Minalaidzin walfaidzin Maaf kakak reader, baru bisa update lagi, mudik di kampung, susah sinyal, terimakasih yang sudah VOTE dan Folow, semoga menjadi semangat author untuk terus menulis, semoga kakak semua terhibur SALAM
Kancing baju Darto sudah terlepas semua, giliran celana Darto resliting diturunkan pelan-pelan, berikutnya sepersekian detik sudah melorot perlahan-lahan, begitulah, apa yang menempel pada diri Darto satu persatu lepas dari tubuhnya, Darto membuka matanya, dia merasa ada bibir dingin menyentuh bibirnya, dia masih terpaku, pikirannya mendadak kosong, obyek kasat mata itu terus saja menyerang dengan agresif, tangan dingin menyentuh-nyentuh tubuhnya, dia merasa De Javu, dia tidak merespon, msih membeku dan seperti bengong saja, tapi lama-lama tubuhnya memberi reaksi, sayraf-syaraf mulai bergeliat, akhirnya Darto terbawa arus, tubuh Darto yang perlahan-lahan menjadi panas, dan perlahan tangannya mengulur meraba sosok kasat mata di depannya, dan dia membalas serangan itu, perlahan tapi pasti, lama-lama dia mulai menikmati agresi dari obyek kasat mata itu, dia pria normal, beberapa hari tidak mendapat jatah membuat tubuhnya merespon dengan cepat, seakan memori itu kembali, saat dia hidup de
-POV DARTO- Aku sontak melompat dari ranjang, melihat tubuhku telanjang bulat, apa ini mimpi? Ku tepuk-tepuk pipiku, kucubit dengan karas, AUGHT sakit juga, tenyata bukan mimpi, lalu ini ... apa ini ... aku memindai kondisi ranjang yang acak-acakkan HA ... dadaku semakin berdebar kencang, apa yang terjadi, aku masih juga bertanya-tanya, dan berharap ini hanya mimpi, tanganku memungut celana yang terserak di lantai dengan gemetar, HHHHHH mimpi yang kertalulan ... aku tertawa mencoba menghalau rasa ketakutanaku, takut kalau ini nyata. Aku berlari masuk kamar mandi, kemudian menghadapkan tubuhku di kaca, mataku semakin terbelalak, Oh tidak ... , dadaku semakin berdetak kencang, keringat sudah sebiji jagung, bagaimana ini mungking, aku teringat dengan awal mula kebersamaanya dengan Mayang, bukannya kemarin-kemarin Mayang sudh tidak mendekatiku, karena dia bilang tidak bisa menyentuhku, lalu ini apa, dan bagaimana terjadi ... Aaaarght siala** aku memukul kaca itu hingga pecah, tangank
Bukan_ itu bukan suara istrinya, tapi suara seorang ibu sedang mengingatkan anaknya untuk membaca bismilah dan doa makan sebelum makan, Ibu dan anak yang duduk di seberang samping meja Darto, Darto tertunduk, terima kasih bu telah mengingatkan aku, ucap Darto, tentu saja hanya dalam hati, hatinya terasa nyeri, dia teringat dengan istrinya, “Humai aku rindu” gumam Darto sambil menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan dengan keras, dengan begitu dadanya yang sesak menjadi agak longgar Darto lanjut memakan buburnya dengan pelan dan malas, usai makan dia melanjutkan jalan ke taman kota, setelah memarkir motor, dia jalan-jalan sendirian, dia mengingat kembali saat moment hampir ditangkap Satpol, dia tersenyum sendiri, kembali dia duduki bangku saat dia bersama istrinya di sini, dibawah pohon bambu kuning yang rindang, hatinya kembali teriris, dia merasa berdosa telah menghianati wanita yang dicintainya itu, walau dia sendiri tidak ingat keajdiannya secara persis, tapi tanda ditubuhnya
Darto terduduk dengan mata merem, dia menahan gusarnya, saat dia ingin menenangkan diri ada lagi pengacau, ‘bagaimana bisa gadis genit itu berada di sini,’ pikir Darto, dia tidak mau terlibat dengan gadis ini, masalahnya sudah rumit, nanti ditambah dengan gadis resek ini, bisa gawat aku, kemudian dia segera melarikan diri dari situGadis genit itu mengeluarkan ponselnya CEKREKDarto pilih ngacir pergi ke Bengkel, harinya terasa sia*Saat sudah di Bengkel Darto memilih untuk tenggelam di ruang kerjanya“Darto memeriksa semua ffile-file, dia mencocokkan antar barang keluar dan masuk, juga stok yang ada, dia catat satu-satu barangkali ada piutang yang belum terselesaikan,TOTKTOKTOK“Masuk .... !” teriak Darto masih dengan file-filenya“Sibuk mas Darto ....? suara seorang permpuan“Eh_Ooh_ya, maaf Dok ada apa ya ... kemarin sudah saya tranfer kan ? kata Darto, sebenarnya dia juga tidak heeran dokter Nova datang ke Bengkelnya, dia pelanggan tetep, hampir sebulan sekali dia memeriksakan mo
-Beberapa menit yang lalu- Ibunya Darto bu Zulaikha turun dari Ojek Online turun di depan Bengkel anaknya, terlihat dia tergopoh-gopoh turun segera berlari hendak menemui anaknya “Bu ... Helmnya !” teriak driver ojol itu Zulaikha berbalik “Eh, Astaghfirullah ... !” seru bu Zulaikha, dia segera mencopot Helm dari kepalanya segea menyerahkan kepada driver ojol itu segera berlari “Bu ... ! teriak driver ojol itu lagi Zulakha berbalik lagi “ada apa lagi mas ....” Zulaikha sedikit bersungut “ongkosnya ... !” teriak lagi driver ojol itu, “Astaghfirullahhaladzim ... “ bu Zulaikha kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya dia melupakan hak orang “Eh maaf ya mas ... “ ujar ibu Zulaikha agak sedikit malu, dia segera mengeluarkan uang merah dari dompetnya dan menyerahkan kepad driver itu, dan segera berbalik dan berjalan cepat “Bu ... !” teriak driver ojol itu lagi, bu Zulaikha berbalik dan melotot, apa lagi sih, kesalnya dalam hati, dia merasa sudah tidak ada urusan dengan driver itu,
Sedari kecil Darto adalah Pejuang kehidupan sejati, seorang anak yang begitu berbakti pada keluarga, dia bertekat membuat ibunya bahagia dan tidak kekurangan apapun, setelah lulus STM dia hanya bekerja satu tahun di Bengkel orang, dia selalu mengambil lembur, dan berikutnya dia membuka bengkel dengan alat terbatas dan manual, hasil menabung peralatan selama dia kerja, lahan masih sewa, dan semua pekerjaan masih dikerjakan sendiri, dari mulai mencari spare part dan pengerjaannya, bahkan dia hanya tidur sebentar setiap malamnya, dan segera terbangun untuk mengerjakan kembali pekerjaannya, setelah pelanggannya makin banyak baru dia mengambil karyawan satu, begitu semakin ramai dia ambil karyawan lagi satu, begitulah seterusnya hingga mempunyai karyawan banyak seperti saat ini, kareana keahlianya dan dedikasinya pada pelanggan, banyak pelanggan puas, membuat usahanya maju pesat, akhirnya bisa membeli lahan yang sekarang jadi Bengkel ternama di kota S ini, dan saat ini semua kerja keras Da
“Jadi ini yang kamu perbuat, kamu buat, kamu berzina ha .... !” ada istri cantik dirumah masih kurang ha, apa kamu meniru bapakmu, anak kurang ajar”BUG BUG BUGZulaikha terus saja mencaci sekaligus memukuli anaknya itu, dia seakan kembali ke masa lalu, dia sangat membenci perselingkuhan, anak sendiripun dia akan membencinya,Sedang Darto hanya meringkuk di kursinya, dia menerima kemarahan ibunya, dia mamang pantas menerimanya, dia tidak hendak melawan ataupun sekedar menghindar, dia biarkan ibunya melampiaskan kemarahan sampai ibunya puas dan lelah, itu lebih baik baginya,Zulaikha sudah kelelahan, nafasnya sudah ngos-ngosan, dia terduduk di kursi sambil meraung-raung, hingga Zulaikha mereda dan terisak-isak, sedangkan Darto menghampiri dan sujud di kaki ibunyaDarto tahu persis, saat ibunya sudah meluapkan marahnya, saat yang tepat bagi Darto untuk bersujud dan mohon ampun,Dia masih ingat, ibunya tidak pernah marah besar, kecuali saat Darto kecil dituduh orang mencuri uang di kotak
Darto memutuskan pulang dengan ibu, sesampai di depan rumah ibu, Darto deg-degan, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada istrinya itu, tak terkecuali ibu Darto, dia juga deg-degan, mengira-ngira apa yang akan terjadi nanti Assalamualaikum, Darto dan ibunya salam bersamaan, kemudian merka membuka pintu dan masuk juga bersamaan, tidak ada jawaban, terdengat lamta-lamat suara orang mengaji, Darto dan ibu saling pandang, kemudian Darto melangkah mendekati kamar, dia berdiri di depan pintu, menikmati alunan suara istrinya mengaji, tak terasa menetes air matanya, dadanya terasa sesak, tapi pikirannya terasa damai saat mendengar suara istrinya mengaji, Darto masih setia berdiri di depan pintu, saat istrinya menyudahi mengaji, dan didengarnya istrinya itu berdoa, banyak sekali yang didoakannya, di antara doa yang menyentuh hatinya “Ya Allah ya Rob ... jagalah suami hamba dimanapun dia berada, lindungi dia dari segala marabahaya, lancarkanlah segala urusannya dan jagalah imannya dari se
Mereka melihat di depan ada seorang nenek dengan berkebaya kuno dan memakai jarik, yang berjalan tenang menyeberang jalan. Yai Sepuh menyipitkan matanya mengamati orang itu, sedetik kemudian matanya melebar, dadanya berdebar-debar. "Mungkinkah dia,?” batin yai Sepuh "Mbok Rah! " "Rah! " Darto dan yai sepuh berseru bersamaan. Darto kaget dengan seruan yai sepuh, demikian juga yai sepuh terkejut dengan seruan Darto, sontak mereka saling memandang "Kamu mengenalnya nak Darto?" "Ysi Sepuh mengenalnya? " Darto dan yai sepuh saling bertanya bersamaan "Ingeh yai beliau ikut dirumah kami beberapa bulan, kamarnya yang kita temukan botol keramat itu yai" Darto menjelaskan sedangkan yai sepuh manggut-manggut, sambil mengelus-elus janggutnya, sedetik kemudian mereka saling bertatapan dengan mata membulat, "Kita harus menangkapnya!" teriak mereka Darto dan yai sepuh bersamaan, Tanpa komando mereka berdua segera melompat keluar dari mobil dan berlari mengejar orang yang di maksud, me
“LEMPAR...,” suaranya melengking tinggi, tapi tertelan suara ombak yang menderu-deru, meski demikian ustad Reyhan yang memegang botol sangat sigap, segera dia melempar botol itu, tepat saat percikan air laut sudah menghantam bibir batu karang tempat mereka berpijak, ombak itu seperti makhluk laut yang sangat besar dan mengerikan “ALLAHUAKBAR...,” teriak guru dan murid itu bersamaan. SWING... CLUNG Botol itu terlempar tepat di tengah ceruk omba, yai Sepuh dan ustad yang lain berdiri kokoh di bibir tebing, sarung mereka berkibar kibar, di tengah suara ombak yang menderu-deru, masih dengan posisi yang sama ombak itu seakan hendak mencaplok mereka, puncak ombak itu bertahan di atas kepala mereka tapi seolah ada yang manahan, ustad Daru mengalunkan adzan dengan nada yang indah, sedangkan yang lain memejamkan mata dan mendengar dengan khidmat, tidak mempedulikan sekitar dimana alam seolah sedang bergejolak, “......LAA ILAAHA ILLALLAAH” ustad Danu menyelesaikan adzan dan segera menengadah
"Botol itu, botol itu, botol itu," gagap ustad Reihan sambil jarinya menunjuk di tempat botol itu diletakkan,HA...!Semua orang dalam mobil itu tersentak, matanya membelalak, mulutnya melongo, Tak terkecuali Darto sangat terkejut, hatinnya sungguh tergetar, dia takut, kalau-kalau botol itu hilang, lalau terjatuh di tangan orang jahat, atau botol itu pecah lalu penghuninya bebas bergentayangan, dia jadi ngeri, bagaimana dengan nasibnya. ‘Astaghfirullahhaladzim, kalian itu diuji sedikit saja sudah melupakan Allah, kita pasrahkan dan minta sama Allah, ingat tak selembar daun jatuh tanpa seijin Allah, dan apabila botol itu benar-benar hilang, itu berarti memang seijin Allah, mari kita berdoa dan berikhtiar, tenangkan hati kalian, ayo kita cari dengan tenang, karena saat kita panik atau marah, setan menutup mata kita,” tutur yai Sepuh tenang dan bijak, ASTAGHFIRULLAHHAADZYM Seru semua orang itu bersamaan, kemudian dengan tanpa komando mereka semua mengatur nafas agar lebih tenang, “A
DUARRRR ASTAGFIRULLAHAADZIM ... ALLAHUAKBAR seru semua penumpang mobil Mobil bergetar hebat, Darto yang memegang kemudi sampai tangannya terasa kesemutan, Spontan Darto menginjak rem, Ciiiiiiiiit BRUAKKK BRAK BRAK Darto dan semua penumpang saling berpandangan, mata mereka tampak terkejut, "Bagaimana ini Yai sepuh?" tanya Darto dengan suara bergetar, hatinya masih berdebar karena kaget, sedangkan penumpang yang lain hanya terdiam, semua nampak tegang, yah nampaknya sedang terjadi tabrakan beruntun, "Sabar dulu, kita diam dulu, anak-anakku, mari kita berdoa sama-sama, mohon petunjuk dan perlindungan sama Allah SWT, agar kita deberi jalan keluar yang terbaik" titah Yai sepuh pada semua yang ada dalam mobil, "Siap Yai, laksanakan dawuh" serempak para ustad murid Yai Sepuh menjawab, Yai sepuh segera melaksanakan sholat sunah dalam mobil, diikuti oleh para santrinya itu, tak terkecualli Darto, seusai sholat Yai Sepuh memanjatkan doa, suasana namapak hening dan mencekam, nyaris tid
PRUANGSemua tersentakASTAGHFIRULLAHHAADZIMSeru mereka semua bersamaan dan menoleh kearah sumber suara, dan tanpa komando mereka semua menuju ke arah sumber suara itu, betapa terkejutnya mereka dengan apa yang, terjadiUstad Danu sedang terpaku melihat pecahan beling dengan kuah yang berserakan di lantai, sementara Susi berjongkok memunguti pecahan beling,“Ya ampun mbak Susi, kenapa, apa mbak Susi, kurang enak badan ...?” seru Ninik khawatir, ikutan jongkok, dia melihat wajah Susi pucat, bahkan dilihatnya tangannya bergetar,“Eh, oh, nggak mbak Ninik, sa ... sa ... sa ....” Susi gugup hingga sulit menyelesaikan kata-katanya.Dalam hati Susi sangat malu sekali dengan kejadian itu, tanpa mereka ketahui dalam hati Susi sangat merutuki kecerobohannya sendiri, hanya karena tadi tanpa sengaja berpapasan dengan ustad Danu yang keluar dari kamar kecil, dia jadi gugup, dadanya berdetak dengan kencang, entah masih shok dengan kejadian waktu adegan pusaka atau hal lain, yang jelas dia begitu
Yai Sepuh melihat gelagat Darto, dia bisa memahami gestur Darto yang salah tingkah,“Hmm, baiklah, saya akan bicara berdua dengan nak Darto,” ujar Yai Sepuh, sontak membuat tim rukyah mengernyitkan dahi, tapi mereka sangat percaya Yai Sepuh punya perhitungan dan alasan sendiri,“Apakah kita bisa bicara berdua Nak Darto, bisa kita disiapkan kamar?” lanjut Yai Sepuh,“Baik Yai, mari ikut saya” ujar Darto, dia sedikit terkejut dengan manuver Yai sepuh, seolah tahu apa yang diresahkan olehnya,Segera Yai Sepuh mengikuti langkah Darto menuju mushola keluarga yang, dan segera menutup pintunya, kemudian mereka bersila berhadapan,“Dek Darto, aku tahu, kamu mengenal wanita dalam lukisan itu bukan?” tanya yai Sepuh lembut tanpa penekanan, dia ingin Darto terbuka dengan suka rela,“I_ya Yai ... “ jawab Darto gagap sambil menunduk, ada perasaan campur aduk, dia malu sekali mengingat masa gelap itu“Apa hubungannya denganmu?” cecar Yai Sepuh lagi, tetap dengan mode lembut.“saya, saya ... “ Darto
Ustad Mamad terlihat menggerakkan tangannya ke arah kanvas, dengan mata tertutup ustad Mamad meraih cat dengan kuasnya, kemudian menyapukan kuas dengan gerakan yang cepat, gerakan mengambil cat lalu menyapukkan diatas kanvas terlihat seperti sedang menari-nari, sesekali ustad Mamad berhenti sejenak, kepalanya meleng-meleng, kemudian melanjutkan lagi lukisannya,Ustad Mamad terus saja beraksi, sketsa wajah sudah mulai nampak, walau belum selesai sepenuhnya, semua yang ada disitu sudah dapat menganalisa wajah itu, rambut setengah pirang, wajah oval dengan mata belok, bibir menawan, tinggal sentuhan terakhir gar lebih jelas siapa sosok itu, tiba-tiba ....UGH, AAAA, UGH, Usdat Mamad gerakannya terhenti, tangannya yang memegang kuas seakan ada yang menahannya, ustad Mamad berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tak terlihat itu, dia harus segera menyelesaikan tugasnya, tapi cengkeraman ghoib itu begitu kuat, Yai sepuh dan tim yang melihat itu tanpa komando, segera membentuk formasi mel
AAAAAAAAAAAAA Susi yang masih dalam posisi terduduk karena tabrakan dengan ustad Reihan tadi berteriak kencang, kedua telapak tangannya menutup wajahnya dengan menunduk, Ustad Danu dan ustad Reihan menoleh kearah Susi, dengan sorot mata penuh tanya, "Mbak ... mbak kenapa?" tanya ustad Reihan pada Susi, "itu ... itu...." Susi masih menutup wajahnya menunjuk-nunjuk ustad Danu yang masih dengan posisi berdiri dan membentangkan kain sarung menampung botol itu, Sontak ustad Reihan melihat apa yang ditunjuk oleh Susi, seketika matanya membulat, BUAHHHHHHHHHH HHHHHHH HHHHHH Ustad Reihan tertawa terbahak-bahak, sampai memegang perutnya, dia tidak berkata-kata apapun, hanya jarinya menunjuk-nunjuk dengna tertawa terbahak. Ustad Danu penasaran dengan apa yang bikin ustad Reihan tertawa lepas dan terbahak-bahak seperti itu, matanya mengikuti apa yang ditunjuk oleh ustad Reihan dan Susi, seketika matanya membulat, wajahnya memerah, senyumnya kecil tersipu-sipu, segera dia berseimpuh denga
Ustad Danu ikutan berjongkok dan melongok ke bawah ranjang, matanya seketika melebar, dan kemuidan menyipit untuk menajamkan penglihatannya, dilihatnya sebuah benda seperti botol kuno, dengan bodi botol bulat di bawah, kemudian lehernya panjang, dengan tutup seperti kain yang dibulatkan dan diikat seperti buntelan kecil untuk bisa menutup botol itu,Uastad Reihan segera meraih benda itu, setelah tergenggam oleh tangan, dia membawanya dengan hati-hati, kemudian benda itu di dekatkan kewajahnya, diamati benda unik itu, demikian juga dengan ustad Danu yang juga berjongkok dihadapannya ikut mengamati, wajah mereka berdua nampak serius, kening berkerut-kerut, nampak berpikir keras,Benda itu berbentuk botol dengan leher yang panjang, dan transparan, setelah diamati tidak tampak sesutatu yang aneh, tidak ada isinya, hanya sebuah botol kosong yang usang, tapi tidak bagi mereka, mereka tahu itu botol apa, fungsinya apa, tapi sayang ilmu mereka belum cukup untuk bisa mendeteksi, atau mengetah