagaimanapun rumah ini adalah kenang-kenangan dari mendiang kakek yang sangat menyayangi Zulaikha kecil pada waktu itu, dan diberikan padanya saat sudah menikah, makanya ayah Darto pergi dengan tidak menuntut harta gono-gini, karena memang rumah itu adalah rumah warisan hak dari ibunya Darto“Assamualaikum Humai .... “Ninik kaget dengan salam tiba-tiba yang ada di sampingnya itu, apalagi tidak terlihat mobil masuk, bias
“Its You” teriak istri presdir Tampak binar gembira bertemu dengan wanita yang di samping mitra suaminya ini “Yes I am madam” sahut Ninik tak kalah berseru, kemudian istri presdir bangkit berdiri dan gegas menuju Ninik, sedang Ninik juga segera bangkit berdiri menyambut, mereka berangkulan seperti Teletabis, tubuh keduanya sampai berguncang-guncang, ternyata mereka saling mengenal, bahkan kelihatannya sangat akrab, terlihat bagaimana istri presdir itu mendekapnya erat, seperti seorang yang sangat merindukan. “Oh ... my Good, ya Tuhan, tak disangka kita bertemu disini” ujar istri presdir itu dengan sangat gembira “Aku mencarimu, ternyata kamu sudah menikah, hm” ujar istri presdir itu, tampa ada nada penyesalan, yang ternyata bisa bahasa Indonesia, walau terbata-bata dan dengan logat yang unik khas bule “Ya madam, aku sudah menikah beberapa bulan yang lalu, maaf tidak mengabari madam” sahut Ninik sungkan “Ah good, anakku pasti patah hati bila mendengarnya” sahut wanita setengah b
Usai sholat Isya, Ninik merebahkan tubuhnya degna perlahan di pembaringannya, dia masih mengingat pertemuannya dengan madam tadi, dan ingat dengan peringatannya dari madam saat makan malam tadi, dia putuskan untuk melupakan kejadian dengan Irma, tapi kenapa dia periksa ke klinik, ada apa dengan Irma, apa dia sedang hamil, hamil anak siapa, pertanyaan-pertanyaan yang bikin penasaran, tapi dia bertekat akan melindungi rumah tangganya, tak boleh seekor semutpun mendekati suminya, dia harus waspada_waspada, seperti berita kriminl di TV, kejahatan tidak selalu dari niatan, tapi juga kesempatan, jadi dia akan meminimalisir kesempatan ituBUG BUG BUGSuara langkah Darto dari kamar mandi, dia terlihat kedinginan, hanya handuk yang melilit pinggangnya, tubuhnya dibiarkan terbuka, aroma sabun menguar menghampiri indra Ninik, sedangkan Ninik yang rebahan di kasur hanya mengamati kegiatan suaminya, kalau diamati memang suaminya ini punya daya tarik yang besar, tubuhnya yang macho dengan postur tu
Sudah dua minggu berjalan renovasi rumah Darto, sore ini, Darto kemabli mengunjungi rmahnya guna mengonatrol progres renovasinya sampai mana, sejak kejadian tempo hari, Darto baru kali ini kembali lagi, dia hanya memakai motor antik kesayangannya, sebelum ke rumahnya, dia sengaja pergi dulu ke rumah ustad Jaelani. “Assalamualaikum ... “ salam Darto saat di depan pagar rumah ustad, TENG TENG TENG di kenteng-kengeng pagar besi itu dengan kontak motornya, akhirnya istri ustad muncul “Waalaikummussalam” jawab istri ustad “Eh, dek Darto, ada apa ya ... maaf tidak bisa mempersilahkan dek Darto, Suami tidak ada dirumah ... “ ujar istri ustad itu santun “Nggak apa Umi, cuma mau tanyak, ustad sudah pulang apa belum” tanya Darto “Oh, maaf Dek, Ustad masih belum bisa pulang, tadi malam cuma VC, dengan kami, tidak mengatakan atau kasih tahu kapan pulang” ujar istri ustad kalem “Baiklah Umi, terimakasih, salam kepada Ustad” pamit Darto “Eh ya ... apa khabar dek Ninik, sehat-sehatkah?” tany
Rahmat beringsut kebelakang tubuh Darto, sambil tetap mengintip dari sela kaki Darto yang terbuka, mbok Rah masih menatap Rahmat tajam, melihat hal itu Darto berdehemEHEMMMobk Rah gelagapan, “Eh_oh, mas Darto pulang, maaf, saya tidak tahu, mas Darto mau minum apa, saya buatkan” tawar mbok Rah mengalihkan konfrontasi antara dirinya dan Rahmat barusan, dia tersenyum, tapi senyumnya itu seram, cenderung menyeringai.Mbok Rah sangat kaget dan tidak menyangka Darto pulang hari itu, apalagi membawa anak kecil, yang sepertinya punya keistimewaan, mbok Rah tahu itu, apa maksud Darto membawa pulang anak itu, apa itu orang pinter yang akan melidungi Darto? Pikirnya, apa Darto mencurigai sesuatu? pertanyaa-pertanyaan yang berkecamuk di pikiran mbok RahHati mbok Rah menjadi gelisah dan was-was, dia akan pelajari dulu kekuatan anak itu sampai dimana, tidak boleh ada yang mengganggu rencanaku’ pikir mbok RahDarto yang melihat gelagat aneh dari mbok Rah, dan ketakutan Rahmat dengan kemunculan mb
“Sus, minta tolong panci disitu gih, aku juga mau buat teh” ucap mbok RahSusi segera mengambil panci bergagang yang dimaksud mbok Rah, biasanya untuk menjerang air saat membuat minuman panas, saat Susi menjangkau panci itu, kesempatan bagi mbok Rah, menaburkan sedikit bubuk yang diambilkan dari buntelan tadi, dimana Susi tidak menyadari hal itu, karena begitu cepat, dan mbok Rah segera memasukkan kembali buntelan itu di lipatan jariknya, dia tersenyum menyeringai.“Biar aku saja Sus” ujar mbok Rah menawarkan diri“Nggak usah mbok, tunggu airnya sampean mendidih, biar nggak gosong, katanya mau buat teh” tolak Susi, mbok Rah terdiam, dia tidak punya alasan untuk memaksa kehendak“Eh, Sus, jangan lupa, yang sebelah ini buat mas Darto, kelihatannya lebih pas, terlihat warnanya lebih bagus dari yang ini” tunjuk mbok Rah pada gelas yang dimaksud, mencoba mengatur Susi.“Iya mbok” sahut Susi sambil lalu tanpa berpikir apapun,Ah, malam ini sepertinya akan berhasil, tunggu nduk, keinginanmu