Jangan lupa kakak Raider, VOTE, SUBCRIBE/FOLOW, boleh KOMENT, mencaji semangat Author, SALAM
Susi sudah sampai lebih dulu di depan kamar, dia membuka pintu dan segera masuk, Darto hendak ikutan masuk, tapi dia ragu, sejenak dia mengingat ceramah seorang ustad, janganlah berduaan dengan yang bukan muhrim, karena tidak baik dua orang bukan muhrim berada di kamar atau tempat sepi berduaan, karena yang ketiga adalah setan, meski penasaran degan apa yang terjadi di dalam, Darto memilih menunggu di depan kamar.“Ya ampun ... !” terdengar Susi berseru, Darto yang penasaranpun bertanya.DDRRRT DRRRT“Ad ...” suara Darto terputus, padahal dia hendak berteriak dan bertanya ada apa pada Susi, tapi di batalkan, demi mendengar nada panggilan khusus dri istrinya, menjawab segera istrinya dirasa lebih penting“Waalaikumussalam Humai” Darto menjawab salam istrinya yang sedang memakai mode vedeo Call.“Cepat pulang Bi, Baby rindu” suara manja Ninik dengan ekspresi terlihat lucu di layar“Baik, nih lihat, Habi sudah mau pulang” jawab Darto sambil melangkahkan kaki menuruni tangga,“Ok Bi ...
“Eh, pasti kucing!” ujar mbok Rah gugup,“Sudah yah, sampai sini saja, mbok bisa pelan-pelan, kamu teruskan pekerjaanmu” sambung mbok Rah, sejenak Susi ragu, tapi setelah dia yakin mbok Rah bisa, akhirnya dia membiarkan mbok Rah sendiri, sebenarnya dia sangat penasaran dengan kamar mbok Rah, harusnya ini kesempatannya dia bisa mengamati langsung isi kamr mbok Rah, tapi sudahlah, sepertinya mbok Rah menyimpan misteri, yang orang lain tidak boleh tahu pikir Susi, diapun segera berlalu dari situ,Setelah Susi berlalu, mbok Rah segera membuka pelan pintu kamarnya, dan segera menutup kembali, seperti takut di intip orang.Setelah masuk, dia menghela nafas, “Nduk jangan begitu, nanti Susi curiga, jangan marah-marah seperti itu lagi, nanti kita akan usahakan lagi lain waktu yah, kamu yang sabar” tutur mbok Rah lembut, orang awam tidak akan tahu dia sedang berbicara dengan siapa, karena tampak dia sedang sendiri di kamar itu.Mbok Rah dengan tertatih-tatih menuju pembaringannya, di baringkan
“Sus_Susi_bangun Sus” mbok Rah menepuk-nepuk pipinya pelan, dia tidak menyangka, kenapa tiba-tiba Susi masuk ke kamarnya. Lamat-lamat ada yang memanggil namanya, Susi membuka matanya pelan, serasa berat, dia paksa kelopak matanya membuka, dengan susah payah akhirnya dia bisa membuka dengan sempurna, pelipis, bawah hidung, kaki dan tangannya terasa panas dan aroma balsam, di kerjap-kerjapkan matanya, dilihatnya mbok Rah ada disampingnya memijit-mijit telapak tangannya. “Syukurlah Sus, akhirnya kamu sadar, bikin panik saja” seru mbok Rah “Eh ya, ada apa mbok, kog aku seperti ini” tanya Susi bingung “Eh kamu tadi pingsan, jadi aku bawa ke kamarmu” sahut mbok Rah, “Kenapa aku pingsan?” tanya Susi heran dengan keadaannya. Dia mencoba mengingat kejadian tadi, seingatnya dia sedang memasak, itu saja, apa terus aku pingsan, pikir Susi. “Terima kasih ya mbok, jadi ngerepoti” ujar Susi lirih, dan segera mendudukkan badannya. “Apa kamu masih pusing Sus?” tanya mbok Rah. “Sudah nggak mbok,
***Di jalanan menuju arah ke rumah ibu Darto ada kehebohan, di trafig light, salah seorang pengendara mobil sontak melotot ke arah seorang pengendara sepeda motor, yang tepat bersisihan di sebelah mobilnya, pengendara itu membonceng sosok bergaun putih lebar menjuntai, gaun itu berkibar-kibar diterpa angin, sedang sosok itu pucat dengan mata yang menyeramkan, pengendara mobil itu dan sosok itu saling menatap.“astaghfirullahhaadzim” seru pengendara mobil itu berseru, tubuhnya bergidik ngeri,“Ada apa bro?” seru orang di sampingnya, dia tahu temannya ini memiliki bakat indigo, dapat melihat makhluk kasat mata, sehingga dia yakin temannya ini sedang melihat sesuatu“Di sebelah ada si Han bro” sahutnya, si teman paham apa yang di maksud temannya, sedang dia sendiri tidak dapat melihatnya.“Di sebelah mana?” tanya temannya lagi, penasaran.“Di boncengan motor bapak berbaju kotak merah biru, sebelah mobil ini” jawab si teman indigo itu dengan suara sedikit berbisikPria disebelahnya meleb
“Hay ada apa bro ... kaget tahu!’ seru si teman, si indigo diam saja, sepertinya dia mengamati satu titik, entah apa yang di lihatnya sampai kayak gituKemudian si indigo keluar, dia seperti berbincang-bincang dengan seseorang, tapi tidak ada seorangpun berada di jalanan itu. Kemudian si indigo kembali ke mobilnya, dia membuka pintu mobil kemudi, lalu dia bertanya pada temannya.“Sory bro, ada yang mau numpang boleh nggak ....?” tanya si indigo, karena mobil ini milik temannya itu, jadi dia harus ijin“Siapa ....?” tanya si teman“Yang tadi di bonceng bapak-bapak tadi yang aku ceritakan, dia mencari alamat ini, dan dia minta tolong padaku, karena hanya aku saat ini yang bisa berkomunikasi denganya, jadi dia minta tolong begitu ....” terang si indigo“Lha, dia khan hantu, kenapa harus numpang, dia khan bisa melayang, terbang” ujar si teman“Dia masih hantu mentah bro, masih belum punya ilmu seperti itu, walau hantu itu sama dengan kita, butuh bertahun-tahun untuk punya ilmu terbang, se
Si indigo segera melajukan mobil kembali membelah kabut malam, hujan rintik masih terus berlanjut, fiper kaca mobil masih bergerak ke kanan dan ke kiri, di setel lambat, karena hujan tidaklah lebat, jalanan tampak lengang, hanya beberapa mobil yang berseliweran, udara dalam mobil terasa dingin, karena harus menghidupkan volume AC dengan agak tinggi, agar tidak menimbulkan kabut di kaca, entah mengapa suasana malam itu terasa mistis, mungkin perasaan si teman indigo itu saja kali yah.“Bro, hantu tadi itu perempuan apa laki-laki?” tanya si teman itu masih penasaran, dia merasa ada yang mengganjal, keingintahuannya sangat tinggi.“Perempuan” jawab si indigo.“Lha, namanya siapa” tanyanya lagi.“Alamatnya dimana?” timpal si indigo mengejek si teman“Ish sialan kamu, aku tuh nanya beneran?” ujar si teman“hhhhhh, lagian kamu serius amat, mau ngapain sensus begitu?, memang kamu naksir?” cerocos si indigo, sambil cekikikan“Ish, naksir gundulmu itu, aku tuh cuma penasaran aja dunia ghoib,
“Tidak bu, tadi ada tabrak lari, dan saya membantunya” jawab Darto darto datar.“Oh, apa pasien sudah ditangani?” tanya Dokter Nova, sebenarnya itu bukan pertanyaan, secara khan sudah jelas, kalau di UGD itu pasti langsung ditangani, dokter Nova hanya ingin mencari bahan pembicaraan, dia ingin berbicara lebih lama dengan Darto, orang yang di kagumi dan diam-diam di cintai ini, apalagi sekarang satu lagi sisi Darto yang dia lihat, yaitu kebaikan hati, mau-maunya menolong orang lain, sampai ditunggui begitu.“Sudah bu” jawab Darto singkat, yang pada dasarnya seorang yang pendiam, apalagi dengan lawan jenis,“Bapak Darto!” teriak seorang suster dari arah ruangan UGD“Eh ya, saya” seru Darto sambil berlari mendekat ke arah suster yang memanggilnya.“Ah ini pak, si ibu sudah baik-baik saja, hanya luka ringan, sedang si adik harus di periksa lebih lanjut, dan dokter merekomkan untuk CT Scan, dan pihak keluarga harus persetujuan dan menyelesaikan keadministrasiannya dulu” tutur suster itu ra
Dokter Nova menghadapkan wajahnya kepada Darto, sedikit mendongak karena Darto yang tinggi, wajahnya sumringah, menunggu ucapan Darto selanjutnya, dengan posisi seperti itu, dokter Nova gemetaran, dadanya mau meledak, di lihat sepertinya Darto hendak minta tolong sesuatu.“Eh_maaf bu dokter, saya mau pinjam Hand Phone, soalnya tadi sepertinya jatuh, saat menolong korban” ujar Darto sopan, dia sedikit menjauhkan wajahnya, karena dirasa dokter Nova terlalu mendekatkan wajahnya, dia jadi jengah.“Eh_boleh_boleh, silahkan” sahut dokter Nova secepatnya dia menyerahkan Hand Phonya kepada Darto, setelah di buka sandinya dengan sidik jarinya, hatinya berdegup kencang, hatinya berlompatan sampai tangannya tremor dan sedikit berkeringat saat menyerahkan benda pipih itu, sedang disisi Darto tidak menyadari hal itu.Darto menekan nomor yang selalu di hafal di luar kepala, dan terbukti sangat bermanfaat dalam situasi seperti saat ini, saat Hand Phonya hilang, dia masih mudah menghubungi orang ini,
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah